PARBOABOA, Jakarta - Tak hanya menyerang orang dewasa dan lanjut usia, ternyata remaja dan anak-anak juga berisiko terkena diabetes.
Umumnya, diabetes yang menyerang remaja dan anak-anak ini merupakan diabetes tipe 1 dan 2.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes pada anak tercatat mencapai 1.645 anak dari 15 kota di Indonesia per 1 Februari 2023.
Jumlah ini meningkat 70 kali lipat dibanding kasus diabetes pada 2010 dengan prevalensi kasus yang mencapai 2 per 100 ribu anak usia di bawah 18 tahun.
Di 2010, prevalensi kasus diabetes anak sebesar 0,028 per 100 ribu anak, sementara di Tahun 2000, prevalensi kasus diabetes anak hanya sebesar 0,004 per 100 ribu anak.
Kebanyakan anak yang mengalami diabetes ini berusia 10 hingga 12 tahun dan 5 hingga 6 tahun.
Dari jumlah itu, 90 persen di antaranya mengidap diabetes tipe 1 dan sisanya mengidap diabetes tipe 2.
Menurut penjelasan Ketua IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, gangguan autoimun menjadi salah satu penyebab diabetes tipe 1 pada anak.
Tipe ini juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi autoimun lain, seperti tiroid dan celiac.
Di tipe ini, pankreas anak tidak bisa memproduksi insulin secara optimal.
"Penyebab diabetes tipe 1 yaitu sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas," katanya dikutip PARBOABOA dari Antara, Jumat (19/7/2024).
Saat produksi insulin menjadi rendah, lanjut Piprim, glukosa akan terakumulasi dalam aliran darah dan mengakibatkan tubuh tidak bisa menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi.
Di kondisi seperti ini, anak-anak dengan gangguan diabetes tipe 1 perlu suntik insulin, meski tidak mengonsumsi makanan dan minuman manis berlebihan.
Sedangkan diabetes tipe 2 atau yang biasa disebut dengan diabetes melitus sebagian besar disebabkan gaya hidup yang tidak sehat.
Salah satunya asupan gula berlebihan karena banyak mengonsumsi minuman yang mengandung high fruktosa syrup atau gula sirup yang banyak dipakai di minuman ringan (soft drink) yang dapat menyebabkan resistensi insulin.
Piprim mengatakan, orang dengan resistensi insulin membuat pankreasnya merespons peningkatan kadar glukosa darah dengan membuat insulin ekstra.
"Akibatnya, pankreas penderita menjadi kelelahan saat resistensi insulin memburuk," jelasnya.
Tak hanya membuat pankreas kelelahan, kebiasaan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti makanan olahan juga dapat mengakibatkan kenaikan kadar gula darah.
Diabetes Anak Bisa Disembuhkan?
Ketua IDAI, Piprim menyebut, diabetes tipe 2 pada anak masih bisa diperbaiki sesuai sesuai derajat keparahannya, karena umumnya tidak memerlukan injeksi insulin.
Caranya, membuat anak penderita diabetes menjalani gaya hidup sehat, berolahraga dan mengatur pola makan. Sehingga disiplin sangat diperlukan dalam menjalani gaya hidup sehat ini.
Sedangkan pada penderita diabetes tipe 2 remaja, bisa melakukan intermittent fasting atau melakukan puasa dalam batas waktu tertentu. "Intinya gaya hidup yang sehat," jelas Piprim.
Sementara untuk anak yang mengidap diabetes tipe 1 umumnya tidak bisa sembuh, tapi gula darahnya tetap bisa dikontrol lewat suntikan insulin rutin.
Dalam kasus ini, suntikan insulin disesuaikan dengan anjuran dokter.
Biasanya, dokter yang menangani pasien diabetes ini akan mengajarkan cara pemberian obat suntik beserta dosisnya. Setelah terbiasa, anak akan dilatih menyuntik insulin sendiri setelah memasuki umur tertentu.
Kemudian, untuk mengontrol risiko komplikasi diabetes pada anak, disarankan melakukan tes darah setiap tahun selama 5 tahun pertama, yang dilanjutkan setiap 2 tahun.
Editor: Kurniati