PARBOABOA, Pematang Siantar - Pengamat teknik konstruksi, Asrul Azis menilai perbaikan sejumlah ruas jalan di Kota Pematang Siantar saat musim penghujan membuat kualitas proyek tidak optimal. Ujungnya, akan mengecewakan masyarakat.
Menurutnya, secara umum lapisan resap pengikat (prime coat) akan mengering dalam waktu 2 hingga 4 jam.
"Namun, jika kondisi cuaca tidak mendukung, seperti musim hujan, waktu pengeringan bisa lebih lama, bisa membuat badan jalan kembali rusak yang ujungnya perbaikan jalan kembali dilakukan. Itu kan bisa membuat masyarakat (Pematang Siantar) semakin kecewa, karena perbaikan jalan tidak memperhatikan kualitas dan cuaca," katanya saat dikonfirmasi PARBOABOA, Kamis (31/8/2023).
Perbaikan dan pemeliharaan di sejumlah ruas jalan yang rusak di Kota Pematang Siantar tengah berlangsung. Beberapa ruas dari total 15 proyek pengerjaan jalan tahun ini juga telah selesai dikerjakan seperti di jalan Ahmad Yani, sebagian Jalan Rakutta Sembiring, Jalan Pendeta Justin Sihombing, Jalan Serai Wangi, Jalan Pattimura dan di wilayah Tambun Timur, Kelurahan Tambun Nabolon. Saat ini pula, Kota Pematang Siantar tengah memasuki musim penghujan.
Asrul menilai, proyek perbaikan jalan yang terkesan terburu-buru dan asal jadi bisa membuat kepadatan bahan untuk perbaikan jalan, seperti aspal hotmix menjadi tidak optimal.
"Biasanya proyek perbaikan jalan terkesan terburu-buru dan asal jadi, dengan segregasi yang signifikan pada pekerjaan base A-nya dan secara pengamatan visual belum mencapai kepadatan yang optimal. Sehingga, keraguan akan muncul terhadap kualitas pekerjaan aspal hotmix-nya, karena dicurigai aspalnya diletakkan begitu saja tidak pada kondisi suhu aspal yang sesuai spesifikasi Bina Marga," ungkapnya.
Menurut spesifikasi umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2) nomor 1 disebutkan, perbaikan segregasi base A seharusnya dilakukan jika segregasi terjadi pada seluruh ketebalan base A. Dalam kondisi tersebut, seluruh lapisan base A harus diganti dengan bahan yang sesuai dengan spesifikasi, kemudian dipadatkan kembali dengan alat pemadat yang sesuai.
Dosen di Institut Teknologi Padang ini menjelaskan, kerusakan jalan biasanya disebabkan adanya segregasi pada base A jalan. Dalam kondisi tersebut terjadi pemisahan antara agregat kasar dan agregat halus yang menyusun lapis pondasi agregat kelas A.
Segregasi ini, lanjut Asrul, dapat mengurangi kualitas dan kekuatan dari base A, serta menyebabkan kerusakan pada lapisan perkerasan di atasnya.
"Lapisan resap pengikat harus mengering sebelum pengaspalan dengan menggunakan material aspal hotmix. Waktu pengeringan akan tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis dan ketebalan resap pengikatnya, yang digunakan maupun suhu serta kelembaban udara yang ideal.Namun, nyatanya perbaikan hanya terjadi pada permukaan base A-nya saja, kemudian dipadatkan kembali dengan alat pemadat yang sesuai, atau banyak dilakukan secara tambal sulam, alasannya anggaran minim untuk memenuhi spesifikasi bahan," jelasnya.
Asrul melanjutkan, untuk memastikan lapisan resap pengikat yang sudah kering, masyarakat secara kasat mata bisa melakukan tes dengan cara menyentuhnya dan tidak akan menimbulkan sensasi lengket.
"Pengaspalan hotmix tidak boleh dilakukan sebelum lapisan resap pengikat benar-benar kering. Jika pengaspalan dilakukan sebelum lapisan resap pengikat kering, akan terjadi ikatan yang tidak sempurna antara lapisan resap pengikat dan aspal hotmix. Hal ini bisa menyebabkan retak dan kerusakan pada pengerasan jalan lagi, cara cepatnya ketika kering tidak menimbulkan sensi lengket saat diraba," tuturnya.
Tidak hanya itu, kata Asrul, permukaan base A harus sesuai yang ditentukan oleh SNI 1743:20082, tentang uji kepadatan berat untuk tanah.
"Permukaan base A harus memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dimana kepadatan paling sedikit 100 persen dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 1743:20082, tentang uji kepadatan berat untuk tanah. Permukaan base A harus sesuai dengan toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana dari spesifikasi umum lapis resap pengikat dan lapis perekat seksi. Baru setelah itu, dapat dilakukan pekerjaan pengaspalan hotmix sesuai dengan metode pekerjaan hotmix," tambahnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang (PUPR) Pematang Siantar, Sofian Purba menegaskan perbaikan jalan sudah lebih berkualitas dan tidak asal-asalan.
"Hampir semua jalan rusak di 15 kelurahan telah dianggarkan. Ada yang sudah selesai dan sementara dikerjakan, masih on progres. Kami telah memprioritaskan perbaikan jalan-jalan rusak, sesuai instruksi Bu Wali Kota semua jalan rusak harus diperbaiki. Hanya saja, tidak serta merta semua jalan kita kerjakan, tapi disesuaikan juga dengan ketersediaan anggaran," katanya.
Sofian menjelaskan, Dinas PUPR memilih pengaspalan dengan menggunakan material aspal hotmix dikarenakan dengan metode tersebut dapat membuat pekerjaan pengaspalan menjadi lebih efisien dan cepat kering.
"Kita gunakan yang tipe Asphalt Concrete Wearing Course atau ACWC, dengan jenis aspal setebal 4 centimeter yang lazim dipakai di permukaan jalan yang memiliki lalu lintas yang cukup berat. Alasannya menggunakan metode ini aspal hotmix bisa dikerjakan dalam waktu cepat. Hal itu bisa membuat pekerjaan pengaspalan menjadi lebih efisien, sebab cepat kering, sehingga bisa langsung dipakai. Aspal hotmix juga punya daya tahan yang kuat. Entah itu kondisi cuaca panas maupun hujan," jelasnya.
Sofian juga memastikan pekerjaan hotmix tersebut tetap diawasi selama berlangsungnya pekerjaan demi menjamin kualitasnya, baik ketebalan hingga luas tutupan hotmix di badan jalan.
"Kembali lagi kita (PUPR) pastikan sesuai perencanaan dan akan memantau perkembangan melalui rekanan dalam pelaksanaan perbaikan dan perawatan kota, baik ketebalan hingga lebaran jalan dan menjamin kualitasnya," imbuhnya.