Investor China Ramai-Ramai Alihkan Fokus ke Indonesia

Kawasan industri Subang Smartpolitan di Jawa Barat kini menjadi magnet bagi para investor Tiongkok (Foto: dok. Kawasan Industri).

PARBOABOA, Jakarta - Gelombang pengusaha asal Tiongkok mulai mengalihkan arah bisnisnya ke Indonesia. 

Reuters dalam laporannya menyebut fenomena ini sebagai strategi untuk menghindari tarif tinggi dari Amerika Serikat sekaligus memanfaatkan besarnya pasar domestik Indonesia.

Indonesia dipandang menarik bukan hanya karena beban tarif impor yang lebih ringan dibandingkan ekspor langsung dari Tiongkok, tetapi juga karena posisinya sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.

Gao, pendiri PT Yard Zeal Indonesia, menggambarkan betapa sibuknya iklim usaha saat ini. Perusahaan yang ia dirikan pada 2021 dengan hanya empat karyawan kini berkembang menjadi lebih dari 40 orang. 

Ia mengatakan rapat bisnis berlangsung hampir tanpa henti dan kawasan industri terus bergerak dinamis.

Zhang Chao, produsen lampu depan sepeda motor asal Tiongkok, menambahkan bahwa membangun basis bisnis di Indonesia sama artinya dengan membuka jalan untuk menguasai sebagian besar pasar Asia Tenggara. 

Hal ini dilakukan mengingat Indonesia merupakan salah satu pasar sepeda motor terbesar dunia.

Dari sisi perbankan, Country Head Bank of America untuk Indonesia, Mira Arifin, menilai daya tarik Indonesia tidak hanya pada ukuran pasarnya, melainkan juga tenaga kerja muda dengan potensi besar. 

Menurutnya, perusahaan asal Tiongkok melihat kemudahan dalam membangun usaha di tanah air sebagai peluang yang patut dimanfaatkan. Hubungan politik antara Jakarta dan Beijing juga memberi ruang lebih luas. 

Presiden Prabowo Subianto sejak awal pemerintahannya aktif menjalin kedekatan dengan Tiongkok, termasuk kunjungan resmi ke Beijing pada November lalu dan penyambutan Perdana Menteri Li Qiang di Jakarta pada Mei tahun ini.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan investasi Tiongkok dan Hong Kong ke Indonesia pada semester pertama 2025 mencapai US\$ 8,2 miliar atau sekitar Rp131 triliun, naik 6,5 persen dibandingkan periode sebelumnya. 

Secara keseluruhan, investasi asing langsung (FDI) tumbuh 2,58 persen menjadi Rp432,6 triliun, dan pemerintah optimistis angka ini akan semakin meningkat pada paruh kedua tahun ini.

Tantangan yang Mengemuka

Meski peluang besar terbuka, sejumlah kendala masih membayangi iklim usaha. 

Hambatan regulasi, birokrasi yang rumit, keterbatasan kepemilikan asing, infrastruktur yang belum merata, hingga rantai pasokan industri yang belum lengkap, menjadi pekerjaan rumah serius.

Selain itu, beberapa investor juga cermat mengamati kebijakan fiskal Presiden Prabowo yang dinilai populis. 

Program andalan berupa pemberian makanan gratis bagi pelajar dan ibu hamil, meski disambut positif, juga menimbulkan kekhawatiran terkait keberlanjutan anggaran negara.

Sementara itu, nilai tukar rupiah sempat tertekan hingga menyentuh level terendah sejak 1998, namun kini mulai stabil dan hanya berada sekitar satu persen di bawah posisi akhir tahun lalu.

Jawa Barat Jadi Magnet

Kawasan industri Subang Smartpolitan di Jawa Barat, yang membentang lebih dari 2.700 hektar, kini menjadi salah satu destinasi utama para investor Tiongkok. 

Mulai dari pabrikan mainan, tekstil, hingga produsen kendaraan listrik, semuanya mencari lokasi strategis di wilayah dengan populasi terpadat di Indonesia dan dekat dengan Pelabuhan Patimban.

Abednego Purnomo, eksekutif dari pengelola kawasan industri tersebut, mengatakan hampir setiap hari perusahaan dibanjiri permintaan baru, terutama dari klien asal Tiongkok. 

Menurutnya, telepon, email, hingga aplikasi pesan mereka dipenuhi oleh agen yang membawa calon investor.

Rivan Munansa dari Colliers International menambahkan, urgensi relokasi membuat perusahaan asal Tiongkok cenderung mencari lahan siap pakai maupun bangunan yang bisa langsung difungsikan. 

Permintaan lahan industri, ujarnya, datang hampir setiap hari menjelang penetapan tarif baru.

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana Indonesia kini diposisikan sebagai “pintu masuk” penting bagi ekspansi Tiongkok di kawasan, meskipun tantangan regulasi dan infrastruktur masih harus diselesaikan.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS