PARBOABOA, Jakarta - Kehadiran Presiden Prabowo Subianto di SPIEF 2025 menandai babak baru diplomasi ekonomi Indonesia.
Forum yang mempertemukan lebih dari 139 negara di Rusia ini telah lama menjadi panggung penting bagi pemimpin dunia, pelaku usaha, dan pakar ekonomi untuk membahas arah ekonomi global.
Presiden Prabowo menjadi bagian dari komunitas elite ini, mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam dinamika global.
SPIEF tahun lalu dihadiri oleh lebih dari 21.000 delegasi dari berbagai sektor, menghasilkan ribuan perjanjian bernilai triliunan rupiah.
Dalam konteks itu, partisipasi aktif Indonesia pada 2025 tidak hanya menjadi simbol eksistensi, tapi juga peluang nyata membuka arus investasi, kerja sama teknologi, dan hubungan dagang strategis antarnegara.
Diketahui, Presiden Prabowo tiba di Bandara Internasional Pulkovo, St. Petersburg, Rabu malam (18/6/2025) waktu setempat.
Ia disambut secara resmi oleh Deputi Perdana Menteri Rusia Denis Manturov bersama jajaran pejabat tinggi seperti Wakil Kepala Protokol Negara Federasi Rusia Alexander Prusov dan Gubernur St. Petersburg Alexander Beglov.
Penyambutan berlangsung khidmat, lengkap dengan penghormatan militer dan pengumandangan lagu kebangsaan kedua negara.
Dalam prosesi tersebut, Presiden didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, serta Duta Besar RI untuk Rusia Jose Tavares.
Pertemuan dengan pejabat Rusia seperti Senator Dagestan Ilyas Umakhanov dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov menandai dimulainya rangkaian kerja sama lintas sektor yang kian erat.
Pertemuan Strategis dengan Putin
Puncak dari kunjungan ini akan terjadi pada Kamis (19/6/2025), ketika Presiden Prabowo dijadwalkan bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pertemuan bilateral ini akan membahas isu-isu penting, mulai dari penguatan hubungan ekonomi dan investasi, hingga koordinasi dalam isu geopolitik yang berkembang di kawasan Asia-Pasifik dan Eropa Timur.
Peletakan karangan bunga di makam pahlawan Rusia menjadi simbol penghormatan Indonesia terhadap sejarah dan nilai-nilai kebangsaan Rusia.
Menlu Sugiono menyebut momen ini sebagai wujud penghargaan atas hubungan baik yang telah terjalin antara kedua negara, serta membuka ruang pembahasan kerja sama pertahanan, energi, dan pangan di era multipolar ini.
Selai itu, Partisipasi Prabowo sebagai pembicara utama dalam sesi pleno SPIEF 2025 pada Jumat (20/6/2025) menjadi penegasan bahwa Indonesia bukan sekadar hadir, tetapi diperhitungkan.
Keterlibatan Presiden Indonesia di forum ini adalah refleksi kepercayaan global terhadap stabilitas politik dan kekuatan ekonomi Indonesia, yang pada 2024 mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% menurut data BPS.
Anggota Komisi I DPR RI, Farah Puteri Nahlia, menyebut momen ini sebagai "kesempatan emas" untuk menunjukkan kapabilitas Indonesia di tengah perubahan tatanan dunia.
"Forum ini memberikan panggung untuk memperlihatkan bahwa Indonesia adalah mitra strategis yang mampu menawarkan stabilitas dan potensi pertumbuhan jangka panjang," ujarnya.
Setibanya di hotel tempatnya menginap, Presiden Prabowo mendapat sambutan hangat dari diaspora Indonesia yang telah menunggu.
Ia menyempatkan diri menyapa, berbincang ringan, dan bahkan melayani swafoto. Dari Nita, mahasiswa asal Siborongborong, hingga Ambar dari Solo yang membawa anak-anaknya dengan pakaian adat Jawa dan Kalimantan, semua menunjukkan antusiasme dan kebanggaan terhadap kehadiran orang nomor satu di Indonesia.
Daniya Sabirova, warga Rusia yang fasih berbahasa Indonesia, datang bersama suaminya Andre dan kedua anaknya.
"Kehadiran Presiden Prabowo di Rusia ini sangat penting. Kami berharap hubungan kedua negara semakin erat dan saling menguntungkan," ujar Daniya dengan penuh semangat.
Pilar Keseimbangan Global
SPIEF 2025 menjadi cermin dari wajah baru diplomasi Indonesia: aktif, strategis, dan membangun jejaring global.
Keterlibatan Presiden Prabowo tidak hanya memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Rusia, tetapi juga memosisikan Indonesia sebagai negara dengan peran penting dalam isu-isu global seperti perdamaian, ketahanan energi, perubahan iklim, hingga tata ekonomi dunia yang lebih inklusif.