Trump Ambil Langkah Tegas: Tarif 50% untuk India karena Jual Minyak ke Rusia

Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi bersiap memberikan konferensi pers bersama di Gedung Hyderabad di New Delhi, Selasa (25/2/2020). (Foto. Dok. REUTERS)

PARBOABOA, Jakarta – Ketegangan geopolitik kembali mencuat setelah Presiden AS, Donald Trump, resmi menjatuhkan sanksi baru kepada India berupa tarif 50% atas sejumlah barang impor.

Langkah ini dipicu oleh tuduhan bahwa New Delhi turut mendanai perang Rusia-Ukraina lewat pembelian minyak, memicu kekhawatiran akan dampak ekonomi global serta keretakan hubungan antara dua negara demokrasi terbesar di dunia.

Seketika, Amerika Serikat dan India resmi berada di jalur konflik dagang menyusul kegagalan kedua negara mencapai kesepakatan perdagangan yang telah dirundingkan selama beberapa bulan terakhir.

Pemerintahan Trump kembali mengambil langkah agresif dengan menaikkan tarif bea masuk atas barang-barang impor asal India hingga 50 persen, mulai berlaku efektif pada 27 Agustus mendatang.

India sebelumnya telah dikenai tarif sebesar 25 persen atas sejumlah ekspornya ke pasar Amerika Serikat, namun keputusan terbaru ini menandai peningkatan signifikan dalam ketegangan dagang antara kedua negara.

Langkah kontroversial ini mengikis pencapaian kerja sama antara AS dan India yang sebelumnya tumbuh pesat dalam bidang pertahanan dan teknologi.

Kedua negara hampir menandatangani perjanjian dagang sementara beberapa minggu sebelumnya.

Namun, keputusan Trump untuk memperluas sanksi justru memperlebar jarak dalam hubungan bilateral yang selama ini dianggap strategis oleh Washington dan New Delhi.

Tuduhan Pendanaan

Sanksi ini muncul setelah Amerika Serikat menuding India telah berkontribusi terhadap pendanaan perang Rusia terhadap Ukraina melalui peningkatan volume impor minyak dari Moskow.

Trump bahkan menyebut ekonomi India sebagai "mati" dan, dalam retorika khasnya, secara terbuka memuji Pakistan rival geopolitik utama India  sebagai "lebih rasional".

Langkah sanksi dijatuhkan di tengah laporan bahwa penasihat utama Trump, Witkoff, mengadakan pertemuan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pejabat Rusia menyebut pertemuan tersebut produktif, sementara Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin, menyatakan bahwa Rusia telah memberikan sinyal diplomatik yang jelas kepada Amerika Serikat terkait isu Ukraina.

Meski Gedung Putih menyebut pertemuan itu berlangsung baik, mereka menegaskan bahwa sanksi sekunder tetap akan diumumkan pada hari Jumat, mengindikasikan pendekatan keras terhadap Moskow dan negara-negara yang berhubungan erat dengannya, termasuk India.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengonfirmasi bahwa ia telah berbicara langsung dengan Trump dan sejumlah pemimpin Eropa setelah pertemuan Witkoff dengan Putin.

Zelenskyy mengungkapkan bahwa pembicaraan tersebut menyangkut hasil dialog yang telah berlangsung di Moskow, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Di sisi lain, Trump menyatakan keterbukaannya untuk bertemu baik dengan Putin maupun Zelenskyy, meski lokasi dan waktu pertemuan masih belum ditentukan.

Harga Minyak Anjlok

Sanksi terhadap pendapatan minyak Rusia dinilai akan memperdalam krisis fiskal negara tersebut.

Harga minyak global yang menurun akibat kebijakan tarif Trump membuat pendapatan energi Rusia menurun drastis.

Sementara itu, penguatan mata uang rubel justru memperburuk tekanan pada anggaran negara, mempersempit ruang fiskal Kremlin untuk melanjutkan pembiayaan perang.

Data dari bea cukai India menunjukkan bahwa negara tersebut mengimpor minyak mentah dari Rusia senilai $19,5 miliar hanya dalam lima bulan pertama tahun 2025.

Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, total nilai impor minyak India dari Rusia telah mencapai $137 miliar.

Angka ini menjadi dasar utama bagi tuduhan AS bahwa India secara tidak langsung membantu mendanai agresi militer Kremlin.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS