PARBOABOA, Jakarta - Kelompok Houthi mengklaim telah berhasil menenggelamkan sebuah kapal kargo di Laut Merah.
Insiden ini menandai serangan pertama mereka di kawasan tersebut sejak mengumumkan penghentian aksi militer pada Desember 2024.
Kelompok bersenjata yang didukung Iran itu menyebut serangan dilakukan terhadap kapal berbendera Liberia bernama Magic Seas, yang sedang melintas pada Minggu (6/7/2025).
Dalam pernyataannya, Houthi menyatakan kapal tersebut menjadi sasaran setelah mengabaikan peringatan dan panggilan dari Angkatan Laut mereka.
Serangan dilancarkan dengan kombinasi dua perahu tanpa awak, lima rudal, dan tiga drone. Kapal itu, menurut klaim mereka, kemudian tenggelam setelah dihantam dan kemasukan air.
Houthi juga mengaku memberi kesempatan bagi 19 awak kapal untuk meninggalkan kapal sebelum kapal benar-benar tenggelam.
Pihak Stem Shipping, perusahaan Yunani yang mengoperasikan Magic Seas, membenarkan bahwa semua kru berhasil dievakuasi dengan bantuan kapal dagang lain yang kebetulan melintas dan diperkirakan tiba di Djibouti pada keesokan harinya.
Di sisi lain, otoritas Uni Emirat Arab melaporkan bahwa 22 orang telah diselamatkan setelah kapal Safeen Prism milik AD Ports Group menerima sinyal darurat dari lokasi kejadian.
Perwakilan perusahaan, Michel Bodouroglou, menjelaskan kapal Magic Seas tengah memuat besi dan pupuk dengan rute dari Tiongkok ke Turki saat insiden terjadi. Ia menyebut kapal sempat kemasukan air parah akibat serangan tersebut.
Serangan ini mengakhiri masa tenang selama enam bulan di jalur pelayaran Laut Merah, yang sebelumnya sempat mengalami ketegangan tinggi pada akhir 2023 hingga 2024 akibat serangkaian serangan Houthi.
Selama periode itu, lebih dari 100 serangan dilancarkan terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah, Teluk Aden, dan Selat Bab al-Mandab.
Houthi mengklaim aksi-aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza yang menghadapi serangan dari Israel.
Sebelum serangan terbaru, kegiatan ofensif Houthi di wilayah laut strategis tersebut relatif terhenti sejak Desember 2024.
Dalam periode aktifnya, kelompok ini telah menenggelamkan sedikitnya dua kapal, menyita satu kapal lainnya, dan menyebabkan kematian setidaknya empat awak kapal.
Anti Amerika
Melansir laman American Jewish Committee, Houthi merupakan kelompok militan Syiah-Zaidi dari Saada, Yaman utara yang kini menguasai sepertiga wilayah Yaman dan dua pertiga populasinya.
Sejak merebut ibu kota Sanaa pada 2014 dan menyatakan kekuasaan penuh setahun kemudian, mereka berkembang menjadi kekuatan politik dan militer berpengaruh, didukung Iran dalam hal dana, senjata, dan pelatihan.
Dalam konflik regional, terutama sejak pecahnya perang Israel–Hamas pada Oktober 2023, Houthi secara aktif menyerang Israel menggunakan rudal dan drone, serta mengincar kapal dagang di Laut Merah.
Sebagai respons atas serangan Houthi, Israel dan AS melancarkan serangan udara ke infrastruktur militer Houthi di Yaman, termasuk Bandara Sanaa dan pelabuhan Hodeidah.
Hingga Mei 2025, sekitar 60 rudal balistik dan 310 drone telah ditembakkan ke Israel.
Kepemimpinan Houthi berada di tangan Abdul-Malik al-Houthi, didukung tokoh-tokoh seperti Mohammed Ali dan Abdul-Karim al-Houthi, serta komandan militer Yusuf al-Madani.
Dukungan Iran memungkinkan mereka mengakses rudal canggih dan UAV bersenjata, yang memperluas jangkauan serangan hingga ke Israel, Saudi, dan UEA.
Kontrol Houthi atas Selat Bab el-Mandeb, jalur pelayaran penting yang dilewati 30% kontainer global dan 10% pasokan minyak dunia, menjadikan mereka sebagai ancaman strategis bagi perdagangan dan energi internasional.
Ideologi kelompok ini tercermin dalam slogan “Allahu Akbar, matilah AS, matilah Israel, kutuklah Yahudi, kemenangan bagi Islam” yang menegaskan sikap ekstremis, anti-Amerika, dan antisemit yang selaras dengan Iran.
Secara internasional, Houthi dikategorikan sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO) oleh AS di era Trump. Status ini sempat dicabut oleh pemerintahan Biden, namun dikembalikan sebagai kelompok teroris global (SDGT) pada 2024.
Sejak Maret 2025, AS rutin menggempur posisi Houthi sebagai respons atas serangan mereka terhadap Israel dan kapal dagang internasional.