AS Siap Bangun Industri Semikonduktor, Airlangga: Ekosistem Disiapkan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: Dok. Antara)

PARBOABOA, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan ketertarikan serius untuk berinvestasi di sektor semikonduktor Indonesia.

Rencana tersebut muncul setelah rampungnya pembahasan mengenai penerapan tarif resiprokal atau timbal balik antara kedua negara.

Menurut Airlangga, semikonduktor merupakan industri strategis yang menjadi tulang punggung perkembangan teknologi modern, mulai dari komputer, telepon pintar, hingga berbagai perangkat elektronik canggih.

Dengan posisi tersebut, kehadiran investasi dari AS diyakini mampu memperkuat daya saing Indonesia di sektor teknologi global.

“Dengan ditandatanganinya perjanjian perdagangan, Amerika sudah mulai tertarik mendorong semikonduktor di Indonesia. Saat ini juga sedang dipersiapkan ekosistemnya,” ujar Airlangga dalam laporan RAPBN 2026 dan Nota Keuangan 2026 di Jakarta, Jumat (15/7/2025).

Airlangga menekankan bahwa salah satu faktor yang membuat Indonesia menarik bagi investor adalah tarif perdagangan yang relatif rendah bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Berdasarkan keputusan terbaru, tarif yang ditetapkan AS untuk Indonesia berada di level 19 persen.

“Terkait dengan tarif perdagangan, sudah ada kepastian dan hampir semua negara telah diputus. Untuk Indonesia, ke Amerika Serikat sudah jelas, dan dibandingkan dengan negara ASEAN lain relatif kompetitif,” jelasnya.

Dengan posisi tarif yang lebih ringan tersebut, peluang bagi Indonesia untuk memperkuat hubungan dagang dengan AS terbuka semakin lebar.

Hal ini juga diyakini akan mendorong investasi baru, khususnya di sektor berteknologi tinggi seperti semikonduktor.

Potensi Rare Earth Indonesia

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto dalam pidato Nota Keuangan dan RAPBN 2026 di hadapan DPR-MPR RI turut menyinggung kekayaan alam strategis yang dimiliki Indonesia, yaitu tanah jarang atau rare earth.

Mineral ini dikenal sebagai komponen vital dalam industri teknologi modern dan militer.

“Alhamdulillah, Yang Maha Kuasa telah memberi karunia kepada kita. Kita memiliki mineral-mineral yang disebut tanah jarang, rare earth. Semua jenis rare earth yang ada di dunia kita miliki,” ujar Prabowo.

Ia menegaskan, sumber daya langka tersebut memiliki peran penting tidak hanya dalam mendukung perkembangan teknologi sipil, tetapi juga dalam pembuatan alat utama sistem pertahanan negara (alutsista).

Karena itu, pengelolaan tanah jarang harus menjadi prioritas agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional.

“Kita harus kuasai, kendalikan, membela, dan kelola semua kekayaan alam Indonesia,” tegas Prabowo.

Pernyataan Airlangga dan Prabowo menunjukkan adanya benang merah yang kuat: potensi sumber daya alam Indonesia dapat menjadi daya tarik utama bagi investasi asing di bidang teknologi.

Di satu sisi, keberadaan tanah jarang menjadi modal strategis untuk industri canggih, sementara di sisi lain, kepastian tarif perdagangan membuka jalan bagi investor besar seperti Amerika Serikat untuk membangun ekosistem semikonduktor di Tanah Air.

Dengan kombinasi ini, Indonesia berpeluang tidak hanya sebagai pemasok bahan mentah, tetapi juga sebagai pusat produksi teknologi modern yang mampu mengangkat daya saing nasional di kancah global.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS