parboaboa

Afganistan dan Pakistan Negara Endemik Polio, Indonesia Kirim 10 Juta Vaksin

Norben Syukur | Internasional | 12-03-2024

Menlu RI, Retno Marsudi, dan Menkeu RI, Sri Mulyani Indrawati, melepas sumbangan ke Afganistan di Bandara Soekarno Hatta, Kamis (7/3/2024). (Foto: Kemlu)

PARBOABOA, Jakarta – Keberadaan virus polio di Afganistan dan Pakistan semakin memprihatinkan dengan penyebarannya yang hampir merata.

Berbagai bantuan internasional pun telah diluncurkan, termasuk kontribusi dari Indonesia yang baru saja mengirimkan 10 juta dosis vaksin polio bOPV ke Afganistan.

Pengiriman ini dilaksanakan melalui Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) Indonesia pada Kamis, 07 Maret 2024.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menggambarkan situasi kesehatan di Afganistan sebagai sangat memprihatinkan.

Di mana sistem kesehatan yang kurang memadai membuat populasi sangat rentan terhadap penyakit menular.

UN World Food Programme bahkan memperkirakan bahwa sekitar 23,7 juta penduduk Afganistan membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Retno menambahkan, pengiriman vaksin ini juga merupakan respons atas permintaan dari Afganistan dan mencerminkan kemajuan Indonesia dalam produksi dan ekspor vaksin polio.

“Kita sudah memproduksi dan mengekspor ke banyak negara," tuturnya, dikutip dari situs resmi Kemenlu, Senin, 11 Maret 2024.

Sebelumnya, pemerintah Afganistan mengambil langkah antisipasi dalam menghadapi situasi ini dengan memberikan vaksin kepada jutaan anak balita.

Ada lebih dari 7,5 juta anak balita yang menerima vaksin polio di 233 distrik yang berada di 21 dari 34 provinsi di Afganistan.

Pemberian vaksin ini berlangsung dalam kampanye antipolio selama empat hari, yang diluncurkan pada 1-4 Februari 2024.

Seorang petugas kesehatan Afganistan, Alam Gul, mengakui bahwa pihaknya sudah melakukan vaksinasi polio selama lima tahun terakhir.

Dilansir dari Tolo News, Alam menjelaskan timnya melakukan vaksinasi polio dari rumah ke rumah untuk melindungi semua anak yang sudah memenuhi syarat.

Sementara itu, seorang dokter di Afganistan, Mujtaba Sofi, meminta pemerintah setempat untuk meningkatkan penggunaan lebih banyak spanduk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di desa-desa dan kota-kota.

Sedangkan pemerintahan Pakistan mengklaim bahwa meningkatnya kasus polio di Pakistan kemungkinan besar disebabkan oleh impor virus polio dari Afganistan.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Sementara Pakistan, Nadeem Jan, melalui surat kabar Dawn.

Nadeem menjelaskan bahwa sekitar 90 persen dari kasus polio yang terdeteksi di negaranya diduga berasal dari Afganistan.

Pernyataan Menteri Kesehatan sementara ini muncul setelah hanya dalam waktu satu hari, dua sampel tambahan dinyatakan positif terinfeksi virus polio di Pakistan, yang menandai kemunculan kasus ketiga dalam tahun ini.

Seorang pejabat di laboratorium polio Institut Kesehatan Nasional (NIH) mengatakan bahwa sampel limbah yang dikumpulkan dari Dera Bugti, di Balochistan, dan Peshawar, dinyatakan positif mengidap virus tersebut.

Pihak berwenang Pakistan menjelaskan bahwa penyebaran virus polio liar saat ini telah terbatas pada tujuh distrik di selatan Khyber Pakhtunkhwa, yaitu Tank, Bannu, Waziristan Utara, Waziristan Selatan Atas, Waziristan Selatan Bawah, Dera Ismail Khan, dan Lakki Marwat.

Sebuah laporan dari WHO pada Agustus lalu juga mengindikasikan bahwa, sejak Januari 2021, semua kasus polio yang dilaporkan di Pakistan berasal dari tujuh distrik yang menjadi daerah

Polio di Indonesia

Laman Infeksi Emerging mencatat, virus polio liar asli Indonesia (indigenous) sudah berhasil diberantas sejak tahun 1996.  

Keberhasilan ini diperoleh setelah dilaksanakannya PIN Polio tiga tahun berturut-turut pada tahun 1995, 1996, dan 1997.

Kemudian, pada tahun 1988, WHO mengeluarkan resolusi untuk memberantas polio yang bertujuan untuk mencapai pengurangan permanen hingga nol tanpa risiko reintroduksi. Inisiatif Pemberantasan Polio Global (GPEI) diluncurkan pada tahun sama.

GPEI kemudian yang mendorong produksi vaksin juga diperluas secara global, dengan kapasitas yang signifikan dikembangkan di negara-negara, termasuk India dan Indonesia.

Kendati demikian, pada 13 Maret 2005, ditemukan kasus polio importasi pertama di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Kasus polio ini, kemudian berkembang menjadi KLB yang tersebar di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi dan menyerang 305 orang.

Dalam kurun waktu ini, Indonesia juga dihadapkan dengan ditemukannya 46 kasus Vaccine Derived Poliovirus (VDPV), yaitu kasus polio yang disebabkan oleh virus dari vaksin.

Seluruh kasus ini ditemukan di kabupaten di Pulau Madura dan satu kasus terjadi di Probolinggo, Jawa Timur.

Merespon kasus ini, pemerintah menggelar program yang disebut, Outbreak Response Immunization (ORI), yang artinya dua kali mop-up, lima kali PIN, dan dua kali Sub-PIN. Melalui langkag ini, KLB  dapat diberantas sepenuhnya.

Selain itu, kasus Virus Polio Liar (VPL) yang mengalami kelumpuhan, terakhir ditemukan pada 20 Februari 2006 di Aceh.

Sejak saat itu, tidak pernah lagi ditemukan kasus Polio di Indonesia, dan pada tahun 2014, Indonesia bersama sederet negara di Asia Tenggara menerima sertifikat bebas polio oleh WHO.

Namun, berita mengejutkan lewat laman Sehat Negeriku Kemenkes tahun 2019 terkait KLB polio yang terjadi di Papua diakibatkan oleh Vaccine-Derived Poliovirus Type 1 cVDPV1 (circulated Vaccine Derived Polio Virus type 1).

Kasus tersebut, sebelumnya sudah dilaporkan oleh Kemenkes kepada WHO. Kemudian dituntaskan oleh WHO pada 26 Mei 2020.

Editor : Norben Syukur

Tag : #virus polio    #afganistan    #internasional    #pakistan    #vaksin polio   

BACA JUGA

BERITA TERBARU