PARBOABOA, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat maraton bersama jajaran Menteri Kabinet Merah Putih di kediamannya, Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (20/8/2025).
Menurut Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, pertemuan berlangsung sejak siang hingga malam hari.
“Presiden Prabowo mengadakan rapat secara maraton bersama sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih, di kediaman pribadinya di Hambalang, Bogor, pada Rabu, 20 Agustus 2025, sedari siang hingga malam,” ujar Teddy dalam keterangan yang diterima, Kamis (21/8/2025).
Rapat pertama melibatkan para direktur utama BUMN di sektor pertanian dan perkebunan.
Agenda pembahasan diarahkan pada pengelolaan lahan, baik lahan pertanian maupun perkebunan, termasuk lahan tidak berizin yang dinilai dapat segera dimanfaatkan untuk kepentingan negara.
“Rapat pertama, yang turut dihadiri para direktur utama (dirut) BUMN bidang pertanian dan perkebunan, membahas mengenai pengelolaan perkebunan, pertanian, dan lahan tak berizin yang dapat segera dimanfaatkan negara,” jelas Teddy.
Setelah itu, Presiden memimpin rapat kedua bersama jajaran direksi BUMN sektor pertambangan. Fokus diskusi mencakup izin usaha dan tata kelola komoditas tambang strategis seperti nikel, emas, timah, serta mineral lainnya.
“Rapat kedua, yang dihadiri para dirut BUMN bidang pertambangan, membahas mengenai izin dan pengelolaan tambang nikel, emas, timah, dan jenis tambang lainnya,” kata Teddy.
Rangkaian pertemuan kemudian ditutup dengan rapat terbatas bersama sejumlah menteri. Agenda terakhir tersebut menyoroti perkembangan situasi ekonomi dan arah investasi nasional.
“Terakhir, rapat bersama para menteri terbatas yang membahas mengenai perkembangan ekonomi dan investasi nasional,” ungkap Teddy.
Dalam rapat maraton ini, Presiden Prabowo didampingi beberapa menteri, antara lain Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM Roan Roeslani, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, serta Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
Kondisi Terkini
Sektor pertanian, perkebunan, dan pertambangan masih menjadi penopang penting perekonomian, meskipun menghadapi tantangan dari sisi produktivitas, iklim, hingga regulasi global.
Sektor pertanian, misalnya tercatat berkontribusi sekitar 11,8% terhadap PDB nasional pada 2024 (BPS, 2024). Produksi beras nasional mencapai 31,1 juta ton gabah kering giling pada 2023, namun tren menurun akibat perubahan iklim dan alih fungsi lahan (BPS, 2024).
Pemerintah kini mendorong peningkatan produktivitas melalui program food estate dan digitalisasi pertanian untuk menjaga ketahanan pangan.
Di pihak lain, komoditas perkebunan menjadi unggulan ekspor. Kelapa sawit, misalnya menyumbang lebih dari 55% total ekspor perkebunan dengan volume 31,3 juta ton pada 2023 (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia/GAPKI, 2024).
Selain sawit, karet, kopi, dan kakao juga berkontribusi signifikan. Namun, sektor ini menghadapi tekanan pasar global terkait isu keberlanjutan, terutama dari Uni Eropa dengan kebijakan deforestasi bebas impor (EUDR) yang mulai berlaku pada 2024.
Terakhir, sektor pertambangan mencatat kinerja gemilang. Ekspor nikel Indonesia tumbuh 25% pada 2023, dengan nilai mencapai lebih dari US\$ 33 miliar (Kementerian ESDM, 2024).
Hal ini ditopang hilirisasi yang mendorong pembangunan smelter di berbagai daerah. Selain nikel, batubara tetap menjadi penyumbang devisa utama, meskipun permintaan global mulai tertekan oleh transisi energi hijau.
Dengan kondisi demikian, pemerintah didesak untuk melakukan peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi mineral dan pengembangan industri baterai kendaraan listrik.