PARBOABOA, Jakarta - Bank Mandiri terus menunjukkan performa positif dalam menyalurkan dana penempatan pemerintah senilai Rp55 triliun.
Hingga awal Oktober 2025, sekitar 70 persen dana tersebut telah terserap, mendorong pertumbuhan kredit signifikan dan membuka peluang tambahan stimulus baru bagi sektor properti dan otomotif.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan adanya potensi permintaan tambahan dana dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk kepada pemerintah.
Langkah ini dilakukan untuk memperluas penyaluran kredit, khususnya di sektor industri otomotif dan properti.
Menurut Purbaya, hingga awal bulan ini, sekitar 70 persen dari total dana penempatan pemerintah di bank berkode saham BMRI tersebut telah terserap dan disalurkan ke berbagai sektor produktif.
“Saya monitor, dari uang yang kita kasih ke mereka, 70 persen sudah keserap, sudah tersalurkan. Mungkin mereka akan minta lagi kalau bisa ada tambahan yang bisa disalurkan ke sektor lain, seperti properti dan otomotif,” ujar Purbaya melalui akun TikTok pribadinya, @PurbayaYudhiSadewa, Senin (6/10/2025).
Penyerapan dana yang cepat oleh Bank Mandiri menjadi sinyal positif bagi pemulihan ekonomi nasional.
Dari total Rp55 triliun dana penempatan pemerintah, peningkatan penyaluran kredit bank pelat merah tersebut naik dari 8 persen menjadi 11 persen dalam waktu kurang dari satu bulan.
Purbaya menilai, hal ini menunjukkan bahwa stimulus fiskal yang digulirkan melalui lima bank Himbara mulai memberikan dampak nyata terhadap perekonomian.
“Kalau saya lihat, kredit tumbuh dari 8 persen menjadi hampir 11 persen. Ini sinyal positif. Artinya stimulus sudah mulai bekerja di ekonomi. Jadi saya optimis, triwulan IV nanti pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5,5 persen,” tambahnya.
Optimisme Purbaya tidak lepas dari hasil inspeksi dadakan yang ia lakukan ke kantor pusat Bank Mandiri pada pagi hari yang sama.
Dalam kunjungan mendadak itu, mantan Dewan Komisioner LPS tersebut menilai kesiapan Bank Mandiri dalam mengelola dana pemerintah lebih matang dibandingkan beberapa bank BUMN lainnya.
“Biasa, ini semacam sidak. Mereka tidak tahu saya datang pagi itu. Tapi diskusinya menarik. Bank Mandiri lebih siap dibanding BNI, mungkin karena sudah dengar kabar dan lebih siap-siap. Jadi hasilnya bagus,” tuturnya sambil tersenyum.
Sementara itu, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menegaskan bahwa hingga akhir September 2025, pihaknya telah menyalurkan sekitar Rp34,5 triliun atau 63 persen dari total dana Rp55 triliun yang ditempatkan pemerintah.
Dana tersebut, kata Novita, difokuskan pada sektor padat karya berorientasi ekspor, serta sektor yang langsung bersentuhan dengan masyarakat seperti UMKM yang menjadi sumber utama penciptaan lapangan kerja.
“Melalui pembiayaan ini, Bank Mandiri berkomitmen membantu jutaan pelaku usaha agar terus tumbuh, naik kelas, dan menjadi penopang ekonomi kerakyatan yang tangguh,” ujar Novita dalam keterangan resmi, Senin (6/10/2025).
Selain mendukung sektor padat karya, Bank Mandiri juga menyalurkan pembiayaan ke sejumlah sektor strategis lain yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Dana pemerintah tersebut ikut memperkuat pembiayaan di sektor perkebunan, ketahanan pangan, hilirisasi sumber daya alam dan energi terbarukan, layanan kesehatan, manufaktur, serta kawasan industri.
Novita menegaskan, fokus pembiayaan ini sejalan dengan agenda pemerintah dalam memperkuat kemandirian ekonomi nasional dan mendorong industri berbasis nilai tambah domestik.
“Kami pastikan seluruh penyaluran kredit dilakukan secara tepat sasaran agar benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tegasnya.
Lebih jauh, Novita menambahkan bahwa dana penempatan pemerintah ini menjadi katalis penting bagi Bank Mandiri untuk memperluas fungsi intermediasi sekaligus memperkuat inklusi keuangan nasional.
Ia optimistis seluruh dana Rp55 triliun dapat terserap sepenuhnya sebelum akhir tahun, dengan prioritas pada sektor-sektor yang terbukti menjadi penopang ekonomi keluarga di berbagai wilayah Indonesia.
“Bank Mandiri optimis dapat menyerap dana ini hingga 100 persen pada akhir tahun, dengan fokus pada sektor padat karya dan UMKM yang menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.