PARBOABOA, Jakarta – Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri mengatakan bahwa rekonstruksi pembunuhan Brigadir J dapat dimanipulasi oleh para tersangka dan itu adalah hal yang lumrah terjadi.
“Dalam sebuah situasi hukum yang namanya manipulasi adalah suatu hal yang sangat lumrah,” kata Reza dikutip dari YouTube Tv One News dalam acara yang bertajuk Catatan Demokrasi yang tayang pada Selasa (30/08/2022) malam.
Dalam penjelasannya, Reza mengungkapkan bahwa selama ini opini publik sudah disodori oleh sekian banyak drama yang manipulatif seperti baku tembak, pelecehan seksual, hingga perpindahan lokasi penembakan Brigadir J.
“Manipulasi? Ya! Menurut saya itu manipulasi,” tegasnya.
Menurutnya, setiap tersangka memiliki target tersendiri untuk mendapatkan hukuman seringan mungkin.
“Kejujuran dipertaruhkan? Itu hitung-hitungan di atas kertas. Realitasnya adalah setiap tersangka pasti punya targetnya tersendiri. Kalau lah tidak hukuman mati, atau seumur hidup, atau yang lebih rendah lagi yaitu 20 tahun penjara. Nah, agar saya (mengistilahkan tersangka) mendapat hukuman seringan mungkin, maka harus ada pihak lain yang harus dikambinghitamkan,” jelasnya.
Dalam konteks ini, Reza menambahkan, akan ada pertarungan di antara tersangka, yang mana setiap tersangka akan membangun narasi dan membangkitkan ingatan yang secara strategis akan menguntungkan dirinya serta menempatkan pihak lain sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas sebuah tragedi.
Tentunya hal itu terlepas dari jiwa korsa para tersangka seperti keinginan menjadi martir, melindungi pimpinan dan melindungi teman seperjuangan. Artinya, semua tersangka ingin menyelamatkan diri masing-masing.
Kendati demikian, Reza menjelaskan bahwa ada sesuatu yang perlu dinantikan ketimbang informasi atau keterangan yang telah beredar dan menjadi konsumsi publik, yakni sebuah pembuktian.
“Ya mungkin masyarakat juga perlu diluruskan, ya. Yang namanya ‘pengakuan’, yang namanya ‘keterangan’, mau digali ya silahkan. Tetapi sesungguhnya proses hukum tidak ditentukan secara mutlak oleh kedua hal itu, namun lebih pada pembuktian,” ucapnya.
Saat ditanyai mengenai rekonstruksi adegan yang ditayangkan melalui virtual, Reza menyatakan bahwa dirinya tidak bisa menilai apapun dan tidak tahu mengenai transparansi dalam rekonstruksi tersebut.
“Jadi sebuah tayangan rekonstruksi berjam-jam yang sama sekali tidak memperdengarkan suara apapun, praktis tidak bisa saya nilai. Jadi, saya tidak tahu apakah ini merupakan proses rekonstruksi yang wajar kah, yang ideal kah, Atau yang cacat? Itu saya tidak bisa menilainya sama sekali,” tandasnya.
Sebelumnya, rekonstruksi pembunuhan Brigadir J dilakukan di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri, serta di rumah pribadi Sambo di Jalan Saguling dan Magelang pada Selasa (30/08/2022).
Rekonstruksi tersebut menghadirkan lima tersangka, yakni Ferdy Sambo, Bharada E, Bripka RR, Kuat Ma’aruf dan Putri Chandrawathi yang memperagakan total 78 adegan.
Rekonstruksi pembunuhan yang diotaki Irjen Ferdy Sambo itu dinilai tidak transparan lantaran tidak mengizinkan pihak keluarga Brigadir J yang diwakilkan oleh pengacaranya untuk hadir di tempat.
"Jadi keliatannya nih kita semua mau main-main dan omong kosong semua mukanya manis semua ngomong transparansi," katanya pengacara Brigadir J Jhonson Panjaitan dikutip, Rabu (31 Agustus 2022).