parboaboa

Kisah Sedih Hari Senin Jeni Ungkap Kematian Janggal Bripka AS

TIM Parboaboa | Nasional | 03-04-2023

Massa aksi menyalakan lilin atas kematian Bripka AS di Polda Sumut, Rabu (29/03/2023). (Foto: PARBOABOA/Ari Bowo)

PARBOABOA - Empat  lilin menyala kecil menerangi lima poster wajah mendiang Bripka Arfan Erbanus Saragih alias Bripka AS, di depan gerbang Markas Kepolisian Daerah Sumatra Utara. Poster berlatar belakang warna kuning berjejer menampilkan wajah Bripka Arfan Erbanus Saragih berpakaian dinas lengkap, Rabu 29 Maret 2023, sekitar pukul 18.30 WIB.

"Yang terjadi akhir-akhir ini di Kabupaten Samosir terjadi suatu yang kita duga suatu pelanggaran di kepolisian Polres Samosir. Yang dihilangkan di sini adalah keadilan. Usut tuntas kematian Bripka AS," ujar Sirdo Sagala lantang, saat memimpin aksi demo di Markas Kepolisian Daerah Sumatra Utara (Poldasu).

Suara lantang pendemo itu menyemangati istri mendiang Bripka Arfan Erbanus Saragih. Jeni Irene Simorangkir ketika menjalankan pemeriksaan maraton penyidik, di gedung Subdit IV/Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Poldasu.

Jeni Irene Simorangkir, 30 tahun, istri almarhum Bripka AS menjalankan pemeriksaan sedari 28-30 Maret 2023. Ia bersama anaknya datang didampingi pengacara Fridolin Siahaan. Demi keadilan supaya kepolisan mengungkap kematian janggal suaminya.

“Kami memang sedang menjalani pemeriksaan beserta dengan saksi-saksi. Harapan saya masih sama. Semoga kasus suami saya diusut secara tuntas. Agar kami tahu bagaimana kematian suami saya,” ungkapnya agak murung kepada Parboaboa, Jumat 31 Maret 2023.

Air mata Jeni kerap jatuh. Apalagi sewaktu kedua anaknya bertanya mengapa Bripka Arfan Erbanus Saragih tidak pulang ke rumah?

“Anak-anak pun sampai sekarang sering bertanya kadang-kadang menangis mencari papinya. Papinya pergi tiba-tiba, jadi kadang mereka merasa belum meninggal. Kadang-kadang saya merasa bingung. Tapi, Puji Tuhan mereka anak yang luar biasa. Saya kasih penjelasan papi sudah di surga (Lihat: Wawancara Jeni Irene Simorangkir),” ungkap Jeni Irene Simorangkir sambil menangis sesenggukan.

Hingga detik ini, hati Jeni masih teguh tidak percaya suaminya yang penyayang keluarga itu. Bunuh diri meminum racun Sianida.

“Sampai sekarang saya enggak percaya kalau mereka (polisi) katakan suami saya bunuh diri. Dia punya itikad baik untuk menyelesaikan (masalah penggelapan pajak kendaraan bermotor yang mencapai Rp2,5 miliar di kantor UPT Samsat Pangururan),” ujarnya.

Jeni Irene Simorangkir pakai jaket oranye menangis memegang foto suaminya Bripka AS. (Tangkapan Layar Youtube Green Berita TV)

Apalagi pada 23 Januari, Bripka AS bercerita kepada Jeni, bahwa Kapolres Samosir (AKBP Yogie Hardiman) memanggil suaminya ke Polres Samosir. Menurut Jeni, terkait penggelapan pajak itu. Bahkan handphone milik Bripka AS sudah disita.

“Tanggal 23 almarhum bilang kepada saya dipanggil bapak Kapolres Samosir terkait penggelapan pajak itu handphone-nya disita. Terus bapak Kapolres bilang siapa bekingmu? Bintang 1, Bintang 2, tidak takut. Bintang 3 saya baru takut,” ungkapnya kepada Parboaboa.

Kejanggalan kematian Bripka AS bermula, ketika Jeni Irene Simorangkir mulai susah menghubungi suaminya sejak Jumat 3 Februari 2023. Ia berulang kali menelepon suaminya. Sayangnya, tidak ada respon jawaban. Sampai pukul 18.00 WIB, nomor handphone suaminya tidak aktif lagi.

Jeni akhirnya berinisiatif mendatangi Polres Samosir membuat laporan mencari sang suami, Minggu 5 Februari 2023. Rupanya, petugas di sana menolak laporannya. Gara-gara Bripka AS belum menghilang selama 3x24 jam.

Barulah pada Senin 6 Februari 2023, Jeni kaget bukan kepalang mendengar kabar suaminya sudah meninggal, di areal savana padang rumput penuh bebatuan Kelurahan Siogung-Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

***

Kuasa hukum keluarga mendiang Bripka AS, Fridolin Siahaan, menambahkan di situ salah satu kejanggalan menurut keluarga kematian Brpika AS. Menurutnya, kenapa pada saat olah TKP (pertama) ditemukannya almarhum tidak diajak istri. Sedangkan posisi dari istri almarhum sedang berada di Polres.

“Akhirnya di hari Senin 6 Februari, mendatangi kembali guna menjumpai Kapolres Samosir. Tetapi pada saat itu, Kapolres hanya keluar dan tiba-tiba anggota Bhayangkari mengatakan Bripka AS sudah meninggal dunia. Akhirnya Kapolres mendatangi istri almarhum lalu mengatakan turut berduka,” ungkapnya kepada Parboaboa Selasa 28 Maret 2023 sore.

