PARBOABOA, Medan – Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli menunjukkan adanya kenaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
NTP petani pada Juli 2024 sebesar 134.23 atau mengalami kenaikan sebesar 0.76 persen dari posisi Juni yang mencapai 133.22.
Namun, kontribusi paling besar untuk kenaikan NTP di Sumatera Utara masih disumbang oleh NTP dari petani perkebunan.
Sementara NTP tanaman hortikultura terpuruk seiring dengan penurunan sejumlah harga komoditas pangan di bulan Juli.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan jika merunut dari harga Crude Palm Oil (CPO) dunia yang selama bulan Juli berfluktuasi dalam rentang harga 3.850 hingga 4.100.
“Pembentukan harga CPO naik turun selama Juli, nyatanya petani sawit kita masih diuntungkan karena besaran NTP perkebunan naik 2.18 persen menjadi 178.75 di bulan Juli,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Jumat (02/08/2024).
Gunawan Benjamin menambahkan, di sisi lain NTP petani tanaman hortikultura mengalami keterpurukan sebesar 7.66 persen menjadi 94.44.
Di mana memburuknya sejumlah harga kebutuhan sayur-sayuran ditambah bumbu dapur seperti bawang dan cabai membuat kesejahteraan petani anjlok.
“Petani tanaman hortikultura merugi karena komoditas tanaman hortikultura turun,” kata Gunawan Benjamin.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), harga cabai merah, bawang merah, tomat dan sayur-sayuran menyumbang deflasi terbesar yang mencapai 0.82 persen di bulan kemarin.
Bahkan, harga daging ayam yang sebelumnya sempat menyumbang deflasi pada bulan Juni, di bulan Juli kembali menyumbang deflasi sebesar 0.07 persen. Memicu penurunan NTP sektor peternakan sebesar satu persen menjadi 95.01.
Bahkan untuk peternak unggas, angka penurunannya lebih besar lagi. Harga yang diterima peternak unggas turun 2.7 persen di level 104.57.
NTP peternak secara keseluruhan di bawah level 100. Hal ini dikarenakan indeks harga yang dibayar petani lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diterima. “Sehingga pada umumnya peternak kita merugi,” ucapnya.
Pelemahan NTP peternakan ini juga sesuai dengan HPP (Harga Pokok Penjualan) daging ayam yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual.
Bagi petani hortikultura, sebagian harga jual komoditas tanaman juga lebih rendah dibandingkan HPP seperti cabai merah dan bawang merah.
“Saya berkesimpulan petani tanaman perkebunan kita masih konsisten menjaga tingkat kesejahteraannya,” tandasnya.
Gunawan Benjamin menilai, sekalipun ekspor Sumatera Utara belakangan ini mengalami penurunan. Namun, NTP perkebunan rakyat masih akan mampu bertahan seiring dengan kebijakan penggunaan biodiesel untuk kebutuhan konsumsi domestik.
Dan sejauh ini, NTP perkebunan berperan dominan dalam menjaga NTP petani di Sumatera Utara berada di atas 100. Tanaman perkebunan rakyat membentuk citra positif petani di Sumatera Utara secara menyeluruh.
Editor: Fika