PARBOABOA, Jakarta - Pasukan militer Israel melancarkan serangan udara ke wilayah dekat istana kepresidenan Suriah di Damaskus pada Rabu (16/7/2025).
Seorang saksi mata mengonfirmasi kepada Reuters bahwa serangan tersebut berlangsung saat situasi di Suriah memanas akibat konflik antara komunitas Druze dan Arab Badui di Sweida.
Militer Israel mengakui bahwa mereka menargetkan wilayah di sekitar istana serta markas besar militer Suriah.
Mereka menyebut serangan ini sebagai respons atas ketegangan yang terjadi antara komunitas Druze dan Arab Badui, yang menurut mereka membutuhkan perlindungan.
Melalui pernyataan resmi yang disampaikan di Telegram dan dikutip oleh Al Jazeera, pihak militer Israel menyatakan bahwa mereka terus memantau tindakan rezim Suriah terhadap komunitas Druze di selatan negara tersebut.
Atas arahan dari pihak politik, mereka mengambil langkah militer di kawasan itu dan menyatakan siap menghadapi berbagai skenario.
Ketegangan antara Druze dan Arab Badui bermula dari penangkapan seorang penjual sayur Druze oleh kelompok Arab Badui di jalan utama yang menghubungkan Sweida dan Damaskus.
Insiden ini memicu aksi balas dendam berupa penculikan antar kedua komunitas. Ketegangan tersebut segera berubah menjadi bentrokan bersenjata yang meluas dan sulit dikendalikan.
Pemerintah Suriah kemudian mengirim pasukan keamanan untuk mengendalikan situasi. Namun, langkah ini dipandang Israel sebagai bentuk keberpihakan pada komunitas Badui.
Menanggapi hal itu, Israel meluncurkan serangan tambahan terhadap kendaraan lapis baja militer Suriah di wilayah selatan.
Israel menganggap komunitas Druze sebagai sekutu setia. Kelompok ini bahkan dikenal turut serta dalam militer Israel dan memiliki hubungan historis yang kompleks dengan negara tersebut.
Dukungan terhadap Israel oleh sebagian komunitas Druze bermula sejak konflik Arab-Israel 1948, ketika mereka memilih berpihak pada pasukan Yahudi, terutama setelah situs suci mereka di Tiberias diancam oleh kelompok Sunni dari Yerusalem.
Komunitas Druze merupakan kelompok minoritas dari cabang Islam Syiah Ismailiyah. Di Sweida, Suriah, mereka menjadi kelompok mayoritas dengan populasi mencapai sekitar 90 persen.
Sementara itu, komunitas Badui hanya mencakup sekitar tiga persen dari penduduk wilayah tersebut.
Setelah serangan Israel di Damaskus, pemerintah Suriah mengumumkan gencatan senjata di Sweida pada malam harinya.
Sheikh Yousef Jarbou, seorang pemimpin Druze, menyatakan perjanjian gencatan senjata segera diberlakukan dengan tujuan menghentikan semua bentuk kekerasan militer dan mengintegrasikan wilayah Sweida secara penuh ke dalam sistem negara Suriah.
Menurut laporan kantor berita resmi Suriah, SANA, serangan yang terjadi di Damaskus menyebabkan sedikitnya tiga orang meninggal dunia dan 34 lainnya mengalami luka-luka.