Reaksi Joe Biden dan Beberapa Pemimpin Negara Usai Penembakan Donald Trump

Presiden AS, Joe Biden. (Foto: Instagram/@joebiden)

PARBOABOA, Jakarta - Calon Presiden AS, Donald Trump ditembak oleh pria bersenjata saat berkampanye di Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024).

Akibat penembakan tersebut, mantan presiden negeri paman sam itu terluka di telinga bagian kanan. Sementara itu, satu orang peserta kampanye dilaporkan tewas dan dua orang lainnya alami luka berat.

Menanggapi hal itu, Presiden AS, Joe Biden menyerukan agar segera menurunkan suhu politik. Dilansir dari AFP, ia mengatakan, politik tidak boleh menjadi ruang atau medan perang.

"Saya ingin berbicara kepada Anda malam ini tentang perlunya kita menurunkan suhu dalam politik," kata Biden, Senin (15/7/2024).

Apalagi, saat ini tegas dia, masyarakat AS sedang menghadapi ujian jelang pemilu. Ia menekankan keyakinan akan pilihan politik tidak boleh berubah menjadi kekerasan.

Tak peduli, seberapa kuatnya keyakinan politik tersebut, "kita tidak boleh berubah menjadi kekerasan," katanya.

Biden sendiri mengutuk keras aksi penembakan terhadap Trump dan beberapa peserta kampanye. Ia mengaku telah menghubungi Trump, pesaingnya di Pilpres AS mendatang.

"Bersyukur mendengar Trump selamat dan baik-baik saja," tegasnya.

Presiden China, Xi Jinping juga menyampaikan keprihatinannya. Melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China ia mengungkapkan rasa belasungkawanya dan menyebut insiden ini sebagai percobaan pembunuhan.

"China prihatin dengan penembakan mantan Presiden Trump. Presiden Xi Jinping telah menyampaikan belasungkawa kepada mantan Presiden Trump," pungkas Kemenlu China.

Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyebut ini sebagai tragedi demokrasi. Begitu juga dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz yang menyebut tindakan ini sebagai kekerasan politik dalam demokrasi.

"Saya berharap dia (Trump) cepat sembuh," ucap Scholz.

Scholz menegaskan, pikirannya tertuju pada orang-orang yang terkena dampak serangan tersebut. Tindakan kekerasan seperti itu, lanjutnya telah mengancam demokrasi.

Rusia, walaupun mengutuk penembakan Trump tetapi mengaitkannya dengan sikap AS terhadap Ukraina selama ini. 

Maria Zakharova, Kemenlu Rusia mengatakan sebaiknya AS membuat inventarisasi atas kebijakannya yang menghasut kebencian terhadap lawan politik, negara, dan masyarakat.

Kata dia, akan lebih baik jika AS menggunakan uang yang dimilikinya untuk membiayai kepolisian dan layanan lain untuk menjamin hukum dan ketertiban di Amerika Serikat. 

AS sendiri merupakan salah satu pendukung perlawanan Ukraina di perang dengan Rusia. Pada pertemuan puncak peringatan 75 tahun NATO di Washington, 10 Juli lalu, AS cs mengumumkan pengiriman jet tempur F-16 ke Ukraina dan membuat Rusia marah.

Reaksi Donald Trump

Kondisi Donald Trump saat ini dinyatakan telah membaik. Bahkan, pagi ini, Senin (15/7), Ia  telah mendarat di Wisconsin menjelang Konvensi Nasional Partai Republik.

Melalui akun media sosialnya ia mengucapkan terimakasih atas respon cepat aparat penegak hukum dan Secret Service. Trump juga mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban yang meninggal dunia dalam insiden itu.

Yang paling penting, demikian ia menegaskan, "dirinya ingin menyampaikan belasungkawa saya kepada keluarga orang yang terbunuh di rapat umum tersebut.

"Dan juga kepada keluarga orang lain yang terluka parah," tambahnya.

Ia menyampaikan tidak mengetahui tentang pelaku penembakan yang kini telah tewas. Ia hanya merasa ada yang kurang beres ketika mendengar suara tembakan.

Trump mengakui dirinya tertembak peluru yang menembus bagian atas telinga kanannya.

"Saya mendengar tembakan, suara mendesing dan langsung merasakan peluru menembus kulit," ungkapnya.

Adapun pelaku penembak Trump diidentifikasi sebagai tindakan terorisme domestik. Pelaku diketahui bernama Thomas Matthew Crooks dan berumur 20 tahun.

Thomas Matthew Crooks telah tewas ditembak kepalanya oleh agen Secret Service. Menurut penyelidikan FBI pelaku melakukan aksinya sendirian.

Seorang pejabat FBI, Robert Wells mengatakan bahwa dari hasil penyelidikan pelaku diketahui bermasalah secara mental.

Namun begitu, pihaknya kata dia, masih melakukan penyelidikan lebih lanjut. Divisi kontraterorisme dan divisi kriminal, tambahnya, telah bekerja sama untuk menentukan motifnya.   

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS