PARBOABOA, Jakarta - Presiden Republik Federasi Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, tiba di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Rabu (22/10/2025) sore, sekitar pukul 17.45 WIB.
Kehadiran Presiden Lula menandai awal kunjungan kenegaraan ke Indonesia yang menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan persahabatan dan kerja sama strategis antara kedua negara.
Setibanya di Halim, Presiden Lula disambut hangat oleh Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman, Duta Besar Brasil untuk Indonesia George Monteiro Prata, Duta Besar Indonesia untuk Brasil Andhika Chrisnayudhanto, serta Danlanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Erwin Sugiandi.
Dengan senyum ramah, Presiden Lula menerima rangkaian bunga selamat datang dari Abang None Jakarta, sebuah simbol keramahan khas ibu kota yang memperlihatkan kehangatan diplomatik antara Indonesia dan Brasil.
Suasana penyambutan berlangsung khidmat namun hangat. Setelah menyalami para pejabat yang hadir, Presiden Lula berjalan melewati pasukan jajar kehormatan yang berdiri tegak di sepanjang jalur penyambutan.
Alunan musik drumben militer mengiringi langkahnya menuju kendaraan resmi yang akan membawanya ke tempat peristirahatan selama kunjungannya di Jakarta.
Usai agenda penyambutan di pangkalan udara, Presiden Lula da Silva kemudian melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat bermalam sebelum menghadiri rangkaian acara kenegaraan.
Pada keesokan harinya, ia dijadwalkan bertemu langsung dengan Presiden Prabowo Subianto dalam upacara penyambutan resmi di Istana Merdeka, Jakarta.
Kunjungan Presiden Lula ke Indonesia kali ini merupakan kunjungan balasan atas lawatan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Brasilia pada Juli 2025.
Pertemuan dua pemimpin ini diharapkan memperkuat kerja sama strategis antara Indonesia dan Brasil, terutama dalam bidang pertanian, energi, lingkungan, dan perdagangan sebagai sektor-sektor yang menjadi kepentingan bersama kedua negara berkembang besar di belahan bumi selatan.
Kunjungan ini bukan hanya simbol persahabatan, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam memperdalam hubungan bilateral yang saling menguntungkan, sekaligus menegaskan posisi kedua negara sebagai mitra penting di kancah global.
Dari Penyemir Sepatu hingga Presiden
Nama lengkap Lula da Silva adalah Luiz Inácio da Silva, sosok yang dikenal sebagai pemimpin kharismatik dan simbol perjuangan kelas pekerja di Brasil.
Ia lahir pada 27 Oktober 1945 di Caetés, Pernambuco, sebuah wilayah miskin di timur laut Brasil. Perjalanan hidupnya penuh perjuangan, di mana masa kecilnya sangat sulit.
Sejak kecil, Lula hidup dalam keterbatasan. Ia bahkan sempat bekerja sebagai penyemir sepatu dan pedagang kaki lima demi membantu keluarganya.
Setelah pindah ke São Paulo, kota industri yang menjanjikan harapan baru, Lula tidak sempat menamatkan pendidikan menengahnya.
Namun, ketekunannya menjadikannya pekerja keras yang kemudian dikenal luas sebagai tokoh buruh yang memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat kecil.
Perjalanan politik Lula dimulai pada awal dekade 1980-an. Ia ikut mendirikan Partai Buruh (Partido dos Trabalhadores/PT) pada tahun 1980, sebuah partai berhaluan kiri yang lahir dari semangat perlawanan terhadap rezim militer dan ketimpangan sosial.
Dua tahun kemudian, Lula mencoba peruntungan dalam pemilihan Gubernur São Paulo (1982) dan berhasil menempati posisi keempat — hasil yang memperkuat reputasinya sebagai tokoh politik baru yang potensial.
Pada 1983 dan 1984, ia turut mengorganisir demonstrasi besar-besaran di ibu kota untuk menuntut reformasi demokratis dan pemilihan presiden secara langsung.
Dua tahun berikutnya, Lula terpilih menjadi anggota Kamar Deputi Nasional sebagai wakil federal dari São Paulo, memperluas pengaruh politiknya di tingkat nasional.
Lula beberapa kali mencalonkan diri sebagai presiden di mana pertama kali pada 1989, namun kalah dari Fernando Collor de Mello. Ia kembali maju dalam pemilu 1994 dan 1998, tetapi masih harus mengakui keunggulan Fernando Henrique Cardoso.
Meski begitu, kegigihannya tidak surut. Akhirnya, pada 1 Januari 2003, Lula resmi dilantik sebagai Presiden Brasil, menjabat hingga 31 Desember 2010.
Setelah lebih dari satu dekade, ia kembali mencalonkan diri dan terpilih lagi sebagai presiden, yang menjadikannya sebagai salah satu tokoh politik paling berpengaruh dalam sejarah modern Brasil.
Selama dua periode kepemimpinannya (2003–2010), Lula berhasil membawa perubahan besar bagi Brasil. Ia menerapkan reformasi sosial dan ekonomi yang menurunkan angka kemiskinan secara signifikan.
Di bawah kebijakannya, perekonomian tumbuh stabil, jutaan warga keluar dari garis kemiskinan, dan posisi Brasil di panggung global semakin kuat. Program-program sosial yang digagasnya, seperti Bolsa Família, menjadi model bagi banyak negara berkembang lainnya.
Menjelang akhir masa jabatannya, pada 2006, Brasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang solid sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat kelas bawah.
Di mata dunia, Lula dikenal sebagai pemimpin yang berhasil memadukan populisme dengan pragmatisme ekonomi.
Setelah masa kepemimpinan Jair Bolsonaro, Lula kembali mencalonkan diri dan memenangkan pemilu presiden putaran kedua pada 30 Oktober 2022.
Dalam pidato kemenangannya, Lula menegaskan komitmennya untuk menjadi pemimpin bagi seluruh rakyat Brasil tanpa memandang pilihan politik.
Selain menyoroti pentingnya persatuan, Lula juga menekankan prioritas utamanya sebagai presiden, yakni memperkuat ekonomi nasional dan menghentikan perusakan hutan Amazon, simbol penting dari keseimbangan iklim dunia.