Aktivitas Semeru Masih Tinggi: Pengungsi Mulai Pulang, Penanganan Terus Dikebut

Warga mengevakuasi ternak dari rumahnya yang terdampak erupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (20/11/2025). (Foto: Dok. ANTARA)

PARBOABOA, Jakarta – Laporan pemantauan terbaru pada Jumat (21/11/2025) periode pukul 12.00–18.00 WIB menunjukkan bahwa Gunung Semeru tetap berada pada Level IV atau Awas.

Dari pengamatan MAGMA Indonesia, visual gunung tampak bervariasi—mulai dari kondisi cerah hingga tertutup kabut tebal—tanpa adanya asap kawah yang terlihat.

Cuaca di sekitar puncak didominasi mendung hingga hujan dengan hembusan angin lemah ke arah tenggara.

Petugas pos pengamatan, Wahyu Wijayanto, melaporkan aktivitas signifikan sepanjang periode siang hingga sore hari.

Tercatat 42 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 12–22 mm dan durasi 71–180 detik.

Selain itu, tercatat pula 5 gempa guguran dan 1 gempa getaran banjir berdurasi hampir dua jam. Data ini mengindikasikan bahwa aktivitas Semeru masih sangat dinamis dan berpotensi memicu bahaya lanjutan.

Pengungsi Mulai Kembali ke Rumah

Meski aktivitas vulkanik masih tinggi, kondisi di kawasan terdampak dilaporkan mulai membaik.

BNPB menyampaikan bahwa sebagian besar pengungsi telah pulang ke rumah masing-masing pada Jumat sore.

Sehari sebelumnya, jumlah pengungsi tercatat mencapai 1.116 jiwa yang tersebar di sembilan titik, mulai dari kantor desa, sekolah, balai desa, masjid, hingga kantor kecamatan di wilayah Candipuro, Supiturang, Sumberurip, dan Oro-oro Ombo.

Demikian juga, sejumlah warga dan pendaki yang sempat terjebak pada Rabu (19/11/2025) di kawasan Ranu Kumbolo juga telah berhasil dievakuasi.

Sebanyak 187 pendaki yang berada di jalur pendakian telah turun dengan selamat menuju titik awal pendakian pada Kamis (20/11/2025).

Evakuasi ini dilakukan secara bertahap mengingat kondisi cuaca yang sempat tidak mendukung.

Bantuan Dasar

Pemerintah tetap menyalurkan layanan dasar meskipun warga sudah kembali ke rumah. Dapur umum didirikan, bantuan logistik dan peralatan seperti terpal, selimut, makanan siap saji hingga APD didistribusikan.

Upaya pembersihan material debu dan lumpur dilakukan serentak untuk membuka akses warga, termasuk jalur utama Lumajang–Malang melalui Gladak Perak yang kini kembali bisa dilalui. Akses ini sebelumnya ditutup karena tertimbun material vulkanik.

Tidak Ada Korban Jiwa

Hingga Jumat sore, laporan resmi menyebut tidak ada korban jiwa akibat erupsi. Namun, tiga warga mengalami luka berat dan masih menjalani perawatan intensif di RSD dr. Haryoto Lumajang.

Dinkes-P2KB Lumajang mencatat ratusan kelompok rentan masih memerlukan perhatian khusus, termasuk bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, lansia, penyandang disabilitas, serta ODGJ.

Penanganan juga mencakup penyelamatan ternak warga. Sebanyak 161 ekor kambing dan domba, serta beberapa sapi dari Dusun Curahkobokan dan eks Dusun Kajarkuning berhasil dievakuasi.

Pemerintah memberikan bantuan pakan bagi ternak yang masih selamat, mengingat banyak ternak lain sebelumnya mati akibat guguran awan panas.

Meski kondisi perlahan membaik, status Gunung Semeru masih pada Level IV atau Awas.

Pemerintah Kabupaten Lumajang memperpanjang Status Tanggap Darurat hingga 26 November untuk mengantisipasi potensi aktivitas lanjutan.

Masyarakat diminta mematuhi rekomendasi MAGMA Indonesia, termasuk:

  • Dilarang beraktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan hingga 20 km dari puncak.
  • Menjauhi radius 8 km dari kawah karena ancaman lontaran batu pijar.
  • Mewaspadai awan panas, guguran lava, dan potensi lahar di sungai yang berhulu di puncak, termasuk Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS