PARBOABOA, Jakarta - Sebanyak 140 pelajar SMP Negeri 8 Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengalami keracunan setelah menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (22/7/2025) pagi.
Para siswa tersebut mengeluhkan gejala seperti diare dan muntah, hingga akhirnya harus dirujuk ke sejumlah rumah sakit, yakni RSUD SK Lerik, RSU Mamami, dan RS Siloam.
Menurut keterangan guru piket sekolah, Brigina, tanda-tanda awal gangguan kesehatan mulai terlihat saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Siswa dari berbagai tingkat kelas, mulai dari kelas VII hingga IX melaporkan gejala seperti mual, muntah, dan frekuensi buang air besar yang tinggi.
Brigina menyebut, awalnya para siswa ditangani di UKS sekolah. Namun, karena jumlah yang terdampak terlalu banyak, mereka lalu dirujuk ke RSUD SK Lerik dan RS Siloam.
Ia juga menjelaskan bahwa beberapa siswa sebenarnya sudah merasakan ketidaknyamanan sejak malam sebelumnya, usai menyantap MBG. Menu hari itu terdiri dari lauk rendang, sayur kacang panjang campur wortel, tahu, dan pisang.
“Dari malam mereka sudah mengeluh mual dan bolak-balik ke kamar mandi. Meski begitu, mereka tetap datang ke sekolah keesokan paginya. Namun kondisinya justru semakin memburuk, sampai ada yang menangis dan berteriak kesakitan,” tutur Brigina pasca kejadian.
Sementara itu, Juru Bicara Badan Gizi Nasional (BGN), Redy Hendra Gunawan, menyampaikan bahwa program MBG sejauh ini telah menjangkau lebih dari lima juta penerima manfaat.
“Hingga Minggu, 29 Juni 2025, total penerima manfaat MBG mencapai 5.582.470 orang. Dalam sepekan sebelumnya, ada penambahan 373.531 orang,” katanya melalui kanal YouTube BGN pada Senin (30/6/2025).
Ia merinci bahwa penerima manfaat terdiri dari berbagai jenjang pendidikan, yakni 321.702 siswa di tingkat PAUD, TK, dan RA, serta 2.400.183 siswa di tingkat SD dan MI.
Meski program ini merupakan bagian dari kebijakan unggulan pemerintahan Prabowo Subianto dan telah menyentuh jutaan anak di seluruh Indonesia, sejumlah catatan kelam tetap menghantui pelaksanaannya.
Sejak peluncurannya pada 6 Januari 2025, ribuan siswa di berbagai daerah telah dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut.
BGN Minta Maaf
BGN menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat atas kasus keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di NTT usai mengonsumsi makanan dari program MBG.
Sebagai bentuk tanggung jawab, BGN menegaskan bahwa kejadian ini akan menjadi bahan evaluasi internal secara menyeluruh.
Perwakilan lembaga, Tigor Pangaribuan pada Senin (4/8/2025), menyatakan keprihatinannya terhadap dampak yang dialami para siswa serta menyampaikan penyesalan atas kejadian tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa kunjungannya ke lokasi terdampak bertujuan untuk meninjau langsung sistem penyediaan makanan, termasuk proses operasional dapur dan alur distribusinya.
Tigor menyampaikan insiden tersebut menjadi refleksi penting bagi BGN untuk meninjau ulang tata kelola penyelenggaraan program MBG.
Ia menjelaskan bahwa dapur penyedia makanan di sekolah terdampak telah beroperasi sejak pertengahan Februari 2025, dan perlu dilakukan investigasi menyeluruh guna mengetahui penyebab munculnya kontaminasi makanan.
Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kelapa Lima 1, yang bertanggung jawab atas suplai makanan ke SMP Negeri 8 Kota Kupang, kini menjadi fokus pemeriksaan.
Evaluasi dilakukan berdasarkan standar operasional dan panduan teknis yang telah ditetapkan BGN. Di antaranya, bahan pangan harus memenuhi standar kualitas, kesegaran, dan keamanan konsumsi.
Selain bahan pangan, proses pengolahan makanan, penyimpanan, hingga distribusi juga ikut ditelusuri. Tigor menyebut kontaminasi bisa saja terjadi pada berbagai tahap dalam rantai distribusi, dan karena itu, seluruh proses tersebut perlu ditelaah secara detail.
Ia menambahkan perbaikan terhadap sistem ini akan dilakukan secara terus-menerus dan diawasi setiap hari, terutama dalam pelaksanaan harian program MBG, guna menjamin keamanan makanan yang disajikan kepada para siswa.
Kasus keracunan pertama terdeteksi pada 22 Juli 2025 di SMP Negeri 8 Kota Kupang, di mana sekitar 200 siswa mengalami gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, dan sesak napas setelah menyantap menu MBG.
Sebagian besar dari mereka harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Sehari kemudian, pada 23 Juli 2025, kejadian serupa terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya. Sebanyak 77 pelajar dari tiga sekolah, yakni SMK Negeri 2 Kota Tambolaka, SMK Don Bosco, dan SMA Negeri 1 Kota Tambolaka mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan serupa pada pagi hari.
Para siswa tersebut juga harus menjalani perawatan intensif di dua rumah sakit dan satu puskesmas.
Dengan langkah evaluatif ini, BGN berharap dapat mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan serta memastikan program MBG berjalan sesuai dengan prinsip keamanan dan kualitas pangan yang layak bagi peserta didik.