PARBOABOA, Pematang Siantar – Penutupan platform jualan online, TikTok Shop tampaknya telah merenggut stabilitas sejumlah perusahaan afiliasi, khususnya di sektor layanan pengiriman paket.
Salah satu korban yang merasakan pukulan berat adalah JNT cabang Simpang Kerang di Pematang Siantar, Sumatra Utara (Sumut).
Sebelumnya, JNT yang merupakan mitra utama TikTok Shop mampu menangani 10.000 paket per hari. Namun, setelah penutupan, jumlahnya merosot tajam menjadi hanya 1000 paket per hari.
Kurir yang dulunya juga bisa mengantarkan 100-an paket per hari, sekarang hanya dapat membawa 30 sampai 50 paket dan terbatas pada pengiriman paket reguler saja.
"Karena penutupan Tiktok Shop, saat ini kami hanya bergantung pada pengiriman paket reguler. Kami mengalami penurunan paket sebanyak 90 persen," kata Supervisornya, Robbi kepada PARBOABOA, Kamis (16/11/2023).
Situasi ini semakin diperparah dengan munculnya e-commerce yang memiliki jasa pengiriman internal, seperti Shopee dan Lazada.
Pilihan jasa pengiriman paket masyarakat pun ikut beralih, dan terbatas pada ekspedisi-ekspedisi tertentu saja.
"Kami cuma dapat sisa paketlah, kalau mereka overload barulah dikasih ke JNT," ujarnya.
Melihat kondisi yang tidak memungkinakan, JNT kemudian mengambil langkah perampingan jumlah karyawan sebanyak tiga kali. Dari sebelumnya 90 kurir, kini hanya tersisa 50 kurir, sementara 40 lainnya sudah dirumahkan.
"Itu pun kita pake sistem shift, jadi hari ini 30 orang kerja 20 nya off, nah besok nya 20 orang kerja 30 orang off," katanya.
Kendati demikian, gaji kurir yang menggunakan sistem penggajian harian tidak berubah, yakni sebesar Rp85.000 per hari.
Namun, pendapatan tambahan kurir menjadi berkurang karena bonus karyawan dihitung berdasarkan banyaknya paket.
"Kalau dulu paketnya kan banyak, ya jadinya ada penambahan bonus ke kurir, kalau sekarang jumlah paket sedikit, jadi ya gak ada bonus," pungkasnya.
Oleh karena itu, Robbi berharap agar TikTok Shop dapat kembali beroperasi sehingga kemitraanya dengan JNT terus berlanjut.
Di tempat berbeda, PARBOABOA berhasil menemui Chandra Syahputra (39), salah satu kurir JNT Simpang Kerang yang terkena PHK.
Ia bercerita bahwa seluruh kurir yang dirumahkan tidak menerima pesangon dari JNT, dan tidak ada kejelasan kapan mereka akan dipanggil kembali bekerja.
Meskipun telah meminta agar dipekerjakan kembali, JNT selalu menolak. Bahkan, ketika ia mengusulkan bergantian shift dengan kurir lain, alasan dari pihak JNT adalah kurangnya paket yang masuk.
"Kawan-kawanku bahkan ada yang sampai kredit motor supaya bisa jadi kurir, eh malah dipecat," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Chandra turut menyampaikan kebingungannya dalam mencari pekerjaan lain lantaran umurnya yang sudah memasuki kepala empat.
"Mau kerja apalagi kami ini, kami bingung dengan umur segini, apa masih ada perusahaan lain yang mau menerima kami? Gak ada kan?" tutur Chandra.
"Saya berharap supaya TikTok Shop bisa dibuka seperti dulu lagi. Kami, saya dan teman-teman, banyak yang menggantungkan nasib anak dan istri dari pekerjaan menjadi kurir ini," tutupnya.
Berdampak Tapi tidak Signifikan
Penutupan TikTok Shop juga berdampak terhadap perusahaan layanan pengiriman jasa yang lain di Pematang Siantar, yaitu JNE.
Meski demikian, perbandingan dengan dampak yang dirasakan oleh JNT menunjukkan bahwa konsekuensi penutupan TikTok Shop terhadap JNE masih dapat diatasi.
