PARBOABOA – Bagi sebagian orang yang memiliki rutinitas yang sangat sibuk, mungkin makan dengan ritme yang cepat menjadi salah satu solusi atau kebiasaan yang bisa dilakukan untuk menghemat waktu.
Namun, makan dengan ritme yang cepat ternayata memiliki banyak dampak buruk bagi tubuh. Kebiasaan tersebut dapat memicu kegemukan bahkan masalah kesehatan serius lainnya.
Berikut ini dampak buruk dari kebiasaan makan dengan ritme yang cepat dilansir dari Live Strong:
1. Gangguan pencernaan dan sakit perut
Dilandis dari Live Strong, gangguan pencernaan adalah akibat umum dari makan terlalu cepat, menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional AS. Gejalanya bisa termasuk sensasi terbakar yang berat, seperti makan batu berapi-api. Untungnya, ketidaknyamanan biasanya hilang begitu tubuh sudah mencerna semua makanan. Namun jika gangguan pencernaan berlanjut, disarankan untuk memeriksakannya ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatan.
2. Mudah menaikkan berat badan
Fakta membuktikan bahwa makan terlalu cepat secara teratur dapat meningkatkan risiko kegemukan. Dalam International Journal of Obesity pada November 2015 merilis sebuah tinjauan dari 23 studi tentang topik makan tergesa-gesa dan dampaknya. Hasilnya, ditemukan bahwa makan cepat secara positif terkait dengan BMI yang lebih tinggi dan kelebihan berat badan. Menurut para ahli itu karena dibutuhkan sekitar 20 menit bagi perut untuk memberi tahu otak bahwa tubuh sudah cukup makan. Makan terlalu cepat berisiko menumpuk kalori ekstra sebelum tubuh memiliki kesempatan untuk memberi sinyal bahwa ia sudah cukup kenyang.
3. Sindrom metabolik
Makan terlalu cepat kemudian bisa membuat tubuh mengalami sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan kondisi yang meningkatkan sekelompok risiko penyakit, seperti jantung, stroke, dan diabetes.
Studi pada Juli 2018 yang diterbitkan di BMC Public Health dan melibatkan hampir 8.000 orang menemukan bahwa makan terlalu cepat terkait dengan masalah:
- Tekanan darah tinggi
- Peningkatan lemak perut
- Kolesterol tinggi Gula darah tinggi.
4. Gastritis
Makan cepat juga telah dikaitkan dengan gastritis erosif. Gastritis erosif merupakan peradangan yang menggerogoti lapisan lambung, menyebabkan luka yang dangkal dan terkadang dalam. Salah satu alasan adalah orang yang makan terlalu cepat karena makanan berada di perut lebih lama untuk dilumatkan, sehingga lapisan lambung terkena lebih banyak asam.
5. Memutus hubungan sinyal lapar dan kenyang
Makan terlalu cepat berisiko menghilangkan kontak sinyal rasa lapar dan kenyang alami
"Makan dengan cepat mengurangi keakuratan bagaimana otak kita menyimpan ingatan tentang apa yang telah kita konsumsi," kata Georgie Fear, ahli diet terdaftar dan salah satu pendiri Nutrition Loft.
"Jadi makan cepat saat makan siang dapat menyebabkan makan lebih banyak saat makan malam," imbuhnya.
Namun, masalah kesehatannya juga bisa lebih dari itu.
Sebab, makan terlalu cepat membuat kita cenderung memilih makanan yang kurang sehat.
"Jadi dampak negatifnya mungkin tidak hanya dari asupan energi yang berlebihan," ujar Fear.
"Tetapi, juga dari jumlah aditif, gula dan biji-bijian olahan yang lebih tinggi, dan asupan makanan yang meningkatkan peradangan," imbuhnya.
Trik atau Cara Makan Lebih Lambat
Mengutip Clean Eating, berikut cara untuk makan lebih lambat:
1. Beri waktu cukup untuk makan: tubuh kita membutuhkan waktu untuk makan setidaknya 20 menit. Jadi, luangkan waktu untuk makan setidaknya 20 menit. Butuh waktu lama bagi tubuh untuk mengirim sinyal tentang rasa kenyang ke otak.
2. Asah semua indra: saat suapan pertama makan, luangkan beberapa saat untuk benar-benar menikmati aroma, rasa, dan tekstur dari makanan. Perhatikan sensasi itu terus-menurus suap demi suap makanan.
3. Kunyah makanan lebih lama: ambil gigitan kecil dan kunyah makanan lebih lama dengan seksama. Mengunyah lebih lama di mulut hingga lembut, membuat makanan mudah dicerna di perut dan meningkatkan penyerapan nutrisi.
Itulah seputar informasi terkait dampak buruk dari kebiasaan makan dengan ritme yang cepat.