PARBOABOA, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunandi Sadikin mengklaim, bahwa ada 5 penyebab gagal ginjal akut (acute kidney injury/AKI). Menurut penelitian para ahli penyebab terbesar dan paling membuatnya yakin adalah karena intoksikasi (keracunan) dari obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol (ED) dan dietilen glikol (EDG) maupun EG dan EDG murni.
"Ahli-ahli menyampaikan ada 5 penyebab AKI. (80 persen karena obat), persentasenya itu belum pasti. Namun yang kita lihat faktanya begitu, kita larang obat sirup dikonsumi langsung turun drastis kasus gagal ginjal akutnya," ujar Budi saat media, Jumat (4/11/2022).
Budi menjelaskan, satu dari penyebab AKI masuk dalam kategori tidak bisa dikontrol, yaitu kelainan genetik atau penyakit bawaan. Dua lainnya masih bisa dipantau oleh orangtua, yaitu kehilangan darah dalam jumlah besar, dan dehidrasi luar biasa.
Adapun dua lainnya menjadi yang paling bisa terjadi, yaitu infeksi bakteri,virus atau parasit, dan intoksikasi (keracunan). Tetapi ketika dilakukan tes patologi untuk mencari infeksi tersebut, pihaknya tidak menemukan jenis bakteri yang mendominasi pasien.
Selain dari leptospirosis, penyebab infeksi virus yang paling dominan adalah virus influenzea yang menyebabkan kerusakan ginjal.
"Ada virus kita sudah tes virus yang paling banyak ada di anak-anak ini adalah virus influenza. Namun tidak mungkin virus influenza bisa turun ke ginjal," tutur dia.
Penyebab Utama Gagal Ginjal Akut Dari Obat Sirup
Budi mengatakan, bahwa penyebab yang paling mungkin adalah keracunan obat sirup mengandung zat kimia berbahaya. Hal itu dipercaya dengan membaiknya pasien saat diberikan obat penawar (antidotum) Fomepizole.
“Obat kita sudah kasih Fomepizole, ini obat khusus kalau disebabkan oleh toksikologi bukan karena parasit, karena terbukti langsung sembuh. Sehingga hal itu membuat yakin bahwa faktor resiko yang paling besar sudah pasti dari obat-obatan,” terangnya.
Kemudian ketika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan sekitar 70 persen pasien mempunyai senyawa kimia berbahaya dalam darah dan air senin.
Bukti kuat lainnya, obat-obatan sirup yang dinyatakan tidak aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditemukan di rumah-rumah pasien.
“Jadi kita sampai sekarang kesimpulan kita ialah kecil sekali faktor resiko di luar obat-obatan. Ada gak? Ada, Cuma sangat kecil.Tapi resiko terbesar pasti dari obat-obatan,” ujar budi.
Sebelum diberitakan, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Syahril menjelaskan sampai 3 November 2022, tercatat sebanyak 323 kasus gagal ginjal akut terjadi pada anak.
Jumlah total pasien meninggal akibat gagal ginjal akut meningkat menjadi 190 anak. Kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mulai terpantau naik pada akhir Agustus 2022.
Menurut dia, kasus tersebut terus naik selama bulan September dan Oktober 2022.
"Saat ini sudah ada 28 provinsi dengan 323 kasus gagal ginjal akut. Ini posisinya masih (di) 28 provinsi, ada yang dirawat masih 34 pasien. Terbanyak di Jakarta, Jawa Barat," pungkas Syahril dalam keterangan pers secara daring, Jumat (4/11/2022).