PARBOABOA, Pematangsiantar - Sepakbola merupakan salah satu olahraga terpoppuler di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan beragamnya klub sepakbola di Indonesia, mulai dari amatir hingga profesional.
Banyaknya klub sepakbola ini, tentu diikuti oleh beragamnya basis suporter sepak bola di masing-masing klub. Klub sepakbola dan suporternya merupakan dua hal yang saling melengkapi. Klub sepakbola tanpa suporter akan hambar tanpa gairah saat bertanding.
Namun sayangnya, terdapat suporter yang malah menyalahgunakan dukungannya dan berubah menjadi suporter anarkis. Hal ini tentu akan merugikan banyak pihak bahkan dapat merenggut nyawa.
Seperti seorang suporter klub Persija yang meninggal dunia setelah dikeroyok sejumlah orang sebelum laga antara Persib melawan Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Jawa Barat, Minggu (24/9).
Bukan hanya itu saja, masih banyak kasus yang sama telah terjadi selama beberapa tahun terakhir ini.
Deretan Kasus Anarkisme Suporter Sepakbola di Indonesia
1. Suporter Persib vs Jakmania
Seorang pendukung Persib Bandung Muhammad Rovi Arrahman alias Omen tewas usai diserang sekelompok oknum The Jak ketika hendak menyaksikan laga antara Persib Bandung kontra Persegres di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Kejadian bermula ketika korban bersama dengan sekitar 20 orang berangkat menuju stadion Wibawa Mukti. Namun, begitu sampai di lokasi, mendadak sekelompok orang tak dikenal mengadang, lalu menyerang mereka.
Sontak, rombongan korban yang menggunakan motor panik dan berhamburan. Adapun, korban kemudian terjatuh karena terkena lemparan helm dari kelompok lawan dan meninggal di Rumah Sakit.
2. Suporter Bonek vs Aremania
Ratusan pendukung Persebaya Surabaya, atau sering disebut Bonek Mania diketahui menghadang puluhan suporter Arema yang akan berangkat ke Stadion Maguwoharjo Sleman, Yogyakarta.
Pertikaian pun tak terhindarkan, dua suporter terlibat bentrok dalam perjalanan menuju Sleman, Yogyakarta. Bentrokan tersebut terjadi di dua lokasi, yakni di SPBU Jatisumo, Kecamatan Sambungmacan, perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur dan Desa Nglorok, Sragen, Sabtu (19/12/2018) sekitar pukul 04.30 WIB.
Akibatnya, dua orang anggota Aremania tewas dalam insiden penyerangan itu. Mereka adalah Eko Prasetyo (30) warga RT 19/04 Pandesari Batu Malang dan sopir Suzuki Carry, Slamet warga Malang.
3. Suporter Persis Solo vs Martapura FC
Satu orang dilaporkan meninggal dunia usai terlibat kerusuhan antar-suporter di sela pertandingan babak delapan besar Divisi Utama antara Persis Solo dan Martapura FC di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Rabu (22/10/2014).
Kerusuhan antar-suporter tersebut dipicu karena suporter dan tim tuan rumah kecewa dengan kepemimpinan wasit Ahmadi Jafri. Beberapa suporter yang kecewa kemudian berusaha untuk masuk ke lapangan.
4. Suporter Persebaya vs Persela
Seorang suporter Persebaya alias Bonek berinisial M (17) tewas usai bentrok di Solo, Sabtu (14/4/2018) dini hari. Rombongan Bonek itu diserang sekelompok pemuda dengan lemparan batu di sejumlah lokasi di Solo.
Lokasi tersebut di antaranya Kleco, Kerten, dan juga kawasan Jalan Ki Mangun Sarkoro, Kadipiro, Banjarsari. Akibat bentrok yang melibatkan aksi lempar batu itu, 12 anggota Bonek masuk rumah sakit, satu orang kritis, dan satu orang meninggal.
5. Suporter PSMS Medan vs Persita
Pertandingan Persita Tangerang kontra tamunya, PSMS Medan, pada laga pamungkas 16 Besar Liga 2 musim 2017 di Stadion Mini Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu (11/10/2017) berakhir ricuh.
Ricuh ini melibatkan kedua pendukung tim yang bertanding. Kedua kubu suporter terlihat saling serang setelah wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir.
Kericuhan bermula ketika suporter Persita Tangerang masuk ke lapangan lantaran protes kepada manajemen. Namun, situasi semakin memanas ketika ada lemparan batu dari sekitaran bangku penonton.
Lempar batu antara suporter PSMS Medan dan Persita Tangerang pun tidak bisa terhindarkan. Suporter PSMS rupanya tidak terima dengan serangan yang dilakukan oleh pendukung Persita.
Para pendukung PSMS yang tadinya berada di tribune penonton pun langsung membalas serangan. Suporter Persita yang sebagian berusia remaja ini kalang kabut saat suporter lawan dengan badan besar ini ngamuk.
Alhasil, sejumlah penonton tampak mengalami luka-luka akibat kericuhan antara kedua suporter. Bentrok dua suporter ini tampak tidak imbang, sehingga banyak dari kubu suporter Persita yang mengalami luka.
Selain kasus di atas, masih banyak kasus serupa lainnya yang telah terjadi di sepakbola Indonesia. Pesannya adalah perilaku anarkis antar suporter tidak ada gunanya, hanya akan membuat citra persepakbolaan di Indonesia semakin buruk.