PARBOABOA, Jakarta - Dalam suasana khidmat yang menyentuh hati, Vatikan menjadi saksi pelantikan Paus baru dari Amerika Serikat—Robert Francis Prevost—yang kini menyandang nama Paus Leo XIV.
Dengan pesan kuat tentang cinta kasih dan persatuan, ia memulai kepemimpinannya di tengah dunia yang penuh tantangan dan konflik.
Minggu, 18 Mei 2025 menandai awal masa kepemimpinan Paus Leo XIV. Dalam upacara pelantikan yang berlangsung di Vatikan, pemimpin baru Gereja Katolik ini menggemakan pesan universal: cinta kasih dan persatuan sebagai fondasi gereja dan dunia.
Suasana sakral berpadu dengan harapan baru yang terpancar dari wajah-wajah para hadirin.
Robert Francis Prevost, pria kelahiran Chicago, kini menjadi Paus Leo XIV—Paulus pertama dari Amerika Serikat.
Ia terpilih pada 8 Mei 2025, setelah konklaf selama dua hari. Misa pertamanya sebagai Paus berlangsung sehari kemudian, 9 Mei 2025, di Kapel Sistina. Momen ini menjadi sejarah baru dalam perjalanan Gereja Katolik.
Pelantikan ini turut dihadiri tokoh-tokoh penting dunia: Wakil Presiden AS JD Vance, Menlu AS Marco Rubio, PM Kanada Mark Carney, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Momen hangat terjadi saat Paus Leo XIV berjabat tangan dengan para pemimpin tersebut, menandai semangat persahabatan dan diplomasi lintas negara.
Dalam homilinya, Paus mengangkat suara bagi mereka yang terpinggirkan. Ia mengecam perpecahan yang lahir dari kebencian, kekerasan, dan ketakutan terhadap perbedaan, serta sistem ekonomi yang tak adil.
“Dunia kita masih penuh luka,” ujar beliau, seraya menyerukan cinta kasih dan perdamaian sejati.
Paus Leo XIV juga menyuarakan kepeduliannya terhadap penderitaan di Gaza, Myanmar, dan Ukraina.
Ia secara khusus menekankan pentingnya penyelesaian damai di Ukraina. "Negeri martir itu menanti negosiasi untuk perdamaian yang adil dan abadi," katanya.
Dengan nada tegas namun lembut, Paus mengajak umat Katolik untuk tidak menutup diri dalam eksklusivitas.
“Kita mesti bergerak dengan semangat misionaris, bukan merasa lebih unggul, tetapi hadir dalam keberagaman,” tuturnya.
Sebagai bagian dari pelantikan, Kardinal Luigi Tagle menyematkan Cincin Nelayan bergambar Santo Petrus—simbol otoritas rohani tertinggi dalam Gereja Katolik.
Paus juga menerima pallium, sehelai kain wol domba yang melambangkan tugas gembala umat. Semua ini menandai resminya masa kepausan Leo XIV.
Perdamaian Dunia
Sebelum pelantikannya, Paus Leo XIV telah menyampaikan tekad kuat untuk menjadi juru damai dunia.
Dalam pertemuan dengan peserta Jubileum Gereja-Gereja Timur pada Rabu sebelumnya, ia menyatakan kesiapan Takhta Suci untuk menjadi mediator di tengah konflik bersenjata global.
Sri Paus mengajak para pemimpin dunia untuk “bertemu, berbicara, dan bernegosiasi”. Ia menyebut konflik dari Tanah Suci hingga Tigray, dan dari Timur Tengah ke Kaukasus, sebagai luka kolektif umat manusia.
“Kita harus bangkit dari kengerian ini,” ucapnya.
Ia menambahkan, kedamaian Kristus bukanlah keheningan setelah konflik, tapi hadiah yang membawa kehidupan baru.
Paus Leo XIV juga menyerukan doa untuk perdamaian yang sejati—berisi rekonsiliasi, pengampunan, dan keberanian untuk memulai lembaran baru dalam sejarah umat manusia.
Diketahui, Robert Francis Prevost merupakan Paus ke-267, menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu dalam usia 89 tahun.
Sesuai wasiatnya, Paus Fransiskus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore pada 26 April. Kini, tongkat estafet kepemimpinan spiritual umat Katolik dunia telah berpindah tangan.