Respon Penumpang KRL Soal Kenaikan Tarif: Terlalu Memberatkan!

Pro kontra diantara pelanggan Commuter Line KRL Jabodetabek soal rencana kenaikan tarif menjadi Rp 5.000 per 25 kilometer pertama (Foto: Parboaboa/Sondang H)

PARBOABOA, Jakarta – Rencana kenaikan tarif commuter line kereta rangkaian listrik (KRL) Jabodetabek menjadi Rp 5.000 per 25 kilometer pertama menimbulkan pro kontra diantara para pelanggan. Ada yang setuju dan ada pula yang menentang keras kebijakan tersebut.

Salah satu pelanggan KRL, Rizky (40) menyebut bahwa kenaikan tarif tersebut sangat memberatkan masyarakat, terutama rakyat kecil.

"Sangat memberatkan masyarakat ya, apalagi kami yang kaum menengah ke bawah," ujar Rizky saat ditemui di stasiun Pasar Senen, Kamis (15/12/2022).

Menurutnya, KRL Commuter Line merupakan transportasi alternatif yang sangat cocok dipakai di tengah lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM). Dimana dirinya sehari-hari menggunakan kereta api untuk pergi bekerja dan pulang ke rumah.

"Jadi kalau tarif kereta pun ikutan naik, mau naik apa lagi?", Ujarnya.

Meski demikian, jika tarif angkutan umum tersebut benar-benar dinaikkan, Rizky hanya berharap agar fasilitas kereta semakin lebih baik, terutama dalam hal keamanan.

"Kasus covid kan lagi naik. Maunya ada keamanan untuk mengingatkan masyarakat kembali memakai masker," jelas Rizky.

"Intinya prioritaskan kenyaman penumpang lah," tambahnya.

Ditengah penolakan tersebut, tidak sedikit pula masyarakat yang mengaku setuju dengan kenaikan tarif tersebut. Hal itu berkaca pada fasilitas dan kenyamanan yang disediakan kepada penumpang.

"Setuju (kenaikan tarif). Ya kalau naiknya cuman segitu sih gak apa apa ya. Masih murah juga, kan fasilitasnya banyak, mulai dari toiletnya, gerbong sampai ruang sholatnya juga nyaman. Jadi gak masalah sih kalau naik segitu mah," ujar penumpang KRL, Siska saat dijumpai Parboaboa di stasiun Manggarai.

Namun, perempuan asal Cawang ini meminta agar rute di kawasan Jakarta Utara ditambah. Ia menilai, sangat sulit untuk bepergian ke arah Jakarta Utara lantaran minimnya stasiun di sana.

"Susah banget kalau mau ke Jakarta Utara, apalagi ke Kelapa Gading. Harus turun di Tanjung Priok terus naik bus. Maunya ditambahin rutenya," jelasnya.

Sebelumnya, Plt Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Mohamad Risal Wasal menyebut tarif KRL Commuter Line bakal naik mulai tahun depan. Pihaknya bahkan sudah menyiapkan regulasi dalam bentuk peraturan menteri soal kenaikan tarif KRL ini.

"Tinggal tunggu waktu kapan sesuaikan tarif. Kalau tarif tidak disesuaikan, PSO bisa berkurang. Insyaallah pada 2023 awal ada berita-berita soal kenaikan tarif," ujarnya dalam diskusi dengan media dan komunitas di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (12/12).

Kendati demikian, Risal enggan membeberkan berapa besaran kenaikan tarif KRL. Ia menegaskan, angkanya tidak akan jauh dari simulasi kenaikan tarif KRL yang sebelumnya dibuat oleh Kemenhub.

"Insyaallah sepaket (tarif non-KRL juga naik). Nggak mahal lah. Ada harga ada barang. Nggak tinggi lah, nggak banyak. Kan ada peningkatan pelayanan-pelayanan harus disiapkan juga. Kasihan juga dong operator," pungkasnya.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS