PARBOABOA, Jakarta - Di tengah dinamika transformasi teknologi dan kebutuhan sumber daya manusia yang mumpuni, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mengambil langkah strategis dengan meluncurkan Universitas Danantara.
Menggandeng sembilan universitas top dunia, kampus baru ini resmi diperkenalkan pada Jumat, 25 Juli 2025 di Jakarta, membuka babak baru pengembangan talenta Indonesia di bidang Artificial Intelligence (AI), engineering, dan sumber daya manusia.
Langkah ambisius ini diumumkan langsung oleh Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, dalam momen Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jaya, Jumat siang.
Di hadapan para pengusaha muda yang hadir, Pandu membagikan kabar bersejarah ini dengan antusias.
“Saya mau sharing karena tadi pagi kami resmi meluncurkan Danantara Universitas,” ungkap Pandu di lokasi acara.
Pernyataan ini sekaligus menandai komitmen Danantara untuk berinvestasi di sektor pendidikan demi mempersiapkan generasi penerus yang tangguh menghadapi era digital.
Tidak tanggung-tanggung, untuk mewujudkan visi besar ini, Danantara menjalin kolaborasi dengan sembilan perguruan tinggi terkemuka dunia.
Tiga di antaranya adalah nama-nama raksasa di kancah akademik internasional: Columbia University di New York, Universitas Tsinghua di Beijing, dan Universitas Stanford di Amerika Serikat.
Melalui kerja sama lintas benua ini, Danantara berupaya menggabungkan keunggulan riset, kurikulum, serta jaringan akademik global ke dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia.
Menurut Pandu, setiap universitas mitra memiliki peran strategis sesuai bidang keahliannya. Universitas Columbia yang dikenal kuat di bidang bisnis dan kebijakan publik akan mendukung pengembangan program manajemen dan kepemimpinan.
Sementara itu, Stanford University, salah satu pusat inovasi teknologi terdepan di Silicon Valley, akan membantu merancang program rekayasa teknik dan keberlanjutan (sustainability).
Di sisi lain, Universitas Tsinghua yang kerap disebut sebagai ‘MIT-nya Asia’ menjadi mitra kunci pengembangan program kecerdasan buatan Danantara.
“Kenapa Tsinghua? Karena tujuh dari sebelas pendiri OpenAI ternyata lulusan Tsinghua. Jadi meski orang sering bilang OpenAI itu produk Amerika, banyak fondasi teknologinya lahir dari Tsinghua,” jelas Pandu, menyoroti betapa kuatnya kompetensi AI yang dimiliki kampus asal Beijing tersebut.
Dengan fakta tersebut, Universitas Danantara menyiapkan sekolah spesialis AI yang fokus pada machine learning, big data, hingga computer vision—sektor-sektor krusial yang diproyeksikan mendominasi industri masa depan.
Tak hanya berhenti pada AI, Danantara juga menyiapkan sekolah khusus pengembangan sumber daya manusia.
Menurut Pandu, program HR yang akan dibuka ditujukan untuk mencetak profesional dengan pemahaman mendalam tentang manajemen talenta di era digital.
Selain itu, kemitraan dengan Stanford juga melahirkan program engineering modern yang mendukung pembangunan berkelanjutan, sementara kerja sama dengan Columbia memfasilitasi penguatan kurikulum manajemen strategis.
Langkah ini sekaligus menjawab tantangan Indonesia dalam mengejar ketertinggalan jumlah tenaga ahli di bidang teknologi tinggi.
Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, Indonesia masih kekurangan puluhan ribu insinyur dan ahli teknologi informasi setiap tahunnya.
Kehadiran Universitas Danantara diharapkan menjadi salah satu solusi konkret untuk mempersempit gap tersebut, dengan membawa standar pembelajaran global langsung ke Tanah Air.
Dengan dukungan sembilan kampus top dunia, Universitas Danantara bercita-cita menjadi pionir pendidikan tinggi yang adaptif, kolaboratif, dan inovatif di Indonesia.
Pandu menegaskan, pihaknya akan terus memperluas kemitraan strategis agar mahasiswa Danantara memiliki akses langsung ke ekosistem riset dan industri global.
Harapannya, para lulusan Universitas Danantara bukan hanya siap bersaing di pasar kerja nasional, tetapi juga mampu berkontribusi sebagai talenta global di era revolusi industri 4.0.