Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,8% Tapi Tantangan Pekerjaan Meningkat

Bank Dunia mencatat tingkat pengangguran usia 15–24 tahun di Indonesia hampir mencapai 15% (Foto: Unsplash)

PARBOABOA, Jakarta - Bank Dunia dalam laporan terbarunya, East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2025, memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh stabil sebesar 4,8% pada 2025 dan 2026. 

Angka ini sedikit lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya untuk tahun 2025 yang berada di level 4,7%. 

Namun, lembaga tersebut mengingatkan perlambatan ekonomi global berpotensi memberi dampak negatif signifikan terhadap negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia.

Bank Dunia menilai bahwa fokus utama pemerintah Indonesia sebaiknya diarahkan pada peningkatan efisiensi dan efektivitas pengeluaran, bukan semata-mata pada upaya memperkecil defisit fiskal. 

Pengelolaan belanja publik yang lebih strategis dinilai dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi jangka panjang sekaligus menjaga stabilitas fiskal nasional.

Dalam laporannya, Bank Dunia menilai bahwa arah kebijakan belanja masih terpusat pada subsidi di sektor pangan, transportasi, dan energi, serta investasi yang mendorong permintaan agregat. 

Lembaga ini menekankan pentingnya memastikan agar pengeluaran pemerintah benar-benar diarahkan untuk menciptakan nilai ekonomi yang produktif dan berkelanjutan.

Selain itu, reformasi struktural yang dilakukan Indonesia seperti deregulasi, penyederhanaan perizinan, dan penghapusan hambatan non-tarif dinilai mampu meningkatkan potensi pertumbuhan serta memperluas lapangan kerja berkualitas.

Secara regional, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik masih belum sepenuhnya pulih. Laju pertumbuhan di kawasan ini diprediksi 4,8% pada 2025 sebelum melemah menjadi 4,3% pada 2026. 

Angka ini lebih tinggi dari proyeksi laporan April 2025 yang berkisar antara 4% dan 4,1%. Meski ada sedikit perbaikan, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan capaian 2024 yang mencapai 5%.

Hambatan di Pasar Kerja

Salah satu temuan penting laporan ini adalah semakin sulitnya mencari pekerjaan, terutama bagi generasi muda dan perempuan. Tingkat partisipasi angkatan kerja di beberapa negara, termasuk Indonesia dan China, masih rendah.

Bank Dunia mencatat tingkat pengangguran usia 15–24 tahun di Indonesia hampir mencapai 15%, sementara di China sudah melampaui angka tersebut. Hal ini menunjukkan tantangan besar dalam menciptakan lapangan kerja yang layak bagi generasi muda.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, menyebut bahwa satu dari tujuh anak muda di kawasan ini tidak memiliki pekerjaan. 

Meskipun tingkat ketenagakerjaan secara umum tergolong tinggi, banyak di antara mereka bekerja di sektor dengan produktivitas rendah, yang berdampak pada rendahnya upah dan kualitas hidup.

Menurut Mattoo, peningkatan produktivitas menjadi langkah mendesak yang harus diambil oleh negara-negara di kawasan ini. 

Produktivitas yang lebih tinggi tidak hanya akan meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperluas kesempatan kerja yang lebih bermartabat dan berkualitas.

Bank Dunia menyoroti bahwa sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik memiliki tingkat ketenagakerjaan di atas rata-rata global, tetapi produktivitasnya masih tertinggal. 

Kondisi ini menimbulkan risiko meningkatnya kerentanan ekonomi kelas menengah serta memperlambat pertumbuhan jangka panjang.

Laporan tersebut mencatat bahwa sejak tahun 2000-an, terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor jasa informal seperti perdagangan dan konstruksi, yang produktivitasnya relatif rendah. 

Akibatnya, pertumbuhan ekonomi tidak diikuti peningkatan signifikan pada kualitas pekerjaan.

Tiga Langkah Strategis

Untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif dan berkelanjutan, Bank Dunia merekomendasikan tiga langkah utama:

Pertama, peningkatan kapasitas manusia melalui akses yang lebih baik pada layanan pendidikan, kesehatan, pelatihan kerja, serta penguasaan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi.

Kedua, perluasan peluang ekonomi dengan memperkuat investasi pada sektor infrastruktur seperti transportasi, energi, dan digitalisasi, serta membuka ruang bagi investasi swasta dan perusahaan baru.

Ketiga, koordinasi kebijakan lintas sektor agar pengembangan sumber daya manusia dan perluasan peluang ekonomi dapat berjalan beriringan dan saling memperkuat.

Bank Dunia menyoroti lima sektor yang memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja produktif sekaligus tahan terhadap gejolak global, yaitu agribisnis, kesehatan, infrastruktur dan energi, manufaktur, serta pariwisata.

Mereka juga menekankan bahwa pekerjaan bukan hanya sumber penghasilan, tetapi juga sarana untuk mencapai martabat dan tujuan hidup. 

Penciptaan lapangan kerja yang berkualitas menjadi inti dari pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS