PARBOABOA, Jakarta - Saat Tahun Baru Imlek tiba, kawasan Petak 6 di Glodok kembali dipadati oleh warga yang ingin merasakan kemeriahan khas Tionghoa.
Lampion merah dan emas pula menghiasi setiap sudut jalan, serta adanya pasar-pasar tradisional yang dipadati pengunjung untuk berburu perlengkapan dan kuliner khas Imlek.
Sejarah dan Tradisi di Glodok
Sejak zaman kolonial, Glodok telah menjadi pusat perdagangan dan permukiman etnis Tionghoa di Batavia.
Hingga kini, kawasan ini telah berkembang dan tetap menjadi pusat budaya, dengan berbagai tradisi turun-temurun yang masih lestari.
Perayaan Imlek di Glodok tidak hanya menjadi ajang berkumpulnya komunitas Tionghoa, tetapi juga sebagai akulturasi budaya yang kaya dalam sejarah Indonesia.
Saat memasuki kawasan Glodok pun, pengunjung sudah disambut dengan berbagai ornamen Imlek yang menghiasi sepanjang Jalan Kemenangan Raya.
Pedagang kaki lima pula berjajar menawarkan aneka barang seperti lampion, hio, dupa, jinzhi (uang arwah), serta pakaian khas Tionghoa seperti Cheongsam dan Zhongshan.
Daya tarik utama di kawasan ini adalah kulinernya yang legendaris. Petak 6 dikenal sebagai pusat kuliner legendaris yang menawarkan berbagai makanan khas Tionghoa, baik yang halal maupun non-halal.
Salah satu yang paling menarik perhatian adalah sate babi Thai Moo Ping dari outlet Babi Buta, yang dijual seharga Rp. 15.000 per tusuk.
Selain itu, ada pula samcan crispy, paket nasi sate babi oseng, serta berbagai hidangan khas lainnya.
Bahkan, tak hanya makanan berat saja, pengunjung juga bisa menikmati berbagai camilan khas Imlek seperti kue keranjang atau nian gao, yang memiliki tekstur kenyal dan melambangkan keharmonisan keluarga.
Serta, ada juga kuo tie atau pangsit goreng yang berbentuk bulan sabit, melambangkan keberuntungan dan kemakmuran.
Makanan lain yang menarik perhatian adalah cempedak goreng dari Cik Lina yang terkenal sejak 1997 dan dijual seharga Rp25.000 per porsi.
Selain kuliner, pengunjung juga bisa menjelajahi berbagai dagangan unik yang jarang ditemukan di pasar tradisional lain, seperti teripang, burung dara, aneka ikan laut segar, hingga swike atau kodok sawah.
Ada pula berbagai buah keberuntungan seperti jeruk mandarin, apel merah, dan delima yang dipercaya membawa keberuntungan bagi mereka yang merayakan Imlek.
Selain berburu kuliner dan pernak-pernik khas Imlek, pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai pertunjukan seni yang digelar di sekitar Petak 6.
Barongsai dan liong, misalnya, selalu menjadi daya tarik utama dengan gerakannya yang lincah dan atraktif.
Penonton pun sering kali memberikan angpao sebagai bentuk apresiasi kepada para penari barongsai yang dipercaya akan membawa keberuntungan.
Menariknya, perayaan Imlek tahun ini masuk dalam tahun Shio Ular dengan elemen kayu.
Menurut kepercayaan Tionghoa, tahun ini membawa energi positif, terutama bagi mereka yang lahir di bawah naungan shio tersebut.
Shio Ular dikenal dengan sifatnya yang bijaksana dan penuh strategi, serta diyakini akan mengalami keberuntungan di berbagai aspek kehidupan pada tahun ini.
Petak 6 juga menjadi lokasi favorit para pecinta fotografi, karena bangunannya yang bersejarah dan dihiasi ornamen khas Tionghoa yang Instagramable.
Di beberapa sudut kawasan pun, terlihat keluarga-keluarga yang berkumpul menikmati makan bersama sambil berbagi cerita.
Tak sedikit yang datang dari luar Jakarta, khususnya warga keturunan Tionghoa yang ingin merasakan atmosfer perayaan di salah satu pusat budaya Tionghoa terbesar di Indonesia ini.
Banyak restoran di kawasan ini juga menawarkan menu khusus Imlek, seperti yu sheng atau salad ikan segar yang sering dimakan dengan ritual tertentu.
Dalam tradisi Tionghoa, yu sheng diaduk bersama sambil mengucapkan harapan baik untuk tahun yang akan datang. Semakin tinggi adukan salad, semakin besar pula keberuntungan yang dipercaya akan datang.
Imlek di Petak 6 ini bukan hanya sekedar soal makanan saja, tetapi juga menjadi pengalaman budaya yang kaya dan penuh makna.
Selain itu, kawasan ini tetap menjadi destinasi menarik sepanjang tahun bagi siapapun yang ingin merasakan nuansa budaya Tionghoa yang autentik di Jakarta.