PARBOABOA - Starlink, perusahaan penyedia internet berbasis satelit milik Elon Musk, telah memperoleh izin untuk menyediakan jasanya di Filipina.
Filipina diduga akan menjadi pembuka bagi Starlink untuk menyediakan layanan internet di Asia Tenggara, kawasan dengan lebih dari 400 juta pengguna internet dan dengan industri digital yang berkembang pesat.
Komisi Telekomunikasi Nasional Filipina telah memberi izin kepada Starlink sebagai perusahaan penyedia jasa internet.
Dengan izin ini Starlink bisa langsung mengakses sistem satelit di Filipina dan membangun serta mengoperasikan fasilitas broadband.
Fillipina menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang akan menggunakan layanan broadband Starlink dari SpaceX.
Pendaftaran Starlink Internet Services Phillipines Inc telah disetujui oleh Komisi Telekomunikasi Nasional (NTC).
Dengan persetujuan itu, anak usaha SpaceX dapat menyediakan layanan Starlink di Fillipina, dikutip dari SpaceNews, Senin (30/5/2022).
NTC memberikan persetujuan untuk Starlink sebagai penyedia layanan nilai tambah (VAS). Dengan begitu memungkinkan perusahaan untuk “mengakses sistem secara langsung dan membangun serta mengoperasikan fasilitas broadband untuk menawarkan layanan internet", tulis Kantor Berita Fillipina.
Jalan bagi perusahaan internet satelit milik Elon Musk, Starlink untuk melebarkan sayapnya ke Asia Tenggara terbuka, setelah pemerintah Filipina memberikan izin dari layanan di bawah SpaceX itu negara tersebut.
Elon Musk, melalui cuitan di akun Twitter-nya, dikutip Sabtu (28/9/2022), juga telah mengonfirmasi perusahaan di bawah SpaceX itu telah mendapat restu dari Filipina.
"Starlink disetujui oleh Filipina," cuit bos Tesla itu. Dalam cuitan lain, Elon Musk juga mengungkapkan Starlink sudah disetujui oleh pemerintah Nigeria dan Mozambik.
"Satu Starlink bisa menyediakan internet untuk seluruh sekolah dengan ratusan siswa," kata Musk mengklaim. "Potensi besar untuk mengangkat orang keluar dari kemiskinan. Menyediakan internet adalah mengajarkan orang untuk memancing."
Mengutip Bangkok Post, The Philippine National Telecommunications Commission (NTC) dalam pernyataannya hari Jumat, menyatakan telah menyetujui pendaftaran Starlink sebagai penyedia layanan bernilai tambah.
Persetujuan ini memungkinkan Starlink untuk mengakses sistem satelit, serta untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas broadband.
NTC mengatakan, dengan masuknya Starlink ke negara itu, Filipina akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menawarkan layanan internet satelit berkecepatan tinggi dan latensi rendah Starlink.
Komisioner NTC Gamaliel Cordoba pun mengatakan, masuknya Starlink bakal bermanfaat bagi area yang kurang atau belum terlayani akses internet di Filipina.
"NTC mantap untuk membantu memastikan peluncuran layanan akses internet Starlink akan dilakukan dengan cepat dan profesional," kata Cordoba seperti mengutip Philippine News Agency.
Di Indonesia sendiri, belum ada informasi soal perizinan operasi untuk internet Starlink. Kendati demikian, warga Indonesia juga sudah bisa memesan internet Starlink di situs web starlink.com
Di sana, pengguna bisa memasukkan nama daerah mereka di kolom pencarian di bawah tampilan peta dan lantas meng-klik tombol "Order Now".
Pada laman selanjutnya, pengguna akan melihat informasi bahwa layanan Starlink dijanjikan tersedia di Indonesia pada 2023 mendatang.
Namun, waktu ketersediaan ini juga bergantung dari perizinan oleh pihak berwenang. Ketika ingin memesan, pengguna diwajibkan mengisi data-data yang diperlukan, seperti alamat dan informasi pribadi, serta membayar uang deposit sebesar 99 dollar AS atau sekitar Rp 1,4 juta (kurs Rp 14.400).
Metode pembayaran yang diterima SpaceX hanya melalui kartu kredit dan dana yang dibayarkan nantinya bisa ditarik kembali (refund) apabila pengguna berubah pikiran dan tidak jadi berlangganan Starlink.
Layanan Starlink sendiri tersedia di lebih dari 30 negara, terutama di Amerika Utara dan Eropa.
Starlink telah memiliki lebih dari 2.000 satelit dan berencana untuk meluncurkan ribuan lainnya.
Perusahaan ini menawarkan layanan internet satelit berkecepatan tinggi dengan latensi rendah dengan kecepatan unduh antara 100 megabit per detik dan 200 Mbps.
Diharapkan satelit tersebut dapat membantu akses Internet di Filipina terutama untuk pendidikan.
Starlink diharapkan dapat mencakup desa-desa yang belum terlayani internet, seperti pinggiran kota dan daerah pedesaan.