PARBOABOA, Jakarta - Styrofoam kini ini sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia, karena styorofoam sering kali digunakan sebagai pembungkus jajanan, tempat pesan makanan agar tahan lama, hingga salah satu item hiasan dalam karangan bunga.
Tanpa disadari, masyarakat sudah hampir ketergantungan dengan styrofoam. Padahal, penggunaan styrofoam ini cukup berbahaya, baik untuk lingkungan dan juga kesehatan.
Bukan Cuma berhubungan dengan lingkungan saja, karena termasuk sampah abadi yang sulit terurai, namun juga berdampak buruk bagi kesehatan.
"Kaitannya dengan konteks kesehatan, memang styrofoam ini ada dan cukup berbahaya dampaknya untuk kesehatan," ujar pejabat fungsional Ahli Madya Direktorat Pengurangan Sampah Ditjen PSLB3-KLHK, Asep Setiawan dalam konferensi pers yang digelar di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kamis (24/11).
Asep menjelaskan, Styrofoam atau dikenal dengan sebutan polystryrene mengandung bahan kimia berbahaya. Bahkan memiliki zat yang dapat memicu penyakit berbahaya, salah satunya kanker.
Dia juga mengatakan, jika styrofoam digunakan sebagai alas makan, dan makanan yang dimasukan cukup panas maka akan membuat zat-zat berbahaya aktif dan ikut termakan oleh kita. Sementara itu, kita ketahui styrofoam yang mencemari lingkungan, dan termakan oleh ikan juga sama berbahayanya untuk manusia.
"Ikan makan styrofoam di laut, kemudian ikannya dipancing, dimasak, kita juga jadi ikutan makan styrofoam yang ada di tubuh ikan. Ini berbahaya loh," tutur dia.
Mengapa styrofoam berbahaya?
Styrofoam atau dikenal juga dengan sebutan polystyrene (PS) sebenarnya tidak ada bedanya plastik. Hanya saja, benda ini bentuknya lebih keras.
Karena bentuknya yang padat, styrofoam dapat digunakan untuk menghambat panas atau dingin. Sehingga benda ini sangat cocok digunakan sebagai pengganti cangkir pada kopi, hingga pembungkus makanan.
Meskipun memudahkan kehidupan, namun benda ini sangat berbahaya untuk kesehatan.
Dilansir dari Chen, lebih dari lima puluh zat kimia dilepas selama pembuatan benda ini. Bahan-bahan kimia itu dapat mencemari udara,air dan masyarakat yang tinggal di dekat fasilitas pembuatannya.
Polystyrene atau styrofoam terdiri dari beberapa unit styrene. Styrene ini diyakini sebagai karsinogen penyebab kanker oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.
Paparannya dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, saluran pernapasan bagian atas, dan saluran pencemaran. Paparan kronis bahkan dapat menghasilkan efek yang lebih parah termasuk menyebabkan depresi, sakit kepala, kelelahan, kelemahan, gangguan pendengaran, dan gangguan fungsi ginjal.
Diketahui, bukan cuma masalah kesehatan saja, karena benda ini termasuk sulit diurai. Kadang-kadang pembuangan benda ini dilakukan dengan cara dibakar. Tetapi, ketika dibakar polystyrene mengeluarkan gas styrene ke udara dan menghasilkan campuran racun yang dapat mengganggu sistem saraf.
"Tentunya, kita harus mulai sadar bahwa styrofoam ini tak hanya merusak lingkungan, tapi juga kesehatan. Sebaiknya memang distop sesegera mungkin," pungkas Asep.