Kerusuhan masih terus terjadi di Afrika Selatan setelah
mantan Presiden Jacob Zuma menyerahkan diri kepada pihak berwenang pada Rabu
(7/7/2021).
Afrika Selatan semakin tegang dengan dipenjaranya mantan
Presiden Jacob Zuma.
Kerusuhan dan penjarahan terjadi di berbagai titik dan
memakan korban. Salah satunya terjadi di Mal Soweto, Provinsi Gauteng, di mana
10 jenajah ditemukan di sana.
Aparat pemerintah setempat bahkan mgaktifkan status darurat
nasional demi mengupayakan kerusuhan tidak melebar ke mana-mana. Kerusuhan ini
telah berlangsung selama lima hari. Lebih dari 1.200 orang ditangkap dalam berbagai
pelanggaran hukum yang berkecamuk di negara tersebut.
"Jumlah orang yang kehilangan nyawa sejak awal protes
ini, telah meningkat menjadi 72 orang," kata polisi setempat dalam sebuah
pernyataan pada Rabu (14/7/2021).
Polisi menyebut, sebagian besar kematian berkaitan dengan
penjarahan. "Berkaitan dengan penyerbuan yang terjadi selama insiden
penjarahan toko. Korban lainnya karena penembakan dan ledakan di mesin ATM.
Presiden Cyril Ramaphosa pada Senin (12/07) mengatakan bahwa
kericuhan mematikan yang di Afrika Selatan ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Pasukan militer telah dikerahkan untuk membantu polisi menangani kekerasan dan
penjarahan.
"Selama lima hari terakhir, banyak tindakan kekerasan
yang jarang terlihat dalam sejarah demokrasi kita," kata Ramaposha dalam
sebuah acara televisi dia juga menambahkan bahwa ia prihatin dan sedih.
Sekitar 2.500 tentara dikerahkan untuk membantu polisi belum
bisa menghentikan penjarahan yang merajalela, meskipun penangkapan dilakukan di
beberapa daerah di Johannesburg, termasuk Vosloorus di bagian timur kota.
Diberitakan sebelumnya awal kerusuhan yang memanas di Afrika
Selatan terjadi saat Pengadilan Tinggi negara pada Senin (12/07) Mantan Presiden Afrika Selatan, Zuma dijatuhi
hukuman 15 bulan penjara karena menentang perintah pengadilan konstitusi untuk
memberikan bukti atas penyelidikan korupsi tingkat tinggi yang terjadi selama
sembilan tahun kepemimpinannya.