PARBOABOA – Perilaku impulsif pada anak adalah tantangan umum yang dihadapi oleh banyak orangtua. Anak-anak cenderung bertindak tanpa berpikir panjang, yang dapat mengakibatkan situasi yang sulit diatasi.
Menurut Child Mind Institute, kemampuan untuk mengendalikan diri biasanya berkembang secara bertahap setelah anak usia 3 tahun.
Namun, mengajarkan mereka mengendalikan sifat impulsif sejak dini adalah langkah yang sangat baik.
Anak-anak yang bisa mengendalikan sifat impulsif lebih baik dalam menyelesaikan tugas dengan teliti, berpikir secara kritis, dan tidak mudah frustasi saat menghadapi masalah.
Menurut penelitian Neuroscience dalam buku Welcome to Your Child’s Brain, oleh Sandra Aamodt dan Sam Wang, kemampuan mengendalikan diri ternyata dua kali lebih penting daripada kecerdasan dalam mencapai prestasi akademis.
Tak kalah penting, kemampuan mengendalikan sifat impulsif juga dapat mengurangi risiko balita terlibat dalam perilaku negatif yang berbahaya.
Berikut adalah beberapa tips bagi Bunda untuk membantu mengajarkan anak mengendalikan perilaku impulsif pada anak.
Contoh Perilaku Impulsif Pada Anak
Impulsif adalah tindakan yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga bisa dialami oleh anak-anak.
Menurut buku Mengatasi Perilaku Buruk Anak, oleh Jenny Gichara, impulsif pada anak adalah saat mereka bertindak secara spontan tanpa memikirkan atau bertanya terlebih dahulu.
Ada empat contoh perilaku impulsif pada anak, yaitu bertindak tergesa-gesa, gegabah, kurang usaha, dan mencari sensasi. Ini adalah gambaran serta contoh perilaku impulsif yang bisa terjadi pada anak.
1. Selalu Tergesa-gesa
Anak sering kali terburu-buru dalam melakukan sesuatu, tanpa memikirkan akibatnya. Misalnya, berlari ke arah jalan tanpa memperhatikan keadaan lalu lintas. Tindakan ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kecelakaan atau bahkan kehilangan nyawa.
2. Bertindak Gegabah
Anak melakukan sesuatu tanpa memikirkan atau merencanakan terlebih dahulu. Contohnya, merusak barang saat sedang marah. Hal ini kurang baik karena bisa membuat anak terbiasa merusak barang saat emosi, bahkan ketika sudah dewasa.
3. Kurang Usaha dan Kurangnya Kontrol Diri
Anak bisa menyerah dengan cepat saat diberi tugas, terutama jika itu bukan hal yang disukainya. Akibatnya, ia mungkin tidak akan mengerjakan tugas tersebut. Selain itu, anak juga sulit mengendalikan diri hingga bisa berteriak frustasi jika keinginannya tidak dipenuhi.
4. Mencari Sensasi Tanpa Pertimbangan
Anak hanya mencari kesenangan tanpa memikirkan konsekuensinya. Misalnya, melompat ke dalam kolam walaupun tidak bisa berenang. Padahal hal ini bisa membahayakan nyawanya jika sampai tenggelam.
Cara Menghadapi Anak Impulsif
Membesarkan anak yang mengalami kesulitan dengan perilaku impulsif bisa jadi tantangan, tapi ingatlah bahwa Anda tidak sendirian! Berikut lima tips untuk membantu mengendalikan perilaku impulsif pada anak:
1. Ajarkan Mengenal Emosi dan Perasaannya
Balita cenderung bereaksi secara impulsif saat mereka merasa frustasi karena belum mengenal emosi yang sedang mereka rasakan.
Sebagai contoh, mereka mungkin melemparkan barang atau mainan karena belum mengerti bahwa yang mereka rasakan adalah rasa marah, atau mungkin menangis dan menolak makan karena belum paham bahwa mereka sedang merasa sedih.
Oleh karena itu, langkah pertama yang bisa Bunda lakukan untuk membantu balita mengendalikan sifat impulsif adalah mengajarkan mereka mengenali perasaan.
2. Mengajari kemampuan mengendalikan diri
Contohnya, saat anak akan mengerjakan tugas, ajaklah mereka duduk dengan tenang dan buatlah kontak mata. Berikan petunjuk dengan jelas dan pastikan anak mendengarkan dengan baik. Jika anak berhasil melakukan semua langkah ini, berikan pujian agar mereka merasa senang.
