PARBOABOA, Pematangsiantar - Peta perpolitikan Kota Pematangsiantar menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)/Walikota November mendatang masih abu-abu.
Bagaimana tidak, sampai saat ini, bongkar pasang calon walikota dan wakil walikota di kota tersebut masih berlangsung.
Bisa jadi, pengalaman pemilihan walikota seperti periode sebelumnya terulang kembali dengan calon tunggal yang hanya bersaing dengan kotak kosong.
Namun, di tengah ketidakpastian itu, wacana munculnya pasangan independen yang mendaftar ke KPU menjadi pembeda dalam helatan demokrasi tahun ini.
Menanggapi situasi ini, Zainul Arifin Siregar selaku Ketua Tim Pemenangan Mangatas Silalahi, mengatakan pihaknya tetap optimis akan ada empat pasangan calon yang akan bertarung merebut kursi nomor satu di Kota Pematangsiantar tersebut.
“Maksimal hanya ada empat pasangan calon. Tapi kemungkinan head to head juga besar,” ungkap Zainul kepada Parboaboa, Senin (22/7/2024).
Menurut Zainul, empat nama yang punya peluang besar untuk maju adalah Mangatas Silalahi, Wesly Silalahi, Bistok Lumbantobing, dan Tuahman Purba.
Ia beralasan, sampai saat ini, empat nama tersebut memiliki elektabilitas dan popularitas paling baik di Kota Pematangsiantar.
Apabila keempatnya mendaftar dan bisa melengkapi persyaratan, Zainul menganggap keempatnya akan menjadi kandidat terkuat untuk maju.
“Karena masing-masing individu ini punya perhitungan-perhitungan menang. Semuanya itu tergantung pada apa yang dikeluarkan oleh hasil-hasil survei,” sambungnya.
Namun, Zainul tidak menampik adanya kemungkinan Walikota petahana, Susanti Dewayani, untuk ikut dalam persaingan di Pilkada nanti.
Zainul menambahkan, apabila nantinya hanya akan head to head, kemungkinan Mangatas akan melawan calon yang diusung PDIP.
Membuka Pintu Koalisi
Diketahui Mangatas Silalahi akan diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM).
KIM sendiri terbentuk pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Februari lalu, dan kemungkinan besar akan dipertahankan di Pilkada Pematangsiantar.
Namun, tidak menutup kemungkinan akan menerima partai lain untuk ikut berkoalisi dengan mereka.
“Siapapun yang mau ikut dan tentunya punya visi yang sama untuk Kota Pematangsiantar, silakan saja,” ucap Zainul.
Di Kota Pematangsiantar sendiri, terdapat empat partai dari KIM yang masuk ke parlemen.
Keempat partai itu adalah Partai Golongan Karya (Golkar) dengan lima kursi, sedangkan ketiga partai lain adalah Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan Partai Amanat Nasional (PAN) dengan masing-masing tiga kursi.
Komunikasi tim awalnya akan tetap di keempat partai ini, “selebihnya menyesuaikan,” sambungnya.
Selain komunikasi yang baik dengan partai politik, KIM juga menjalin hubungan baik dengan beberapa organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan di Kota Pematangsiantar.
Diantaranya, Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA), Pujakesuma, hingga Projo.
Zainul yang juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Projo Pematangsiantar mengungkapkan lewat pintu Projo pihaknya juga membangun komunikasi dengan PDIP.
Menurut Zainul, Projo sendiri sudah identik dengan PDIP sejak awal berdirinya.
“Jokowi itu kader PDIP, jadi wajar saja kalau dulu yang mengisi Projo sebagian besar adalah kader PDIP,” ungkapnya.
Zainul menambahkan, Pilpres Februari kemarin mengubah paradigma Projo.
Akibat dari gesekan politik dan kepentingan nasional saat itu, musyawarah rakyat Projo memutuskan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon yang didukung.
“Karena mereka (PDIP) juga punya calon lain untuk didukung, jadi Projo juga harus mengambil sikap untuk itu,” sambung Zainul.
Perbedaan pilihan politik saat Pilpres kemarin menjadi titik balik perombakan di tubuh Projo.
Projo yang awalnya didominasi oleh kader PDI-P, kini diisi oleh mereka yang tergabung dalam KIM.
“Nah ini peluang bagi KIM Pematangsiantar untuk mengajak PDIP masuk koalisi ini, untuk mendukung nama yang sama,” tutupnya.
Editor: Norben Syukur