PARBOABOA, Jakarta – Peningkatan kasus cuci darah sejumlah anak di Indonesia tengah menjadi perbincangan luas di media sosial.
Dalam setahun terakhir, lebih dari 200 anak harus menjalani cuci darah akibat masalah ginjal serius.
Fenomena ini semakin mengkhawatirkan mengingat angka diabetes yang meningkat hingga 70 persen dari 2010 hingga 2023.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa 1 dari 5 anak usia 12-18 tahun mengalami gejala awal gagal ginjal, seperti hematuria atau proteinuria.
Kasus ini menyoroti pentingnya langkah preventif dan program kesehatan yang komprehensif untuk melindungi anak-anak Indonesia dari kasus serupa.
Akses ke perawatan medis yang berkualitas dan edukasi mengenai gaya hidup sehat juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan pemerintah.
Anggota Komisi IX DPR RI, Dian Istiqomah, mendesak percepatan pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Pengawasan Obat dan Makanan (RUU POM).
Pengawasan obat dan makanan, singgung Dian, menjadi isu yang mendesak dalam melindungi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak yang rentan terhadap konsumsi makanan.
Dian menekankan agar pemerintah, khususnya DPR RI mampu bersinergi untuk merampungkan RUU POM agar pengawasan makanan dapat lebih efektif dan menyeluruh.
"Kita tidak bisa menutup mata terhadap masalah ini. Pengawasan yang ketat sangat diperlukan, dan RUU POM harus segera disahkan untuk menangani berbagai isu yang belum terselesaikan," tegas Dian, Kamis (30/07/2024).
Ia juga menyinggung model pengawasan yang baik dapat mencegah peredaran produk berbahaya dan memastikan konsumen terlindungi dari risiko kesehatan serius.
Pengawasan yang lebih ketat diharapkan dapat membantu melindungi kesehatan anak-anak dan memastikan mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat dan produktif.
Klarifikasi Penyebab Gagal Ginjal pada Anak
Riset Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, Ira Purnamasari (2024), menyebut ginjal adalah salah satu organ pencernaan yang sangat penting bagi tubuh manusia.
Ginjal berfungsi menyaring hasil metabolisme dan membuang zat yang tidak diperlukan tubuh melalui urine. Jika ginjal tidak beroperasi dengan baik, maka seseorang anak mengalami gagal ginjal.
“Gagal ginjal merupakan kondisi di mana fungsi ginjal dalam menyaring limbah hasil metabolisme menurun," tulis Ira.
Ketika ginjal tidak mampu bekerja dengan baik, maka, "sisa-sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan menumpuk di ginjal dan akhirnya mengakibatkan gagal ginjal,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa kebanyakan kasus gagal ginjal pada anak disebabkan kelainan kongenital seperti sindrom nefrotik dan bentuk ginjal yang abnormal, bukan oleh konsumsi minuman manis.
Selain itu, penyakit ginjal kronis pada anak biasanya berkembang dari kondisi seperti hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas yang memerlukan waktu lama untuk menunjukkan gejala.
Ira juga menyebut, gejala awal anak-anak yang menjalani cuci darah umumnya memiliki riwayat penyakit ginjal yang sudah lama atau kelainan bawaan.
Oleh karena itu, baginya, edukasi kepada masyarakat mengenai kesehatan anak dan pencegahan penyakit kronis sangat penting.
"Masyarakat harus menyadari ancaman kesehatan dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjaga anak-anak dari penyakit berat," ujar Ira.
Edukasi ini harus mencakup informasi tentang risiko makanan dan minuman tidak sehat, pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, dan cara-cara menjaga gaya hidup sehat sejak dini.
Pengesahan RUU POM diharapkan dapat memberi perlindungan yang lebih baik bagi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, dan mendukung upaya menuju Indonesia yang lebih sehat dan maju.
Pengawasan dan edukasi yang menyeluruh akan membantu menciptakan generasi yang sehat dan berdaya saing tinggi di masa depan, dengan dukungan aktif dari pemerintah dan masyarakat.
Editor: Defri Ngo