PARBOABOA, Pematangsiantar - Pemerintah Turki secara resmi menghentikan persidangan tersangka pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan menyerahkan kasusnya ke Arab Saudi.
Khashoggi merupakan kolumnis surat kabar The Washington Post. Ia dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
"Kami memutuskan menghentikan dan menyerahkan kasus ini ke Arab Saudi," kata hakim pengadilan Turki seperti dikutip AFP, Kamis (7/4).
Pembunuhan pria 59 tahun yang dikenal sebagai pengritik Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) itu mengejutkan dunia dan diduga dilakukan dengan cara yang sangat brutal.
AFP melaporkan, Turki menyerahkan kasus pembunuhan jurnalis tersebut setelah mereka menggelar sidang untuk terakhir kalinya pada Kamis
Menteri Peradilan Turki, Bekir Bozdag, mengizinkan jaksa untuk menyerahkan kasus Khashoggi ke Arab Saudi melalui sebuah keputusan pada pekan lalu.
Pihak jaksa menilai, kasus tersebut "mengganjal" karena perintah pengadilan tak dapat diterapkan mengingat para terdakwa adalah orang asing.
Sebanyak 26 terdakwa kasus pembunuhan Khashoggi yang sedang diadili di Turki tersebut memang merupakan warga Arab Saudi.
Turki mengambil keputusan ini saat mereka sedang dilanda krisis ekonomi dan membutuhkan investasi asing, salah satunya dari Saudi.Saudi sendiri yang sempat memboikot impor Turki.
Namun, beberapa organisasi hak asasi manusia mengecam keputusan Turki. Human Rights Watch menilai keputusan ini bakal "mengakhiri kemungkinan keadilan didapatkan."
Wakil Direktur HRW di Timur Tengah, Michael Page, menganggap penyerahan sidang ini dapat "memperkuat keyakinan nyata pihak berwenang Saudi yang percaya mereka bisa lolos dari tuduhan pembunuhan."
Pihak Amnesty Internasional turut mengecam keputusan Turki. "Turki akan dengan sadar dan rela mengirimkan kasus ke tangan mereka yang bertanggung jawab," kata Sekretaris Jenderal Amnesty Internasional, Agnes Callamard.
Callamard pernah menyelidiki kasus Khashoggi pada 2019 dan menemukan "bukti kredibel" atas keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Sebelum mengalami krisis, Turki sempat melanjutkan kasus Khashoggi. Presiden Recep Tayyip Erdogan bahkan sempat menuding perintah pembunuhan pria itu datang dari "tingkat tertinggi" pemerintah Saudi.
Tudingan Erdogan ini membuat Riyadh kesal dan secara tak resmi menekan ekonomi Ankara.
Sementara itu, Saudi sendiri sudah menjatuhkan hukuman mati terhadap lima orang terdakwa kasus Khashoggi, tetapi kemudian membatalkannya.
Pengadilan Saudi juga menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara kepada delapan terdakwa anonim lewat pengadilan rahasia.
Khashoggi dibunuh saat hendak mengurus berkas pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz, yang merupakan warga Turki.
Selama berkarier, Khashoggi dikenal sering mengkritik kerajaan Arab Saudi dan anggota keluarganya, termasuk MbS.