PARBOABOA, Jakarta - Seiring bertambahnya usia motor, seringkali kendaraan tersebut memerlukan perhatian ekstra. Untuk mengantisipasi kerusakan, pemilik biasanya membawa ke bengkel.
Sebenarnya, hal ini dapat dihindari jika pemilik motor rajin melakukan perawatan rutin setiap bulan. Sayangnya, banyak orang kerap mengabaikan perawatan sehingga motor mengalami kerusakan parah, bahkan sampai harus turun mesin.
Dalam kondisi motor harus turun mesin, tentu saja ia tidak dapat digunakan untuk beraktivitas sehari-hari seperti bekerja atau bepergian.
Oleh sebab itu, penting untuk mengenali gejala awal yang menandakan bahwa motor Anda membutuhkan perhatian khusus sebelum masalah semakin parah.
Melansir laman resmi Honda, berikut adalah beberapa tanda yang menunjukkan motor perlu turun mesin:
Suara kasar
Salah satu tanda yang paling mudah dikenali adalah suara yang terdengar berbeda dari biasanya, terutama ketika suara tersebut mulai terdengar kasar atau tidak merata.
Perubahan ini seringkali menjadi indikasi awal bahwa ada masalah pada mesin yang memerlukan perhatian segera.
Suara kasar ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari masalah pada pelumas, komponen mesin yang aus, hingga penumpukan kotoran yang mengganggu kinerja mesin.
Ketika suara kasar ini muncul, penting untuk tidak mengabaikannya. Menunda pemeriksaan atau perbaikan bisa memperburuk kondisi mesin dan berpotensi menyebabkan kerusakan yang lebih serius dan mahal untuk diperbaiki.
Tidak bertenaga
Saat motor Anda mulai kehilangan tenaga atau daya, ini bisa menjadi tanda awal harus segera turun mesin. Penurunan performa ini seringkali disebabkan oleh berbagai faktor, namun salah satu penyebab utama adalah kekurangan oli mesin.
Oli mesin berfungsi sebagai pelumas bagi komponen-komponen di dalam mesin, memungkinkan mereka bekerja dengan efisien dan mengurangi gesekan antar bagian.
Ketika mesin kekurangan oli, pelumasan menjadi tidak maksimal, menyebabkan gesekan berlebih yang pada akhirnya merusak komponen seperti seher atau ring seher.
Akibatnya, kinerja komponen-komponen ini melemah dan motor pun kehilangan tenaga.
Motor susah hidup
Salah satu indikasi yang perlu diwaspadai oleh pemilik motor adalah ketika kendaraan mulai sulit dinyalakan atau dihidupkan. Kesulitan ini juga menjadi tanda untuk turun mesin.
Salah satu penyebab utamanya adalah adanya oli yang merembes ke ruang pembakaran. Ketika oli mesin merembes ke ruang pembakaran, ia dapat membasahi busi.
Busi yang basah oleh oli tidak hanya kesulitan menghasilkan percikan yang diperlukan untuk menyalakan mesin, tetapi juga akan mengakibatkan penumpukan kerak pada busi. Kerak ini akan semakin menghambat proses pengapian, menyebabkan motor semakin sulit untuk dinyalakan.
Rembesan oli biasanya terjadi karena adanya kerusakan atau keausan pada seal atau gasket mesin. Oli yang bocor ke ruang pembakaran menciptakan campuran yang tidak optimal untuk proses pembakaran, sehingga mesin tidak dapat menyala dengan sempurna.
Selain itu, proses pembakaran yang tidak sempurna akan menurunkan efisiensi mesin dan dapat meningkatkan emisi gas buang yang berbahaya.
Muncul asap putih
Keluarnya asap putih dari knalpot motor merupakan indikasi kuat adanya kebocoran di dalam mesin. Biasanya, asap putih ini muncul karena oli mesin merembes ke dalam ruang bakar dan ikut terbakar bersama campuran bahan bakar dan udara.
Jika motor Anda mengalami kondisi ini, itu berarti ada masalah serius pada mesin yang tidak bisa diabaikan.
Jika Anda melihat asap putih terus menerus keluar dari knalpot, segera bawa motor Anda ke bengkel terdekat untuk menjalani servis berat.
Perbaikan ini biasanya melibatkan pembongkaran mesin untuk mengganti komponen yang rusak atau aus. Mengabaikan tanda ini bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah dan biaya perbaikan yang lebih tinggi di kemudian hari.
Itulah beberapa tanda bahwa motor Anda harus segera turun mesin. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya rawat kendaraan secara rutin dan gunakan secara hati-hati. Ingat, jika motor harus turun mesin Anda harus mengeluarkan cukup banyak uang untuk memperbaikinya.
Editor: Gregorius Agung