PARBOABOA, Pematangsiantar - Perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung hingga hari ini, menyebabkan sejumlah negara mendesak agar Indonesia tidak mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam Konfrensi Tingkat Tinggi G20 yang akan dilaksanakan di Bali pada Oktober tahun ini.
Sejumlah negara Barat mendesak Indonesia agar tidak mengundang Rusia dalam pertemuan tersebut, padahal surat undangan kepada Rusia untuk menghadiri acara tersebut sudah sempat dikirimkan. Hal ini terjadi karena sejatinya Rusia adalah bagian dari negara G20 sebelum invasi Ukraina berlangsung.
Indonesia sebagai negara non-blok terjepit di tengah saat hubungan Rusia dan negara-negara Barat yang pro Ukraina memburuk. Terlebih lagi sebelumnya pihak Rusia mengatakan sedang mempertimbangkan kehadiran langsung Vladirmir Putin dalam acara tersebut.
Jika berbicara mengenai penolakan kehadiran Rusia di G20 ini, tentu saja Amerika Serikat masuk dalam daftar. Bahkan Amerika sudah mengeluarkan ancaman akan boikot G20 Indonesia, jika ada pejabat Rusia yang hadir.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen pada Rabu (6/4).
"Presiden Joe Biden telah menjelaskan dan saya tentu setuju dengannya, bahwa kami tidak bisa bersikap biasa saja terhadap Rusia di lembaga keuangan mana pun," kata Yellen seperti dikutip Reuters.
"Dia (Biden) meminta Rusia dikeluarkan dari G20, dan saya telah menjelaskan ke rekan saya di Indonesia bahwa kami tak akan berpartisipasi dalam sejumlah pertemuan (G20) jika Rusia hadir di sana," ujarnya menambahkan.
Negara-negara G20 lainnya seperti Inggris, Kanada, Polandia, dan Australia juga telah menyatakan keberatan jika Rusia menghadiri KTT G20 Indonesia.
Menanggapi banyaknya penolakan wakil negaranya, Rusia akhirnya buka suara. Kantor Kepresidenan Rusia atau Kremlin mengatakan, mereka akan mengambil keputusan terkait hal ini, setelah mempertimbangkan situasi ke depannya.
"Kami akan klarifikasi ini, bagaimana pun juga, Indonesia yang menjadi penyelenggara," kata Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov seperti dilansir Reuters, Kamis (7/4).
Sementara itu, Ukraina masih terus melakukan perlawanan terhadap pasukan Rusia yang telah melakukan gempuran selama lebih dari sebulan. Baru-baru ini pemerintah Ukraina mengungkapkan pembantaian massal yang dilakukan pasukan Rusia di wilayah Bucha.
Pasukan Rusia memang telah ditarik dari Bucha. Namun jejak keganasan terlihat jelas di wilayah tersebut, dimana mayat-mayat tergeletak di jalanan dengan kondisi yang mengenaskan.