"Kalau dampaknya mungkin lebih terasa oleh penjual dari pada ke kami," ucap Denada (25), Sales Counter Officer JNE Sub Agen Pematang Siantar.
Sebelum TikTok Shop ditutup, JNE mampu menerima sekitar 250 paket per hari. Namun setelah penutupan, tidak terjadi perubahan yang signifikan, dan jumlah paket yang diterima tetap berada dalam kisaran yang sama.
"Kurir-kurir kami masih tetap bekerja seperti biasa. Jadi, secara keseluruhan, situasinya masih terkendali," tuturnya.
Kebijakan pelarangan operasional platform ini juga tidak begitu dirasakan oleh perusahaan layanan jasa lainnya di Pematang Siantar yang tidak ingin disebutkan namanya.
Menurut Sindy Wira (24), seorang staf karyawan di perusahaan tersebut, situasi di tempat kerjanya tidak mengalami perubahan yang besar karena mereka tidak terlalu bergantung pada TikTok Shop sebagai mitra usaha.
Ekspedisinya lebih fokus bekerja sama dengan e-commerce populer seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee, yang memiliki basis pengguna yang kuat.
"Kami tetap jalani rutinitas seperti biasa, karena ekspedisi kami memang jarang terima paket dari TikTok Shop," ujarnya.
Penutupan TikTok Shop Berdampak Positif
Situasi berbeda nyatanya dirasakan oleh jasa pengiriman Shopee Express di Pematang Siantar.
Sebagai layanan pengiriman mandiri dari platform e-commerce Shopee, mereka bahkan berhasil meningkatkan efektivitas operasionalnya setelah penutupan tersebut.
"Saat ini, kami merasakan peningkatan sekitar 10-15 persen dalam jumlah paket yang kami tangani,” beber Kepala Cabang Shopee Express Siantar Selatan, Pardamean (40).
Sebelum penutupan TikTok Shop, rata-rata paket harian Shopee Express Siantar Selatan hanya berkisar 5000-6000 paket. Namun kini, angka tersebut melonjak menjadi 7000-8000 paket per hari.
Bahkan, saat ini, perusahaan sedang melakukan penambahan kurir untuk mengakomodasi lonjakan permintaan.
Setiap kurir memiliki target minimal pengantaran sebanyak 100-150 paket per hari, dengan insentif bonus jika mereka mampu melebihi target tersebut.
"Saya bersyukur dengan penutupan TikTok Shop, karena hal tersebut merupakan angin segar untuk pertumbuhan perusahaan ini, ada peningkatan signifikan dalam volume pengiriman," ujarnya.
Tingkatkan Kualitas dan Inovasi
Meningkatkan kualitas dan inovasi layanan, merupakan pekerjaan rumah bagi perusahaan yang terdampak akibat penutupan TikTok Shop.
Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Simalungun, Darwin Damanik, untuk mencapai stabilitas kinerja dan produktivitas, mereka perlu berinovasi.
"Menurut saya, JNT perlu bermitra langsung pada aplikasi belanja online yang populer, selain itu JNT perlu juga menjalin kerjasama dengan perusahaan seperti bank, BUMN, dan swasta agar segmentasi pasarnya lebih luas," katanya kepada PARBOABOA.
Hal ini dinilai penting agar fokus jasa pengiriman tidak hanya pada segmen masyarakat umum, melainkan pada pengguna yang lebih spesifik.
Sementara saat ditanya mengenai penutupan TikTok Shop, Darwin menyampaikan pandangannya dari dua sudut pandang.
Pertama, dari aspek perdagangan internasional, ia mengkritik kebijakan tersebut karena dianggap membatasi jalur perdagangan yang semakin terkoneksi secara global.
"Ya seharusnya di zaman sekarang yang sudah pada perdagangan bebas, sudah tidak ada lagi border (batasan), pemerintah tidak bisa melakukan penutupan tersebut," ungkapnya.
Namun demikian, Darwin juga mewanti-wanti bahaya arus perdagangan digital ini di tengah ketidaksiapan pelaku ekonomi dalam negeri termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Editor: Rian