PARBOABOA, Jakarta – Stunting atau kekurangan gizi merupakan persoalan umum yang terjadi pada anak-anak di Provinsi DKI Jakarta, khususnya Kabupaten Kepulauan Seribu.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa Prevalensi Status Gizi Balita di Kabupaten Kepulauan Seribu berada di angka 18,6 persen.
Kasus ini menimpa 135 anak di berbagai kelurahan, seperti Pulau Tidung (16 anak), Pulau Pari (16 anak), Pulau Untung Jawa (5 anak), Pulau Panggang (38 anak), Pulau Kelapa (42 anak), dan Pulau Harapan (18 anak).
Untuk memerangi lonjakan stunting secara efektif, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu menggelar Rapat Evaluasi pada Senin (22/07/2024).
Rapat ini bermaksud merancang strategi baru serta memperkuat sinergi antar sektor, guna mengatasi kekurangan gizi pada anak secara menyeluruh dan terkoordinasi.
Sekretaris Kabupaten Kepulauan Seribu, Eric PZ Lumbun, mengungkapkan pentingnya komunikasi dan koordinasi antara Satuan/Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD/UKPD) dalam menangani stunting.
"Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar SKPD/UKPD yang terlibat dalam upaya pendataan penurunan stunting di Kabupaten Kepulauan Seribu," kata Eric.
Rapat ini juga bertujuan mengintegrasikan data dari berbagai sumber dan pengalaman dari narasumber untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi stunting.
"Kami satukan data dan pengalaman, serta masukan dari narasumber sehingga dapat mengetahui berbagai masalah yang ada untuk menurunkan stunting," tambah Eric.
Potensi dan Tantangan dalam Mengatasi Stunting
Bupati Kepulauan Seribu, Junaedi, menyoroti bahwa meskipun daerah ini memiliki potensi sumber daya alam yang kaya protein, prevalensi stunting yang tinggi masih menjadi masalah utama.
"Sebagai daerah kepulauan dengan penduduk yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan, angka stunting seharusnya bisa turun mengingat sumber daya alamnya yang kaya protein," ungkap Junaedi.
Ia membenarkan, pemerintah perlu turun tangan dalam masalah stunting karena dampaknya yang luas terhadap perkembangan anak dan masa depan mereka.
Stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak tetapi juga dapat memengaruhi perkembangan kognitif dan produktivitas mereka di masa depan.
Anak-anak yang mengalami stunting seringkali memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik dan bahasa, serta kecerdasan yang rendah.
Selain itu, stunting dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti gangguan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko infeksi, dan menurunkan kualitas hidup.
Intervensi pemerintah sangat penting untuk memastikan anak-anak mendapatkan gizi yang memadai dan tumbuh dengan sehat, agar mereka dapat berkontribusi positif bagi masyarakat.
Untuk mengatasi hal ini, Pemkab Kepulauan Seribu berencana memanfaatkan dana tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) dari perusahaan serta melibatkan pejabat sebagai orang tua asuh.
Program-program pemerintah yang melibatkan pemberian makanan bergizi secara berkala dan pemantauan kesehatan anak diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting.
"Saya mengharapkan adanya komitmen bersama, dimulai dengan mengadakan pemberian makanan setiap bulan dan pemantauan berat badan serta kesehatannya," ujar Junaedi.
Analisis dan Upaya Keberlanjutan
Pakar gizi dan kesehatan anak, Endah Rahayu, menyatakan bahwa meskipun penurunan angka stunting merupakan kemajuan positif, upaya berkelanjutan tetap diperlukan.
"Penurunan angka stunting merupakan tanda positif, namun kita harus memastikan upaya pemberian makanan bergizi dan pemantauan kesehatan terus dilakukan secara konsisten," ujarnya, Selasa (23/07/2024).
Serupa, Ahli Kesehatan Masyarakat, Susi Hendrawati, menambahkan bahwa konvergensi data dan pengalaman dari berbagai SKPD/UKPD sangat penting untuk mengatasi stunting secara efektif.
"Kolaborasi antar berbagai sektor sangat krusial. Dengan menyatukan data dan pengalaman, kita dapat mengidentifikasi masalah dengan lebih tepat dan merumuskan solusi yang lebih efektif," jelasnya pada kesempatan yang sama.
Untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas penurunan stunting, Pemkab Kepulauan Seribu berencana meningkatkan program pemberian makanan bergizi dan pemantauan kesehatan anak secara berkala.
Kolaborasi yang solid antara berbagai sektor, termasuk pemanfaatan TJSL dan dukungan pejabat sebagai orang tua asuh, diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting.
Pendekatan yang komprehensif dan multidimensional dengan melibatkan edukasi, pencegahan, serta pemantauan kesehatan, akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan stunting di masa depan.
Editor: Defri Ngo