Kejanggalan kematian Bripka AS lainnya, Fridolin Siahaan mengungkapkan, hasil autopsi rilis Polres Samosir, Selasa 14 Maret 2023.

“Dokter forensik mengatakan, bahwa ditemukannya ada trauma benda tumpul di kepala bagian belakang. Enggak resapan darah saja itu di bagian luar dan dalam. Tapi ada trauma benda tumpul memar atau bagaimana?” tanyanya bernada curiga.

“Dan juga ada pendarahan di bagian otak kepala belakang. Artinya mungkin bagaimana benturan itu terlalu keras atau seperti apa kita belum tahu. Mungkin dokter forensik mengetahuinya. Tapi pendarahan itu di bagian otak kepala belakang,” tambahnya lagi.

Belum lagi menyoal racun Sianida penyebab kematian Bripka AS. Tidak ditemukan jejak digital pembelian Sianida secara online .

“Pada saat rilis kami mempertanyakan dari mana Sianida itu berasal? Tapi dijawab oleh pihak Polres, kami tidak mengetahui. Kami yakini, almarhum langsung memesan karena tidak ada saksi,” ungkap Fridolin Siahaan.

“Tapi di sisi lain labfor forensik. Kalau tidak salah Bapak Heri Ginting mengatakan ditemukannya jejak digital tentang pencarian Sianida, fungsi Sianida racun tikus, ayat-ayat Alkitab, dan sebagainya. Tetapi tidak ditemukan jejak digital mengenai pembelian secara online di HP tersebut yaitu HP yang ada di TKP,” tambahnya.

Pengacara keluarga almarhum Bripka AS, Fridolin Siahaan ketika ditemui di Polda Sumut. (PARBOABOA/Ari Bowo)

Sedangkan menyoal penggelapan pajak melibatkan Bripka Arfan Erbanus Saragih. Fridolin Siahaan tak memungkiri, memang Kapolres Samosir sudah menyuruh Bripka AS mengembalikan uang penggelapan pajak kurun waktu dua minggu. Walhasil, Bripka AS langsung berembuk bersama istrinya biar menjual rumah.

“Akhirnya rumah itu dijual dan mereka melakukan pinjaman ke bank.Itulah yang dibayarkan kurang lebih ditaksir sampai Rp700 juta. Kita belum tahu pasti tapi almarhum cerita ke keluarga kurang lebih di angka Rp800 juta. Tapi, kalau pernyataan Polres pada saat rilis itu Rp1,3 miliar jadi Rp2,3 miliar itu kumulatif,” ungkap Fridolin Siahaan.

“Itu juga salah satu menurut keluarga kejanggalan. Kenapa ada upaya itikad baik dan malah (dibilang) mengakhiri dengan cara bunuh diri. Jadi keluarga tidak menerima secara logis,” tambahnya lagi.

Kuasa hukum keluarga Bripka AS (Lihat: Wawancara Fridolin Siahaan) meyakini, tidak mungkin seorang oknum berpangkat Bripka didukung empat honorer di UPT Pangururan melaksanakan aksi kejahatan selama kurang lebih 5 tahun. Apalagi tanpa diketahui atau dimonitor pimpinan atau rekan lainnya. Sang kuasa hukum menduga kematian janggal Bripka AS terkait soal penggelapan pajak.

“Kami menduga, jangan-jangan almarhum dihilangkan nyawanya. Untuk memutus mata rantai siapa saja, yang terlibat dalam kasus penggelapan pajak,” ujarnya.

Kini keluarga mendiang Bripka AS beserta pengacaranya masih menunggu tanggapan Mabes Polri. Sebab, mereka sudah melayangkan surat ke Mabes Polri untuk membantu mengusut kematian janggal Bripka Arfan Erbanus Saragih.

***

Parboaboa mengonfirmasi kepada Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Dedi Prasetyo, 55 tahun, soal kelanjutan kasus Bripka AS di Poldasu. Ia menjelaskan, bahwa Mabes Polri masih meninjau kasus tersebut lebih lanjut. Sebab, kasus sudah ditangani Polda Sumut. Walau begitu, Mabes Polri gayung bersambut diperlukan membentuk Tim Pencari Fakta.

“Saat ini sudah ditangani Polda Sumut. Jika diperlukan kita akan bentuk tim pencari fakta nanti. Propamkan juga sudah periksa mantan dan Kapolres Samosir,” ujarnya singkat kapasitas Kadiv Humas Polri, sebelum menjabat sebagai Asisten SDM Polri, Sabtu 1 April 2023.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Dedi Prasetyo (Foto: Dok. tribratanews.kediri.jatim.polri.go.id)

Jenderal bintang dua itu menegaskan, bahwa kasus kematian Bripka AS tidak terkait kasus pengedaran narkoba. Melainkan, ada dugaan soal penggelapan pajak masyarakat di Samosir.

“Tidak ada. Pihak keluarga dan istri sudah dimintai keterangan soal itu. Kita lihat saja perkembangannya dulu di Poldasu bagaimana?” jawabnya.

Sedangkan menyoal permintaan keluarga, Mabes Polri melakukan otopsi ulang dan masuknya Tim IT Independen mengulik isi HP Bripka AS saat ditemukan tewas di pinggiran Danau Toba. Mabes Polri belum memberikan jawaban pasti.

“Nanti kami cek lagi,” ungkap Irjen Pol. Dedi Prasetyo.

Reporter: Ari Bowo dan Reka Kajaksana

Editor : Fery Sabsidi

Tag : #bripka arfan    #penggelapan pajak    #nasional    #polres samosir    #polda sumut    #mabes polri    #sianida    #bunuh diri    #bripka AS   

BACA JUGA

BERITA TERBARU