Bencana Aceh: Lebih dari 37 Ribu Rumah Rusak Menurut Laporan BNPB

Rumah warga rusak akibat banjir di Desa Seunuddon, Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, (Foto: Dok. KOMPAS)

PARBOABOA, Jakarta - Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Provinsi Aceh pada awal Desember 2025 meninggalkan kerusakan besar yang masih terus diinventarisasi pemerintah.

Dalam rapat terbatas yang berlangsung di Lanud Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, Minggu malam (7/12/2025), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto melaporkan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa sebanyak 37.546 rumah warga mengalami kerusakan imbas bencana ini.

Ia menegaskan, “Per hari ini, Pak Presiden, rumah masyarakat yang rusak mencapai 37.546. Rusak berat termasuk yang hilang kena sapu banjir. Untuk rusak sedang dan ringan ada kriterianya.”

Kerusakan tersebut tidak hanya menimpa permukiman penduduk. Berbagai fasilitas publik seperti jembatan, jalan, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, hingga puskesmas mengalami gangguan signifikan.

Sektor pertanian—mulai dari lahan tanaman pangan, kebun, sawah, tambak, hingga peternakan—juga tak luput dari terpaan banjir dan longsor yang menyapu banyak wilayah Aceh. Sejumlah kantor pemerintahan turut tercatat mengalami kerusakan.

Dengan skala kehancuran sebesar ini, BNPB memperkirakan kebutuhan anggaran pemulihan Aceh mencapai Rp 25,41 triliun, sebagaimana dipaparkan Suharyanto, “Kondisi Aceh kembali seperti semula membutuhkan anggaran Rp 25,41 triliun.”

Di sisi lain, dua wilayah—Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah—hingga Minggu malam masih terisolasi total akibat terputusnya jalur transportasi dan timbunan longsor di banyak titik. Suharyanto menyebutkan,

“Yang pertama untuk Aceh, kami laporkan untuk yang terisolir… ada dua kabupaten di Aceh ini, adalah Bener Meriah dan Aceh Tengah.”

Adapun jumlah gampong terdampak mencapai 232 desa di Bener Meriah dan 295 desa di Aceh Tengah yang tersebar di 14 kecamatan.

Sementara Aceh Tamiang, yang sebelumnya dilaporkan terisolasi berat, kini telah dapat ditembus jalur darat untuk distribusi bantuan.

Secara keseluruhan, bencana yang melanda Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara menyebabkan 921 korban meninggal dunia.

Rinciannya: 329 korban meninggal dan 82 hilang di Sumatera Utara; 226 meninggal dan 213 hilang di Sumatera Barat; serta 366 meninggal dan 97 hilang di Aceh.

Di tengah upaya pemulihan, kabar baik datang dari sektor kelistrikan. Dalam laporan kepada Presiden di Pos Pendamping Nasional Bencana di Aceh, Suharyanto menyampaikan bahwa 81 persen wilayah Aceh sudah kembali mendapatkan pasokan listrik, dan ditargetkan menyala sepenuhnya pada Senin siang (8/12).

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan detail waktu penyalaan, “Aceh Tengah, nyala jam 20.30; kemudian Bener Meriah itu nyalanya jam 20.45; kemudian Aceh Tamiang, jam 20.30.”

 Untuk Banda Aceh, pemulihan penuh diperkirakan berlangsung esok hari karena malam itu baru mencapai 95 persen. Gayo Lues sudah kembali terang.

Proses pemulihan listrik melibatkan 949 personel PLN, yang bekerja dengan prioritas keselamatan dan ketepatan.

Dari 323 penyulang terdampak, 197 telah kembali berfungsi. Sebanyak 10.837 gardu distribusi telah beroperasi dari total 14.916 yang sempat padam.

 Dari beban listrik 374,1 MW yang terdampak, 254,22 MW kini telah pulih. Sementara dari 1.519.999 pelanggan terdampak, 1.061.106 sudah kembali menikmati listrik.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS