PARBOABOA, Arab Saudi - Arab Saudi mendapat serangan menggunakan drone dari kelompok pemberontak Houthi yang tinggal di wilayah Sanaa, pada Senin (17/1). Serangan dari kelompok tersebut menyebabkan tiga orang tewas, melukai enam orang lainnya dan menyebabakan tiga truk yang berisi bahan bakar meledak di ibu kota Uni Emirat Arab (UEA), Abu Dhabi.
Sebagai balasan, pihak angkatan perang Arab Saudi kemudian melakukan serangan balik yang menyasar wilayah Sanaa yang menjadi basis tinggal kelompok tersebut pada Senin (17/1) malam waktu setempat.
"Dalam menanggapi ancaman dan kebutuhan operasi militer, serangan udara sudah dimulai di Sanaa," mengutip pernyataan resmi pemerintah Arab Saudi seperti diberitakan AFP, Selasa (18/1)
Dikutip dari Reuters serangan balasan tersebut, dikabarkan telah mengakibatkan setidaknya 14 orang meninggal dunia. Salah satu korban yang meninggal tersebut adalah mantan pejabat militer yang tidak disebut identitasnya, kemudian istrinya, anak laki-lakinya yang berusia 25 tahun dan beberapa anggota keluarganya, serta sejumlah orang lainnya.
Dengan aksi saling balas serangan ini mengakibatkan ketegangan antara UEA dan kelompok Houthi semakin memanas. Perang yang berawal pada tahun 2015 lalu ini terjadi antara Arab Saudi yang berkoalisi dengan UEA dan kelompok Houthi yang bersekut dengan Iran.
Sebelumnya setelah serangan kelompok Houthi jatuh di Abu Dhabi pihak Houthi mengakui serangan tersebut adalah tindakan mereka. Sehingga AS mengeluarkan kecaman dan meminta pertanggungjawaban kelompok tersebut.
Kecaman juga disampaikan, Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk serangan pesawat tak berawak yang terjadi di Abu Dhabi hingga membuat tiga warga sipil meregang nyawa.
"Serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil dilarang oleh hukum internasional," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
Dia juga meminta agar semua pihak menahan diri usai terjadi serangan tersebut. Menurutnya, pihak terkait perlu mencegah eskalasi yang mengerucut pada peperangan.