Posisi Apple sebagai perusahaan paling mahal di dunia akhirnya digantikan oleh Microsoft. Setelah sebelumnya sempat membalap Apple, tetapi akhirnya kembali disalip, Microsoft kini benar-benar telah melampaui posisi Apple dengan nilai market cap mencapai USD 851 miliar.
Apple disalip Microsoft setelah mereka mengungkap kerugiannya sebesar USD 6 miliar akibat masalah pasokan komponen untuk perangkat-perangkatnya, meski laporan keuangannya masih memuaskan.
Di sisi lain Microsoft justru memiliki laporan keuangan yang positif, dengan pemasukannya yang digenjot dari penjualan Office, Windows, dan produk-produk cloud-nya, seperti dikutip dari The Verge, Sabtu (30/10/2021).
Saat penutupan pasar modal pada Jumat lalu, market cap atau kapitalisasi pasar Microsoft hampir menyentuh USD 2,49 triliun sementara kapitalisasi Apple USD 2,46 triliun.
Dilansir dari laman CNN, Minggu (2/12/2018), Apple pertama kali melampaui Microsoft menjadi perusahaan paling mahal pada 2010. Saat itu, produk-produk konsumer milik Apple mulai laris di pasaran.
Kini, Microsoft terus bangkit mengejar ketertinggalannya dari Apple. Tidak lagi fokus pada konsumen perorangan, tetapi konsumen enterprise alias bisnis.
Di bawah CEO Satya Nadella, Microsoft selama bertahun-tahun ini fokus pada bisnis cloud computing. Di bidang tersebut, Microsoft bersaing dengan Amazon dengan AWS menjadi pemain besar. Penjualan layanan cloud computing-nya pun kini mencapai USD 100 miliar.
Apple sendiri sebelumnya konsisten sebagai perusahaan paling bernilai di seluruh dunia. Mereka jadi perusahaan pertama yang kapitalisasinya menembus USD 1 triliun pada 2018, lalu dua tahun kemudian mereka juga jadi perusahaan Amerika pertama yang kapitalisasinya menembus USD 2 triliun.
Sebelumnya diberitakan, dalam laporan keuangan kuartal-4 2021, Apple mencatatkan rekor pemasukan dari sektor layanan dan Mac. Namun, Apple tetap kehilangan USD 6 miliar atau sekitar Rp 85 triliun.
Selama kuartal-4 fiskal 2021 ini, Apple mencatatkan pemasukan sebesar USD 83,4 miliar, naik 29% secara year-over-year, namun lebih rendah dibanding ekspektasi Wall Street, yang memprediksi Apple mendapat pemasukan USD 84,85 miliar.
Di sisi lain, nilai saham Apple tengah anjlok. Terlebih, permintaan akan iPhone terbaru dilaporkan terus mengalami penurunan.
Ada pula kekhawatiran bahwa harga iPhone bakal lebih mahal dipicu oleh kenaikan tarif impor dari Tiongkok yang diucapkan Trump.
Sementara itu, Microsoft dengan bisnis cloud computing-nya tak perlu khawatir dengan pasar smartphone dan penerapan tarif impor seperti Apple. Microsoft juga tak perlu bergumul dengan masalah privasi data pengguna seperti halnya Google dan Facebook.