PARBOABOA, Jakarta – Jumlah korban kerusuhan pasca laga Arema Fc vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan terus bertambah. Terbaru, korban tewas diketahui telah mencapai 130 orang.
Kerusuhan bermula saat laga Arema FC vs Persebaya berakhir dengan skor 2-3 dimana pertandingan dimenangkan oleh Persebaya. Hal itu tentu membuat para Aremania tidak terima.
Setelah wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga, suasana masih kondusif. Pemain Persebaya langsung berlari ke dalam ruang ganti sebagai langkah antisipasi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.
Sedangkan pemain Arema Fc berjalan ke tengah lapangan untuk memberi penghormatan kepada Aremania karena telah mendukung hingga akhir pertandingan meski harus mengalami kekalahan.
Saat itu, beberapa Aremania masuk ke area lapangan untuk memeluk Sergio Silva, dan menemui kapten tim, Ahmad Alfarizi.
Namun situasi berubah ketika seorang Aremania berlari ke lapangan membawa bendera Persebaya yang dicoret. Aksi tersebut diikuti oleh Aremania lainnya.
Hal itu kemudian menimbulkan pelemparan botol kemasan air mineral ke arah pemain Arema FC. Melihat hal tersebut, petugas keamanan pun menggiring para pemain Aremania FC agar masuk ke ruang ganti.
Sementara itu, pemain Persebaya beranjak meninggalkan lapangan dan keluar Stadion Kanjuruhan menggunakan empat mobil Baracuda milik Polri.
Suporter kemudian saling melempar flare dan benda-benda lainnya. Situasi makin ricuh dengan aksi pembakaran mobil polisi jenis K9, sedangkan mobil lainnya terlihat mengalami kerusakan parah dengan posisi miring di di bagian selatan tribun VIP dan kaca mobil yang pecah.
Melihat keadaan semakin tidak kondusif, petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI pun mengambil tindakan untuk menghalau suporter agar menghentikan kerusuhan.
Namun jumlah petugas keamanan tidak sebanding dengan suporter, sehingga petugas harus menembakkan gas air mata ke area lapangan dan tribun.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan bahwa kerusuhan ini bukan merupakan kerusuhan antara Aremania dengan suporter Persebaya, karena suporter Persebaya dilarang menonton laga ini.
"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antar-suporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Suporter di lapangan hanya dari Arema," kata Mahfud, Minggu (02/10/2022).
Para suporter berlarian karena panik akibat ditembakkannya gas air mata, sehingga tidak sedikit suporter yang berdesakan, sulit bernafas sampai jatuh pingsan, bahkan meninggal dunia. Tidak juga ditemukan korban pemukulan atau penganiayaan.
"Oleh sebab itu, para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar suporter," ujar Mahfud.