PARBOABOA, Jakarta – Dalam upaya memanfaatkan celah tarif ekspor ke Amerika Serikat yang lebih rendah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia merancang strategi cerdik melalui kerja sama erat dengan Timor Leste.
Gagasan re-ekspor ini diharapkan menjadi jalan keluar atas tingginya tarif yang dikenakan AS terhadap produk Indonesia.
Di tengah dinamika perdagangan global, Kadin Indonesia melihat peluang strategis untuk memperluas pasar ekspor ke Amerika Serikat melalui skema re-ekspor via Timor Leste.
Seperti diketahui, sejak masa kepemimpinan Presiden AS Donald Trump, Indonesia dibebankan tarif ekspor sebesar 32 persen.
Sebaliknya, Timor Leste hanya dikenai tarif sekitar 10 persen, angka yang dinilai sangat kompetitif.
Kesempatan emas inilah yang menjadi topik utama dalam Monthly Economic Diplomacy Meeting yang digelar Kadin Bidang Luar Negeri di Hotel Aryaduta, Jakarta, pada Jumat (11/7/2025).
Pertemuan tersebut dihadiri oleh deretan pengusaha nasional, pejabat tinggi Timor Leste, hingga pakar ekonomi, yang bersama-sama mencari terobosan agar produk Indonesia tetap bisa bersaing di pasar Amerika.
Sementara Wakil Ketua Umum Bidang Diplomasi Multilateral Kadin, Andi Anzar Cakra Wijaya, menekankan betapa pentingnya memanfaatkan relasi erat yang sudah terjalin puluhan tahun antara Indonesia dan Timor Leste.
Ia menilai, kedekatan historis dan geografis harus diterjemahkan menjadi sinergi ekonomi yang nyata.
“Kita banyak belajar menjadi saudara bersama Timor Leste selama puluhan tahun, dan kini kita punya peluang memanfaatkan kondisi tarif global untuk saling mendukung. Apa yang diterapkan Trump secara global bisa kita olah menjadi peluang ekonomi baru,” tutur Andi dalam keterangan resminya yang dirilis pada Sabtu (12/7/2025).
Tak hanya itu, Andi juga menyoroti kondisi neraca perdagangan kedua negara yang masih timpang, di mana Indonesia mencatat surplus cukup besar.
Menurutnya, keseimbangan perdagangan menjadi syarat penting untuk membangun kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan.
Transit Ekspor
Dari pihak Timor Leste, dukungan penuh disampaikan Menteri Perdagangan dan Industri (MCI), Nino Filipus Pereira.
Ia menegaskan bahwa Timor Leste membuka pintu selebar-lebarnya bagi pelaku usaha Indonesia untuk memanfaatkan negaranya sebagai jalur transit ekspor ke Amerika Serikat.
“Melalui kerja sama ini, kami berharap para pengusaha Indonesia dapat menjadikan Timor Leste sebagai titik transit ekspor ke Amerika Serikat. Dengan begitu, manfaat ekonomi dapat dirasakan kedua negara,” ujar Nino optimistis.
Tidak hanya berhenti pada skema re-ekspor, Nino juga membeberkan potensi kolaborasi di sektor lain seperti industri, pertanian, perikanan, hingga pengembangan kawasan industri baru.
Timor Leste, katanya, tengah membuka ruang luas bagi investor Indonesia yang ingin menanamkan modal di berbagai proyek strategis.
Lebih jauh, Nino menyatakan komitmen Timor Leste untuk memperkecil defisit perdagangan dengan Indonesia.
Salah satu langkahnya adalah mulai mengekspor produk-produk unggulan ke pasar Indonesia.
Hal ini diharapkan dapat menciptakan hubungan dagang yang lebih seimbang dan sehat di masa mendatang.
Dalam forum yang sama, ekonom senior sekaligus Komisaris Utama MIND ID, Fuad Bawazier, mengingatkan bahwa strategi jangka panjang Indonesia tidak boleh berhenti sebagai negara pasar. I
a mencontohkan bagaimana Tiongkok berhasil melakukan transformasi ekonomi secara signifikan.
“Negara kita harus bisa bertransformasi dari sekadar pasar menjadi produsen yang tangguh. Tiongkok dulu diremehkan hanya memproduksi barang-barang sederhana seperti korek api atau payung. Sekarang, lihatlah, mereka menjadi produsen global di hampir semua sektor,” tegas Fuad.
Melalui kerja sama cerdas dengan Timor Leste dan inovasi strategi ekspor seperti skema re-ekspor ini, Indonesia diharapkan mampu menembus pasar Amerika dengan lebih efisien.
Lebih dari itu, langkah ini diharapkan menjadi bagian dari transformasi besar agar Indonesia tak sekadar menjadi pasar, tetapi produsen yang mendunia.