3. Perkuat Aturan Rumah
Apakah sudah dijelaskan mengapa aturan rumah diterapkan dan apa konsekuensi negatifnya jika aturan tersebut dilanggar? Meskipun masih kecil, pemahaman tentang aturan dan konsekuensinya akan membantu balita dalam perilaku dan mengendalikan sifat impulsifnya.
Sebagai contoh, sebelum pergi ke rumah kerabat, Moms dapat menjelaskan bahwa anak harus meminta izin pada pemilik rumah sebelum bermain dengan barang-barang di sana, karena barang tersebut bukan miliknya. Bunda juga bisa menegaskan bahwa jika terjadi kerusakan, Bunda harus menggantinya.
4. Terapkan Penundaan Gratifikasi
Hasil dari penelitian Stanford Marshmallow Experiment menunjukkan bahwa balita yang mampu mengendalikan sifat impulsifnya cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki kualitas hidup, prestasi akademis, dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan balita yang tidak bisa menahan diri.
Untuk melatih kemampuan anak dalam mengendalikan sifat impulsif dan membuat pilihan yang bijaksana, Bunda dapat menerapkan penundaan gratifikasi di rumah. Caranya cukup sederhana, Moms bisa memberikan bintang sebagai penghargaan atas setiap perilaku baik yang ditunjukkan oleh balita.
Si Kecil kemudian dapat mengumpulkan bintang-bintang tersebut untuk mendapatkan hadiah tertentu, misalnya es krim untuk 5 bintang, membeli mainan untuk 10 bintang, atau pergi ke taman hiburan untuk 20 bintang, dan seterusnya.
Mengulangi arahan dari Bunda, apakah Bunda pernah merasa bahwa aturan atau petunjuk yang diberikan kepada Si Kecil dianggap remeh olehnya? Hal ini mungkin terjadi karena sifat impulsif, keaktifan, rewel, dan mudahnya perhatian anak teralihkan.
Upayakan untuk selalu hadir dan memberikan dukungan kepada anak salah satu faktor yang dapat membantu mengendalikan perilaku impulsif anak adalah keberadaan orang tua yang dekat dengan mereka.
Misalnya, ketika anak bertindak impulsif, jangan marahi mereka, tetapi berikan penjelasan yang baik mengenai tindakan yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian, anak akan merasa didukung dan mendapat arahan yang baik.
Tips bagi Orang Tua Mengendalikan Perilaku Impulsif pada Anak
Membesarkan anak yang mengalami kesulitan dengan perilaku impulsif bisa jadi tantangan, tapi ingatlah bahwa Anda tidak sendirian! Berikut lima tips untuk membantu mengendalikan perilaku impulsif pada anak:
- Tetaplah tenang saat menghadapi situasi sulit (contohnya, saat anak marah): Ambil napas dalam-dalam dan ingatkan diri bahwa kesabaran adalah kunci. Sikap tenang Anda membantu menyelesaikan konflik dengan lebih efektif.
- Latihlah empati dengan memahami perjuangan mereka: Usahakan memahami posisi anak Anda; penting untuk merasakan dan memahami pengalaman yang mereka alami.
- Tentukan ekspektasi & batasan yang jelas: Tetapkan aturan tentang perilaku yang diperlukan sambil menjelaskan mengapa pedoman ini penting. Ini membantu memberikan pemahaman tentang harapan yang diperlukan dari mereka.
- Manfaatkan alat visual (seperti cerita visual): Alat visual seperti cerita visual membantu anak-anak memahami konsep yang berkaitan dengan mengendalikan impuls lebih baik daripada penjelasan verbal saja.
- Terapkan teknik mindfulness bersama: Latihan mindfulness, seperti bernapas dalam atau meditasi, bisa membantu Anda dan anak tetap tenang saat situasi stres muncul.
Dengan menerapkan tips ini dan bersabar dalam melihat perkembangan anak Anda, Anda membantu mereka belajar mengendalikan perilaku impulsif. Tetaplah positif dan ingatlah bahwa ini adalah tentang langkah kecil menuju perbaikan yang lebih baik!
Sebenarnya, sifat impulsif pada balita bisa dikendalikan. Salah satu cara adalah dengan meminta mereka untuk mengulangi dengan benar petunjuk atau aturan yang Bunda berikan sebelum mereka melakukan sesuatu atau bertindak.
Demikianlah ulasan dan tips mengatasi anak impulsif. Semoga membantu para Bunda, ya!
Editor: Sari