PARBOABOA, Jakarta – Di ulangtahunnya yang ke 76, TNI diharapakan senantiasa meningkatkan kinerjanya, tentunya dengan dukungan alutsista yang memadai. Hal itu disampaikan oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo, yang mengapresiasi berbagai kinerja TNI pada perayaan peringatan HUT TNI ke-76 di Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Pria yang akrab disapa Bamsoet itu mengapresiasi berbagai kinerja TNI, sehingga selalu berada di urutan pertama sebagai lembaga negara yang paling dipercaya rakyat.
Kata Bamsoet, TNI berada di peringkat pertama dengan memperoleh 89 persen kepercayaan rakyat pada survei Indikator yang dilakukan 13-17 April 2021. Sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) sebelumnya juga melakukan survei pada 25-31 Januari 2020 mencatat TNI mendapatkan 95 persen kepercayaan rakyat.
“Saat ini, TNI sedang memasuki tahap ketiga (2020-2024) penyelesaian Minimum Essential Force (MEF) yang baru tercapai sekitar 60 persen hingga tahun ini,” ujar Bamsoet dalam perayaan peringatan HUT TNI ke-76 di Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Bamsoet mengingatkan, selain mewaspadai ancaman perang modern yang kini bertumpu pada teknologi digital, perang nuklir, biologi kimia, dan teknologi jarak jauh lainnya, TNI juga harus senantiasa mewaspadai ancaman perang ideologi.
Menurut Bamsoet, TNI bersama MPR RI harus turut terlibat dalam vaksinasi ideologi menggunakan vaksin ‘Empat Pilar MPR RI’, yang dilakukan untuk meningkatkan imunitas masyarakat agar memiliki kekebalan dalam menghalau nilai-nilai asing yang mengancam jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Perayaan peringatan HUT TNI ke-76, kata Bamsoet harus dijadikan sebagai momentum peningkatan kesejahteraan prajurit TNI, khususnya dalam kepemilikan rumah tinggal. Selama ini para prajurit hanya mendapatkan fasilitas rumah dinas yang tidak jarang keberadaan rumah dinas justru membuat lahirnya berbagai masalah di kemudian hari. Itu terjadi karena jika pensiun harus dikembalikan kepada negara.
Bamsoet yang pernah menjadi Ketua DPR RI ke-20 ini mengingatkan perang ideologi dunia yang merupakan bahaya laten yang bisa mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kita harus mengakui adanya semacam kealpaan dalam mentransformasikan ideologi kebangsaan, dari rumusan-rumusan ideal abstrak menjadi praktik-praktik kolektif kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Disamping itu, kita juga belum sepenuhnya optimal dalam mencegah infiltrasi narasi dan gerakan kontra ideologi negara dalam berbagai aspek,” tandas Bamsoet.