PARBOABOA, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan ancaman tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap seluruh negara anggota BRICS, termasuk Indonesia.
Langkah itu merupakan respons atas kecaman BRICS yang menyoal kebijakan tarif Trump, serta kritik terhadap serangan militer AS dan Israel ke Iran beberapa pekan sebelumnya.
Dalam unggahannya di Truth Social pada Minggu (6/7/2025) malam waktu setempat, Trump menyatakan sikap tegas terhadap blok negara-negara berkembang tersebut.
“Negara mana pun yang berpihak pada kebijakan anti-Amerika dari BRICS akan dikenakan TARIF TAMBAHAN sebesar 10%. Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini,” tulis Trump seperti dikutip AFP.
Jika ancaman ini benar-benar diwujudkan, Indonesia sebagai anggota baru BRICS jelas akan ikut terkena dampaknya.
Saat ini, BRICS terdiri dari 11 negara, yakni China, Rusia, Iran, Brasil, India, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.
Tiga di antaranya, yaitu China, Rusia, dan Iran, merupakan rival utama Amerika Serikat dalam berbagai isu geopolitik.
Indonesia sendiri bergabung secara resmi dengan BRICS pada Januari 2025 dan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang diterima sebagai anggota penuh.
Masuknya Indonesia ke dalam forum ini menjadi tonggak penting di tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Ketegangan meningkat setelah negara-negara BRICS mengeluarkan pernyataan bersama dalam KTT di Rio de Janeiro, yang mengecam tindakan sepihak AS dalam soal perdagangan dan militernya ke Iran.
Meskipun tidak secara eksplisit menyebut Amerika Serikat, pernyataan tersebut menyoroti kekhawatiran atas perang tarif dan ketidakstabilan global yang ditimbulkannya.
Negara-negara BRICS menyampaikan “keprihatinan serius terhadap meningkatnya tindakan tarif sepihak” yang digagas pemerintahan Trump.
Selain itu, mereka juga memberikan dukungan simbolis kepada Iran, yang menjadi sasaran dalam serangkaian serangan terhadap fasilitas nuklir dan target penting lainnya oleh AS dan Israel.
Meski negara-negara BRICS memiliki perbedaan pandangan dalam banyak hal, mereka berhasil menyatukan suara dalam menghadapi kebijakan perdagangan Amerika yang dianggap tidak konsisten dan penuh risiko bagi stabilitas ekonomi global.
Di tengah dinamika ini, kehadiran Prabowo Subianto dalam KTT BRICS menjadi sorotan.
Menurut Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, keanggotaan Indonesia merupakan inisiatif langsung Presiden Prabowo dan disambut positif oleh seluruh anggota BRICS.
“Indonesia pun diterima dengan cepat menjadi anggota ke-11 BRICS,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Langkah Indonesia bergabung dalam BRICS di tengah eskalasi ketegangan dengan AS menunjukkan keberanian diplomatik dan penegasan posisi strategis Indonesia dalam tatanan global yang sedang berubah.