PARBOABOA, Jakarta - Sejumlah negara Eropa diguncang teror menyusul perang panas Hamas dan militer Israel.
Jika sebelumnya Prancis, kali ini teror dengan embel-embel 'Allahu Akbar' terjadi di Kota Brussel, Belgia.
Dua warga Swedia tewas ditembak pada Senin (16/10/2023) malam, tepat ketika pertandingan sepak bola antara Belgia dan Swedia dalam kualifikasi Euro 2024 akan segera dimulai.
Para korban diduga merupakan suporter tim sepak bola Swedia.
Selain itu, penyerangan juga menyebabkan korban ketiga yang merupakan sopir taksi, luka-luka.
Tersangka lantas melarikan diri dari tempat kejadian setelah penembakan terjadi.
Awalnya, Jaksa federal Belgia mengatakan tidak ada bukti jika penyerang yang masih berkeliaran saat itu, memiliki kaitan dengan konflik baru antara Israel dan militan Palestina.
ISIS Jadi Dalang Penyerangan?
Tak lama kemudian, muncul video di media sosial dimana seorang pria yang mengaku anggota ISIS, bertanggung jawab atas apa yang terjadi.
Tersangka penyerang menyebut dirinya sebagai Abdesalem Al Guilani dan merupakan pejuang Allah.
Dalam rekaman, tampak pria berjaket oranye itu mengendarai skuter di persimpangan jalan dengan senapan.
Mula-mula dia melepaskan lima tembakan kemudian berlari ke dalam gedung.
Di sana, dia kembali melepaskan dua tembakan. Dia lantas mundur beberapa langkah menembak sekali lagi.
Saksi mata juga mengatakan penembak meneriakkan 'Allahu Akbar' sebelum tembakan dilepaskan.
Respons Pemerintah Belgia dan Swedia
Serangan teror pada Senin malam ini sontak memicu perburuan besar-besaran.
Selain itu, pemerintah Belgia telah meningkatkan kewaspadaan teror ke tingkat tertinggi.
Pusat krisis Belgia memperingatkan masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu di ibu kota.
Jaksa juga meminta warga Brussel untuk tetap tinggal di dalam rumah sampai ancaman tersebut berakhir.
Staf Komisi Eropa juga disarankan untuk tetap berada di dalam rumah.
Atas kasus ini, Menteri Dalam Negeri Belgia mengatakan penyelidikan berada di tangan jaksa federal karena adanya kemungkinan motif teroris.
Sementara itu, Menteri Kehakiman Swedia, Gunnar Strommer, mengatakan, pemerintah bekerja secara intensif dengan pihak berwenang Belgia untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang apa yang terjadi.
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson mengatakan, semua warganya di Belgia akan menerima pesan teks yang dikirim ke ponsel mereka.
Isinya berupa desakan agar mereka untuk waspada dan mengikuti instruksi dari otoritas Belgia.
Teror di Belgia
Pada Agustus lalu, Swedia meningkatkan kewaspadaan terornya ke tingkat tertinggi kedua, yang memperingatkan adanya peningkatan ancaman terhadap kepentingan Swedia di luar negeri.
Hal itu terjadi setelah pembakaran Alquran dan tindakan lain di Swedia yang menentang kitab suci Islam telah membuat marah kaum Muslim dan memicu ancaman dari para jihadis.
Tak hanya di Swedia, Belgia juga dihantui teror-teror dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 10 November 2022, seorang petugas polisi Belgia ditikam hingga tewas.
Tersangka termasuk dalam daftar Muslim yang diradikalisasi oleh badan keamanan.
Dia sempat dibawa ke bangsal psikiatris beberapa jam sebelum serangan.
Sekitar 6 tahun sebelumnya, tepatnya 22 Maret 2016, Brussel menjadi sasaran serangan Islam ketika 32 orang tewas dalam ledakan bom bunuh diri di bandara dan metro kota.
Dalam serangan ini, ISIS mengaku bertanggung jawab. Enam pria dihukum karena pembunuhan dan dua lainnya atas tuduhan terorisme pada Juli di tahun yang sama.
Setahun sebelumnya, pada 15 Januari 2015, polisi Belgia membunuh dua pria saat baku tembak dalam penggerebekan terhadap kelompok Islam
Pada 29 September 2014, Jaksa Belgia menuduh 46 anggota kelompok Islam Sharia4Belgium tergabung dalam organisasi teroris.
Mereka juga dituduh mencuci otak para pemuda di Belgia untuk berperang dalam perang suci di Suriah.
Sedangkan pada 24 Mei 2014, empat orang tewas dalam penembakan di Museum Yahudi di pusat kota Brussels.
Penyerang yakni warga Prancis, Mehdi Nemmouche (29) yang kemudian ditangkap di Marseille.
Editor: Umaya khusniah