PARBOABOA, Pematang Siantar – Di Kecamatan Siantar Barat, tepatnya di Jalan MH Sitorus, Pematang Siantar, Sumatra Utara (Sumut), terdapat sebuah tempat rekreasi bernama Taman Keberagaman Hayati atau biasa disebut Taman Kehati.
Dibangun sejak 2018 lalu, taman ini tampak sepi pengunjung dan terbengkalai. Terlihat dari bangunan yang kusam dan tanaman tidak terawat, dengan daun kering berserakan di seluruh area seluas 10 hektar tersebut.
Menurut salah seorang pedagang sempol ayam di kawasan itu, Junaidi (56), minimnya pengunjung disebabkan oleh letak taman yang kurang strategis.
“Mungkin tamannya tidak di pinggir jalan, harus masuk ke dalam jadi banyak orang tidak tahu kalau disitu ada taman,” tuturnya kepada PARBOABOA, Kamis (23/11/2023).
Kondisi ini membuat taman seringkali dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak semestinya. Bahkan pernah dijadikan tempat untuk melakukan tindak kejahatan.
Seperti pada 2020 lalu, Taman Kehati pernah dijadikan tempat pembuangan mayat. Selain itu, Junaidi mengatakan bahwa taman ini pernah dijadikan tempat tidak senonoh.
"Ada kabar kalau tempat itu pernah dijadikan tempat mesum atau pacaran," tuturnya kepada PARBOABOA, Kamis (23/11/2023).
Hal senada juga diungkapkan oleh warga setempat, Ratna Dewi Purba (29). Menurutnya, taman ini memang tampak asing bagi sebagian orang, termasuk dirinya.
"Setiap kali lewat di depannya, saya kira itu tamannya gereja. Baru-baru ini, saya tahu bahwa sebenarnya itu adalah taman rekreasi," ungkapnya.
Ratna menilai bahwa keadaan taman yang rindang seharusnya dapat menjadi daya tarik untuk menarik pengunjung.
Namun, Ia mengaku menyayangkan sikap pemerintah yang malah melakukan pembiaran terhadap taman itu.
Di sisi lain, Komisi III DPRD Pematang Siantar, Denny Torang Haulian Siahaan, mengungkapkan bahwa pembangunan Taman Kehati saat itu telah menghabiskan anggaran sebesar 2,5 miliar.
"Disayangkan sekali melihat tempat rekreasi yang terbengkalai di Taman Kehati. Meskipun telah mengalokasikan anggaran miliaran, dukungan pemerintah untuk tahap berkelanjutan nampaknya belum optimal," ujar Denny Siahaan.
Ia menyebut, dalam pembangunan Taman Kehati, Pemerintah Pematang Siantar terkesan menyia-nyiakan anggaran.
“Meskipun Taman Kehati sebenarnya dirancang sebagai bangunan berkelanjutan, namun hingga saat ini, tidak ada kelanjutannya dan terjadi pembiaran, sangat menyia-nyiakan anggaran yang telah dikeluarkan,” ungkapnya.
Kendati demikian, Ia berharap agar pemerintah segera mengoptimalkan pengelolaan anggaran Taman Kehati, sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
"Kami berharap agar kesalahan tersebut segera diperbaiki, dan pengelolaan anggaran Taman Kehati dapat kembali berjalan dengan baik demi keberlanjutan dan pemanfaatan optimal oleh masyarakat," tegasnya.
Sementara itu, PARBOABOA telah mencoba menghubungi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pematang Siantar yang memiliki kewenangan mengelola Taman Kehati.
Namun, hingga berita ini diterbitkan, pihak DLH Pematang Siantar tak kunjung memberikan respon apapun.