PARBOABOA, Jakarta – Warga Haiti melakukan aksi demonstrasi hingga berujung kerusuhan merespons harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik secara signifikan.
Melansir dari CNN Indonesia, Sabtu (17/9), para demonstran diketahui menjarah gedung-gedung penting yang ada di ibu kota Port au Prince dan di wilayah lain pada Jumat, (16/9) waktu setempat. Kerusuhan tersebut, juga mengakibatkan gedung World Food Programme (WFP) milik PBB yang menyimpan 1.400 ton persediaan pangan mengalami kerusakan.
Pihak WFP sebelumnya juga sempat mengutuk keras atas tindakan pengerusakan gudang penyimpanan pangan di kota Gonaive. Tak hanya pengerusakan, pasokan makanan yang disediakan untuk makan siang sekolah dan keluarga miskin di Haiti juga raib di gondol para demonstran.
"Insiden ini jelas tidak dapat diterima," ujar direktur WFP, Hairi Jean Martin Cauer, seperti dilansir melalui pemberitaan AFP
Jean mengatakan, pasokan makanan yang dijarah tersebut seharusnya digunakan untuk menjadi jatah konsumsi 100.000 siswa sekolah di kota tersebut hingga akhir tahun.
Untuk diketahui, ibu kota Haiti, Port au Prince telah mengalami kerusuhan dari warga selama empat hari terakhir. Kerusuhan ini disebabkan oleh harga BBM yang meningkat drastis.
Sejak Kamis (15/9), para demonstran telah menargetkan Televisi Nasional Haiti, Gedung Arsip Nasional, hingga berbagai toko dan layanan jasa sebagai aksi protes. Kekesalan warga bermula kektika Perdana Menteri Ariel Henry mengumumkan bahwa pemerintah Haiti tidak mampu lagi untuk menyubsidi BBM untuk warga.
Oleh karena itu, pemerintah Haiti harus menaikkan harga BBM bahkan hingga dua kali lipat dari harga normal akibat krisis ekonomi yang tengah melanda negara tersebut.
Harga bahan bakar di Haiti yang semula berada di kisaran 350 gourdes atau sekitar Rp45 ribu (1 gourde = Rp126), Kini menjadi 670 gourdes atau sekitar Rp85 ribu per liter.