Romo FX Mudji Sutrisno SJ Wafat, Indonesia Kehilangan Filsuf Humanis

Romo Mudji Sutrisno SJ dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (28/12/2025) malam (Foto: X/@rudolf_puspa)

PARBOABOA, Jakarta - Dunia akademik dan kebudayaan Indonesia berduka atas wafatnya Romo Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno SJ. 

Rohaniwan Jesuit yang juga dikenal sebagai filsuf dan budayawan ini menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit St Carolus, Jakarta, pada Minggu (28/12/2025) malam, pukul 20.43 WIB, setelah menjalani perawatan akibat sakit. Ia wafat dalam usia 71 tahun.

Kabar duka tersebut pertama kali menyebar melalui layanan pesan singkat di lingkungan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta, tempat Romo Mudji mengabdi sebagai guru besar. 

Ketua STF Driyarkara, Dr Simon Petrus Lili Tjahjadi, menyampaikan rasa kehilangan yang mendalam atas kepergian sahabat sekaligus koleganya itu.

“Berita kematian ini mendadak. Memang sebelumnya saya sudah tahu, bahwa Romo Mudji penderita diabetes. Tapi bahwa kini dia berpulang, amat mengejutkan saya,” ungkap Simon seperti dikutip Hidup Katolik.

"Beberapa pekan lalu kami bersama baru saja menguji penelitian kandidat doktor di STF. Semoga Tuhan kini memeluk Romo Muji dalam dekapan cinta-Nya yg maha besar," sambung Simon.

Ungkapan duka juga disampaikan oleh Romo Setyo Wibowo SJ melalui pesan singkat yang diterima redaksi PARBOABOA di group WA Masyarakat Filsafat Indonesia (MFI).

“Para romo, bapak dan ibu sekalian, baru saja ada berita duka. Rm Muji Sutrisno SJ dipanggil Tuhan malam ini. Jenazah akan disemayamkan di CC, dan hari Senin - Selasa pk 19.00 ada misa requiem di CC. Semoga Rm Muji beristirahat dlm damai Tuhan. RIP.”

Jenazah Romo Mudji disemayamkan di Kapel Canisius (Kapel CC) di lingkungan Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, sebuah ruang doa yang menjadi pusat spiritual komunitas Jesuit sekaligus terbuka bagi umat Katolik. 

Misa requiem dijadwalkan berlangsung pada Senin, 29 Desember 2025 dan Selasa, 30 Desember 2025, masing-masing pukul 19.00 WIB di Kapel Kolese Kanisius. 

Pada Selasa malam sekitar pukul 21.00 WIB, jenazah akan diberangkatkan menuju Girisonta, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Pemakaman akan dilaksanakan pada Rabu, 31 Desember 2025. Prosesi diawali dengan perayaan Ekaristi pukul 10.00 WIB di Gereja Paroki, lalu dilanjutkan dengan pemakaman di Taman Maria Ratu Damai, Girisonta, sebuah kompleks Katolik yang dikenal sebagai pusat retret dan spiritualitas Serikat Yesus.

Riwayat Singkat

Romo Mudji lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 12 Agustus 1954. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kental dengan nilai kebudayaan Jawa dan semangat kebangsaan. 

Peran sang ayah sebagai guru memberi pengaruh besar dalam membentuk kecintaannya pada Indonesia, terutama melalui dialog tentang nasionalisme dan pengenalan seni tradisi seperti wayang yang akrab ia jumpai di kawasan Sriwedadi, Solo.

Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Pangudi Luhur Solo, dilanjutkan ke Seminari Menengah Mertoyudan, sebelum akhirnya menekuni filsafat di STF Driyarkara. 

Ketekunan intelektualnya membawanya melanjutkan studi ke luar negeri. Ia meraih gelar doktor filsafat dari Universitas Gregoriana, Roma, pada 1986, serta memperluas wawasan melalui studi agama dan seni di Sophia University, Tokyo.

Dalam dunia akademik, Romo Mudji dikenal sebagai pemikir produktif dan kritis. Selain menjadi guru besar di STF Driyarkara, ia juga mengajar di Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. 

Sejak awal 1980-an, ia aktif menulis berbagai karya yang membahas filsafat, kebudayaan, spiritualitas, hingga kritik sosial.

Sejumlah karya puisinya antara lain "Krisis Peradaban" (2013), "Esai-Esai Untuk Negeri" (2015), "Tu(l)ah Kata" (2018), "Rekah Puisi" (2019), "Oase" (2020), dan "Sunyi Yang Berbisik" (2020). 

Refleksi spiritual dan intelektualnya juga ia wujudkan melalui seni rupa. Berbagai pameran lukisan pernah digelarnya, mulai dari “Dari Stupa ke Stupa” (2014), “Paskah Gabah: Via Crucis” (2016), “Sketsa Arupadhatu” (2016), hingga rangkaian pameran “Kumandang ing Sepi” di Jakarta dan Solo. 

Pada masa pandemi, ia turut terlibat dalam pameran bersama bertema "Creative Freedom to Heal the Nation".

Kepergian Romo FX Mudji Sutrisno SJ menjadi kehilangan besar bagi Gereja Katolik, dunia akademik, serta komunitas seni dan budaya nasional. 

Dedikasinya sebagai rohaniwan, pemikir, dan seniman meninggalkan jejak mendalam dalam percakapan intelektual dan spiritual Indonesia. 

Doa dan ungkapan belasungkawa terus mengalir sebagai penghormatan atas pengabdian panjangnya bagi iman, kemanusiaan, dan kebudayaan.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS