PARBOABOA, Jakarta - Jakarta sebagai ibukota Indonesia tidak hanya dikenal karena gedung-gedung pencakar langit dan kehidupan metropolitan yang serba cepat.
Di balik hiruk-pikuknya, ada kawasan yang sarat dengan sejarah panjang sekaligus perkembangan budaya yang menarik untuk ditelusuri.
Kawasan Cikini adalah salah satunya. Berbagai cerita bersejarah, bangunan tua, hingga kuliner legendaris berakar kuat di sini dan menjadi saksi perjalanan panjang Jakarta dari masa kolonial hingga modern seperti sekarang.
Dahulu, Cikini merupakan tanah milik Raden Saleh, seorang pelukis legendaris yang dikenal sebagai pelopor seni lukis modern di Indonesia.
Di lahan ini, Raden Saleh membangun rumah bergaya kastil yang megah dan bahkan memiliki kebun binatang pribadi. Namun seiring perkembangan kota, kawasan ini bertransformasi menjadi pusat budaya dan pendidikan.
Rumah megah Raden Saleh pun kini telah menjadi RS PGI Cikini, sementara sebagian lahannya dialihfungsikan menjadi Taman Ismail Marzuki (TIM), pusat seni dan budaya di Jakarta.
Peresmian TIM sendiri dilakukan pada 10 November 1968 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
Sebelumnya, kawasan ini dikenal sebagai Taman Raden Saleh (TRS) yang juga merupakan kebun binatang pertama di Jakarta sebelum dipindahkan ke Ragunan, dan Ali Sadikin kemudian mengubah TRS menjadi pusat kesenian dengan nama Taman Ismail Marzuki, sebagai penghormatan kepada komponis besar Indonesia, Ismail Marzuki.
Hingga kini, TIM menjadi lokasi berbagai kegiatan seni seperti pameran lukisan, pertunjukan teater, pemutaran film, hingga diskusi kebudayaan.
Tidak hanya TIM, di kawasan Cikini juga terdapat Kantor Pos Cikini atau Tjikini Postkantoor yang dibangun pada tahun 1920 oleh pemerintah kolonial Belanda.
Gedung ini bergaya arsitektur Art Deco yang masih terjaga keasliannya hingga kini. Meskipun sudah berusia lebih dari seabad, Kantor Pos Cikini tetap beroperasi di lokasi yang sama, bahkan kini dikelilingi kafe-kafe modern yang menambah daya tariknya bagi masyarakat maupun wisatawan.
Kuliner Legendaris dan Ruang Publik yang Menyimpan Cerita
Selain sejarah dan budaya, Cikini juga menyimpan berbagai kuliner legendaris yang memiliki cerita menarik. Salah satunya adalah Es Krim Tjanang, yang dulunya dikenal sebagai Toko Tjan Njan.
Es krim ini bukan hanya sekadar kudapan manis, melainkan pernah ikut serta dalam ajang olahraga internasional Games of the New Emerging Forces (GANEFO) yang digagas oleh Presiden Soekarno. Partisipasinya dalam ajang internasional tersebut membuat Es Krim Tjanang sempat mencuri perhatian dunia.
Tak hanya es krim, ada pula Bakmi Roxy yang terkenal di kawasan ini. Menariknya, banyak orang sering menyamakan Bakmi dengan Mie Ayam, padahal sebenarnya berbeda.
Bakmi adalah mie yang disajikan dengan bumbu minyak atau kecap dan bisa diberi berbagai macam topping, tidak selalu ayam. Sementara Mie Ayam identik dengan topping ayam berbumbu manis-gurih. Jadi, bisa disimpulkan setiap Mie Ayam adalah Bakmi, tetapi tidak semua Bakmi bisa disebut Mie Ayam.
Selain kuliner, Cikini juga memiliki Pasar Antik yang unik. Pasar ini sempat menjadi sorotan internasional ketika Bill Clinton, mantan Presiden Amerika Serikat, mengunjunginya pada tahun 1994 saat ia masih menjabat sebagai Senator. Kunjungan tersebut membuat Pasar Antik Cikini semakin terkenal, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Di tengah keramaian kota, Cikini juga memiliki ruang hijau seperti Taman Lembang yang memberikan udara segar bagi masyarakat.
Sebuah riset dari University of Exeter mengungkapkan bahwa menghabiskan waktu minimal dua jam per minggu di taman atau ruang hijau dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental, bahkan menurunkan tingkat stres. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan taman-taman di tengah kota seperti Cikini memiliki peran penting bagi kualitas hidup warga Jakarta.
Dengan segala kekayaan sejarah, kuliner legendaris, dan ruang publik yang ada, Cikini tidak hanya menjadi saksi perkembangan Jakarta, tetapi juga menawarkan pengalaman unik bagi siapa saja yang datang.
Kawasan ini berhasil memadukan jejak sejarah masa lalu dengan kehidupan modern masa kini, menjadikannya salah satu destinasi yang patut dikunjungi di jantung ibu kota.