PARBOABOA, Jakarta – Fase kehamilan merupakan momen ditunggu-tunggu banyak pasangan di seluruh dunia.
Namun, tidak semua perjalanan menuju kehamilan berjalan mulus, dan tak sedikit wanita yang harus berjuang keras untuk mewujudkannya.
Di Indonesia, ada metode baru yang digunakan untuk program bayi tabung, yaitu Mini In Vitro Fertilization (IVF) atau stimulasi ringan.
Metode stimulasi ringan ini dikembangkan untuk mengatasi kesulitan hamil yang dialami perempuan, dengan tujuan meningkatkan tingkat keberhasilan program kehamilan.
Dibandingkan dengan metode bayi tabung konvensional, Mini IVF menghadirkan tingkat keberhasilan hamil mencapai 60-70 persen lebih tinggi dari angka rata-rata keberhasilan bayi tabung di Indonesia yang hanya berkisar 30-40 persen.
Dengan fokus pada kualitas sel telur dan embrio, Metode Mini IVF meminimalisir penggunaan obat selama stimulasi ovarium dan pengambilan sel telur.
Hasilnya, risiko kesehatan dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh sindrom hiperstimulasi ovarium dapat diminimalkan, dan waktu tunggu antar siklus menjadi lebih singkat.
Dr. Muhammad Dwi Priangga, Sp.OG, SubSp.FER, Direktur Medis Kato Ojin Fertility Center, menjelaskan bahwa stimulasi minimal bertujuan untuk mengurangi dosis obat stimulasi ovarium.
"Stimulasi minimal bertujuan untuk mengurangi dosis penggunaan obat stimulasi indung telur yang rata-rata cukup tinggi dengan tetap mempertahankan keberhasilan perkembangan embrio dan kehamilan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima PARBOABOA pada Jumat (24/11/2023).
Lebih lanjut, dr. Dwi Priangga menekankan bahwa stimulasi ringan dapat menghindarkan calon ibu dari berbagai efek samping yang dapat timbul pada IVF konvensional.
"Pada IVF konvensional, penggunaan obat stimulasi dosis tinggi bertujuan untuk merangsang ovarium agar memproduksi banyak sel telur untuk diambil. Namun, hal ini dapat menimbulkan berbagai efek samping dan komplikasi," tambahnya.
Dalam metode Mini IVF, pemantauan siklus menstruasi perempuan dilakukan untuk mengambil satu atau beberapa sel telur yang diproduksi secara alami.
"Tujuannya adalah mengurangi risiko sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS), menurunkan biaya pengobatan, dan meminimalkan potensi efek samping bagi pasien," pungkasnya.
Editor: Atikah Nurul Ummah